Vino melirik ke arah Rissa, Rissa menatap orang di depannya datar.
"Jawab gue Ris! Vin!" ucap Rian.
Ya... Orang yang mendengar percakapan mereka berdua adalah Rian.
Vino diam. Rissa berdiri ia berjalan mendekati Rian. "Maaf," gumamnya pelan.
"Hah? Apa?" tanya Rian.
Rissa memukul tengkuk Rian dengan keras, ia pingsan seketika. Rissa mengangkat tangannya dan menaruhnya di atas dahi Rian tapi tidak menempel.
"Sgęisťrø ma mįañdaŕo te afťoñę" ucap Rissa.
Cahaya berwarna ungu tua muncul dari telapak tangan Rissa dan masuk kedalam kepala Rian, beberapa lama kemudian. Cahaya berwarna abu-abu keluar dari kepala Rian.
Rissa menangkapnya dan memusnahkannya. "Apa itu?" tanya Vino, ia berjalan mendekati Rissa.
"Itu ingatannya," ucap Rissa datar.
"Maksudmu?" tanya Vino.
"Itu ingatannya tentang kejadian tadi, dan aku menghapusnya," ucap Rissa.
"Apakah tidak apa-apa?" tanya Vino, Rissa menganggukkan kepalanya.
Rissa meneleportkan Rian dengan kekuatannya. "Lah kamu kemanain dia?" tanya Vino.
"Ke kamarnya, aku ngasih ingetan kalo dia tadi ketiduran," ucap Rissa dan Vino hanya ber'oh'ria.
🌙🌙🌙
"Gimana sekarang?" tanya Vino datar.
Raldi dan Fiki sedang ditanyai oleh Rissa dan Vino tentang kekuatan mereka di markas.
"Lumayan bisa," ucap Fiki senang.
"Sama," ucap Raldi.
"Soul weapon?" tanya Rissa sambil menaikkan sebelah alisnya.
"Belum," jawab Raldi dan Fiki kompak.
Rissa menghela napas. "Tinggal 5 hari lagi sebelum perang, dan mereka belum bisa mengeluarkan soul weapon. Bagaimana ini?" batin Rissa.
Rissa menghela napas. "Kalian punya 5 hari untuk bisa mengeluarkan soul weapon," ucap Rissa dingin.
Raldi menatap Rissa bingung. "Lah kenapa? 5 hari lagi apa maksudnya?" tanyanya.
Rissa menatap Raldi dingin. "Kalau dalam 5 hari kalian gak bisa keluarin soul weapon, gue gak tau nasib kita gimana nanti," ucapnya dingin.
Raldi diam, ia sedang mencerna ucapan Rissa tadi. "Kalian latihan lagi, gue mau ke kamar," ucap Rissa dan berjalan pergi meninggalkan mereka di ruang latihan.
Rissa POV
Aku membaringkan badanku dikasur. "Gimana ini? Apa aku bisa? Apa aku mampu? Dia itu om ku sendiri," gumamku sendu.
"Walaupun aku benci padanya, tapi aku tetap saja gak bisa membunuhnya," sambungku.
Aku berdiri lalu perjalan ke arah meja kerjaku, aku duduk dikursi sambil memainkan element angin yang ku bentuk menjadi pusaran angin.
Tok! Tok! Tok!
"Siapa?" tanyaku.
"Ini Vino Zi, aku masuk ya.." ucap Vino didepan pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mage Academy
FantasiClarissa menjalani hidupnya dengan bahagia bersama keluarga angkatnya, tapi dibalik kebahagiaan yang ia tampilkan, Sebenarnya memiliki kesedihan yang mendalam. Clarissa hidup berpisah dari keluarga kandungnya karena sebuah kekuatan, kekuatan yang h...