Bab I. Welcome

1.2K 108 5
                                    

Leona menguap sambil mengetik sesuatu di laptopnya. Pagi ini, matanya tampak seperti mata panda dan tubuhnya seolah tidak tidur selama beberapa hari. Setelah selesai mengetik, ia memastikan lagi apa yang ia ketik sudah benar. Barulah ia menulis alamat e-mail dan dituju dan mengirimnya.

'Teman-teman, maaf aku tidak membalas e-mail kalian sejak dua minggu yang lalu. Banyak urusan keluarga yang harus kuselesaikan. Namun, semuanya sudah beres karena aku akan kembali ke Loctus. Untuk Kai, maaf aku tidak sempat memberitahu bahwa aku batal ke Korea. Aku janji akan memberitahu kalian semuanya saat kita sudah berada di sekolah. Dari Leona.'

"Akhirnya... hari terakhir." Leona meregangkan tubuhnya dan menutup matanya dengan lengan kanannya. Baru saja matanya terpejam, suara ketukan pintu membuatnya terbangun.

"Masuk!" ucap Leona lirih.

Masuklah sosok lelaki yang lebih muda dua tahun darinya. "Kak, mau tanya."

"Oh, Henri. Tanya apaan?" tanya Leona sambil mengucek matanya.

Henri melangkah masuk dengan perlahan. "Di Loctus lebih dingin dari di Korea?"

Leona berpikir sejenak. "Tergantung. Kadang sama, kadang dinginan di sana." Tatapannya beralih pada Henri. "Lagi siap-siap?"

Alih-alih menjawab, Henri menyengir. "Aku sudah enggak sabar, Kak. Jadi, mau siap-siap sekarang."

"Baguslah. Kalau ada apa-apa, bilang saja, ya!"

Henri mengangguk. "Tentu saja." Ia hendak berbalik, tapi terhenti karena melihat Leona yang sangat lemas. "Kakak enggak apa-apa?"

Leona menoleh. "Iya, enggak apa-apa. Cuma..." Ia menguap sejenak dan menatap Henri dengan sayu. "Ngantuk."

"Tidur dulu saja, Kak. Latihannya lanjut besok," kata Henri yang merasa agak bersalah. "Kakak sendiri enggak tidur sejak dua minggu yang lalu."

"Buat ngajarin kamu tentang Indonesia tentu saja! Kamu tinggal di Korea lama, lho!" Leona menghela napas. "Sudah kukasih tahu, 'kan, gimana kalau anak blasteran seperti kita sekolah di sana?"

Henri mengangguk. "Iya, aku tahu. Apalagi kakak dikenal di sana sebagai orang Indonesia. Tentu saja adiknya harus dari Indonesia."

Leona tersenyum manis. "Tentu saja. Nah, ada yang mau ditanyain lagi, enggak? Mumpung aku masih di sini."

"Memangnya, kakak mau ke mana?" tanya Henri yang seketika membuat Leona bergeming. "Kakak bilang sekolahnya masih dua hari lagi untuk kelas dua, tiga, dan empat."

Helaan napas keluar dari mulut Leona. Gadis itu menatap Henri dengan perasaan campur aduk. "Maaf, aku pasti ngawur saat itu. Sekolah sudah mulai masuk sejak dua hari yang lalu."

Mata Henri membulat. "Jadi, kakak... telat?!"

"Enggak apa-apa, kok. Sekolah memberi waktu sampai sehari sebelum penerimaan murid-murid baru. Kamu sendiri sudah enggak sabar sejak kemarin Mr. Pevill datang kemari," kata Leona yang membuat Henri cemberut.

"Memang enggak boleh?" Henri mendengus.

Leona tertawa. "Boleh, kok, boleh! Aku cuma bercanda!" Tawanya mereda perlahan. "Hanya saja, aku enggak seheboh kamu."

Henri mendengus. "Memang, kenapa?"

Leona diam mengingat alasan dia ragu masuk ke Hadlewood pada awalnya. Namun, ia tepis keraguan itu dan masuk dengan harapan bahwa semua akan baik-baik saja. Tetap saja tidak berjalan seperti sekolah biasa tapi ia masih bisa bersekolah normal.

"Banyak hal. Intinya cuma satu. Hadlewood enggak seperti bayanganmu. Bahaya di sana bisa lebih berbahaya dari bahaya di sini. Jadi, aku harap kamu bisa jaga diri." Leona berpesan. Ia tampak sangat serius soal ini.

Loctus : The Guardians Of The Great Magic - 3 [END]Where stories live. Discover now