Chapter 4

24 3 0
                                    

Kiran

"woee kerajinan gue rusak gara-gara lo. Lo harus ganti ru-" perkataannya terpotong dikala iris kecokelatannya menangkap wajah yang tidak asing baginya.

Kak Bima

Seketika tubuh Kiran menegang, rasa sakit dipunggung dan kepalanya masih terasa dan kini peluh keringat dingin membanjiri pelipisnya tanda ia sedang gugup. Ia berusaha meredam rasa gugupnya dengan menundukkan kepalanya. Amarah yang tadinya berkobar-kobar seketika hilang ketika melihat seorang yang menabraknya adalah Bima.

Sempat-sempatnya gue gugup dalam keadaan genting begini.

Tiba-tiba matanya menangkap sebuah benda yang kini hancur berantakan. Rasa kesalnya kembali ketika mengingat kerajinannya rusak gara-gara tertabrak oleh pria didepannya itu.

Sedangkan Bima masih dengan mimiknya yang tadi. Ia ingin segera berlalu dari tempat ini. Namun, rasa iba menjalar diotaknya ketika melihat seorang gadis didepannya yang kini sedang berkaca-kaca melihat kerajinannya yang kini hancur tak bisa tertolong. Kerajinannya yang terbuat dari tanah liat yang dimodifikasi menyerupai guci itu kini tergeletak tak berdaya dengan keadaan hancur berkeping-keping. Rasa ibanya ia tutupi dengan wajah datarnya itu agar tidak terlalu jelas bahwa ia khawatir terhadap gadis itu. Meskipun kepribadian Bima yang dingin, jutek dan datar, tapi ia masih punya hati untuk merasa iba.

"kerajinan gue bagaimana? Malah harus dikumpul nanti lagi." katanya frustasi sambil memperhatikan kepingan guci ditangannya. Melihat seseorang didepannya masih tidak bergeming membuatnya kesal. Di satu sisi ia tidak ingin marah-marah didepan Bima dengan alasan tidak ingin dicap wanita cerewet oleh Bima karena bisa-bisa Bima menjauhinya gara-gara itu. Hancur dong harapannya Kiran bisa deket sama Bima. Namun, di sisi lain ia khawatir dengan gucinya. Jika hari ini tidak dikumpul bisa-bisa nilainya anjlok.

Bima berdehem kemudian membasahi sedikit bibirnya kemudian menjawab pertanyaan gadis didepannya ini tentunya tak lupa dengan wajah datarnya.

"buat lagi aja."

Tiga kata keluar dari bibirnya yang membuat Kiran semakin kesal dan hampir menonjok muka tampannya. Jika Kiran tidak sadar bahwa dia itu adalah Bima. Kiran mengambil napas dalam-dalam berusaha meredam emosinya. Kemudian membalas perkataan pria itu.

"apa lo bilang? Buat lagi. Heii loh gak tau apa seberapa perjuangan gue buat ni guci hah? 3 hari 3 hari gue bikin ini tau gak." katanya mengacungkan tiga jarinya sambil melotot. Meskipun ia mati-matian menahan emosinya tetap saja ia tidak bisa mengontrolnya. Kiran tipekal cewek yang mudah emosi dan ia buruk dalam urusan meredam emosinya itu.

Bima mengusap wajahnya kasar mendengar celoteh panjang dari gadis didepannya ini. Tanpa babibu lagi segera ia menarik pergelangan tangan gadis itu dan menyeretnya menuju sebuah ruangan.

Eh gue mau dibawa kemana. Ibu, affan, sophie, salsa tolooong

Kiran awalnya meronta karena merasa takut akan dibawa kemana. Namun, melihat tangan kekar bima yang kini mecengkram pergelangan tangannya membuatnya senyum-senyum sendiri.

Beginikah rasanya dipegang sama kak bima. Tangannya hangat.

Kiran saat ini tidak bisa lagi mengontrol rasa senangnya. Bisa dipastikan wajahnya kini merona bagai tomat merah yang siap panen. Padahal Bima hanya memegangnya tidak lebih. Ck ck ck. Terus saja ia mengikuti langkah besar Bima yang kadang membuatnya harus berlari-lari kecil dan terus menatap tangannya yang dicengkram oleh Bima.

Tibalah mereka disebuah ruangan yang luas dengan dindingnya yang di cat putih. Segera Bima membuka pintu itu kemudian kembali menyeret Kiran masuk. Ruangan yang berukuran besar dengan cat putih dan beberapa bangsal serta alat-alat medis lainnya. Bisa dipastikan ruangan yang kini mereka masuki adalah UKS

Difficult ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang