Chapter 2

23 7 10
                                    

Pertemuan awal yang kurang menyenangkan
.
.
.

Author pov

Oh tuhan apa lagi ini

Kiran diam bagai patung dengan tatapan lurus pada satu objek. Kiran yang tengah diam berdiri di tengah jalan membuat akses masuk menuju kelas sedikit sempit membuat seseorang yang ingin masuk merasa kesulitan. Tiba-tiba datang gerombolan murid laki-laki yang tidak diketahui Kiran langsung menerobos masuk tanpa menghiraukan Kiran yang saat ini tengah jengkel terhadap mereka.

"woee gak lihat apa gue lagi berdiri di situ hah" pelotot Kiran tidak terima karena telah di tabrak. Aura intimidasi Kiran kini muncul.

"wuish yang salah lo. Berdiri di tengah pintu ngehalangin kite aja. Iye gak bro" katanya yang dipastikan Kiran bahwa orang didepannya ini adalah kakak kelas dilihat dari perawakannya yang terkesan tidak berpendidikan ini. Baju keluar, dasi gak dipakai malah di jadiin ikatan di kepalanya dan sepatunya gak hitam malah warna-warni. Gak salah lagi, mereka itu kakak kelas yang pastinya anak IPS.

Fakta tersebut tidak mengurangi sedikit pun keberanian Kiran untuk melawan kakak kelas tengil itu. Jangan ditanya, Kiran ini adalah jagonya debat. Yang salah tetap salah. Yaa meskipun dirinya juga salah tapi setidaknya permisi kek jangan langsung nyelonong masuk aja. Gak sopan.

"tapi setidaknya permisi dulu jangan langsung masuk aja. Emang ini kelas kalian hah??? Maaf ya emang kalian itu adalah kakak kelas tapi gue gak terima ditindas" kata Kiran sambil menatap tajam ke arah mereka.

"halah berisik amat nih cewek. Maaf ya neng yaa kite kemari ni mau samperin temen kite yang lagi disuruh tu sama bu guru. Jangan marah-marah dong entar cantiknya hilang" sahut temennya yang lain sambil menggoda Kiran.

"maaf aja ye kak, gombalan lo gak laku. Sana-sana pergi" usirnya sambil mengibas-ngibaskan tangannya bermaksud mengusir mereka.

"entar dulu. Kite mau jemput temen kite. Bentar doang napa sih" katanya masih tidak mau beranjak dari tempat.

"emang lo nunggu siapa sih hah??? Temen lo?? berasa temen lo itu kaya raja aja minta dijemput. Sana-sana dia masih tau kali jalan pulang kagak usah dijemput" usir Kiran lagi.

"gak mau"

"harus, emang kalian nunggu siapa sih?"

"Bima cepetan nih nenek sihir marah ni".

Seketika Kiran langsung terperanjat kaget mendengar nama tersebut. Seketika tubuhnya menegang dan peluh keringat serasa membasahi pelipisnya. Ia baru sadar jika ada seseorang yang sedari tadi menatapnya dengan tatapan datar dan baru menyadari jika gerombolan kakak kelas didepannya ini adalah temennya Bima. Dia terlanjur emosi sehingga tidak fokus pada keadaan sekitarnya.

Kiran pov

Mampus gue, kiran lo bego banget sih. Mulut lo jaga dong. Lah kalau kayak gini lo harus apa hah??

Aku kaget setelah mendengar nama kak Bima disebut oleh temannya. Awalnya aku memang kaget ketika pertama masuk kelas melihat kedatangan kak Bima dikelasku. Aku tidak tahu apa yang dia lakukan disini. Saking kagetnya aku hanya diam berdiri di tengah pintu sehingga membuat siapapun lewat akan menabrakku termasuk gerombolan kakak kelas tadi. Sehingga membuatku marah. Saking marahnya, aku gak sadar kalau ada kak Bima dan orang yang aku marahi adalah temannya. Poor me

"kenapa lo diam. Ngalah" kata orang tadi dengan nada mengejek. Maaf saja jika kak Bima gak ada di sini aku pastikan mulutmu tidak akan bisa meladeniku lagi dalam hal berdebat.

Mendengar penuturannya, aku hanya diam sambil melirik tajam kepada mereka. Kulihat kak Bima kini sedang berjalan menuju ke tempat kami. Ralat menuju ke teman-temannya. Seketika diriku gugup tak ku sangka hanya berada di dekatnya seperti ini membuatku gugup  setengah mati.

Difficult ChoiceWhere stories live. Discover now