Jungkook membalas sapaan itu dengan mengangkat tangannya.

"Ketika aku melihat lukisanmu, aku ingin menggambar lagi." Ucap Jimin.

"Memang kau pernah berhenti?" Jungkook bertanya.

"Pernah, waktu itu aku tak lagi menemukan kebahagiaan saat aku melukis." Jungkook diam tak menyahut, menunggu Jimin melanjutkan ceritanya.

Tapi Jimin sama sekali tak melanjutkan.

"Hanya itu? Bukan karena itu mengingatkanmu pada Ibumu? Atau sesuatu?" Jungkook bertanya dan mulai mengganti baju seragamnya.

"Tidak. Hanya itu." Lanjut Jimin sambil tersenyum kearah Jungkook.

Jungkook mendesah dengan keras.

"Kau menyukaiku tapi tak membiarkan aku mengetahui lebih jauh tentangmu." Jungkook mulai melakukan pemanasan.

Jimin terkekeh mendengarnya.

"Apa yang ingin kau ketahui tentangku, Jeon Jungkook?" Jimin ikut berdiri dan menghampiri Jungkook.

"Type mu?" Jungkook coba menggoda Jimin, bagaimana pun juga jika Jungkook berhasil membuat Jimin blushing dan lari begitu saja, itu akan menyenangkan.

"Kau tidak lihat cermin di depanmu?" Jungkook memberi ekspressi 'serius kau mengatakan ini?'.

"Dia type ku." Jungkook mengambil kesimpulan Jimin payah dalam merayu, sangat.

"You just failed~" Jungkook berkata dengan nada bercanda, tapi serius Jimin benar-benar gagal.

"Kalau begitu," Jimin membalik Jungkook untuk menghadap dirinya. Jarak mereka begitu dekat.

"Lihat mataku, dan dialah jawabannya." Jimin melebarkan matanya.

Jungkook kaget dengan seberapa berani Jimin saat ini, tapi diwaktu yang sama itu malah membuat Jungkook juga ingin menggodanya lebih.

"Aku tak yakin siapa orang itu, kau panggil apa dia?" Jungkook menangkup kedua pipi Jimin di depannya.

"Kau ingin aku panggil dia apa?" Jimin tak ingin kalah dan menarik pinggang Jungkook mendekat.

Jungkook menahan malu dia sebisa mungkin, ini terlalu dekat dan berbahaya.

Jungkook harap Hoseok datang dan mengacaukan moment ini agar Jungkook tidak kalah. Tapi tak ada tanda-tanda Hoseok akan datang.

Jungkook terpaksa mengalungkan tangan dia ke leher Jimin.

"Kookie~" Jungkook berkata dengan nada manis, Jungkook ingat Jimin sangat suka dirinya yang bertingkah cute.

Dan terbukti, pipi Jimin memerah saat ini. Jungkook yakin Jimin akan lari saat ini juga.

Karena tinggi Jimin yang lebih pendek dari Jungkook, Jungkook dapat melihat dengan jelas kalau saat ini Jimin tengah menatap bibirnya.

Jungkook bersumpah, jika Jimin menciumnya dia akan memukul Jimin saat itu juga.

Mereka berada di posisi itu selama beberapa saat, dan Jungkook mulai berpikir ini bukan hal yang baik. Karena Jungkook juga mulai memperhatikan feature di wajah Jimin.

Mata dia yang kecil, dan menghilang ketika dia tersenyum. Hidung dia yang tak begitu tinggi tapi sangat pas di wajahnya. Juga bibir Jimin, bibir Jimin itu tebal dan Jungkook mulai kesulitan menelan ludah dia setelahnya.

Saat Jungkook membasahi bibirnya yang mulai kering, saat itu juga Jimin melepas pelukan di pinggang Jungkook dan menghilang.

Jungkook bernapas lega karena itu, jika Jimin yang tak pergi, dirinya lah yang akan pergi, Jungkook yakin dengan itu.

Tapi Jungkook akui, menggoda Jimin itu sangat menyenangkan, sangat.

-

"Kookie~" Jimin menghampiri Jungkook, dan merangkul pundaknya.

"Jiminnie~" Jungkook membalas dia dengan memeluknya sebentar.

Diluar perkiraan Jungkook, bukannya menjadi pemalu, Jimin malah semakin berani. Dan seperti biasa bagi Jungkook ini seperti game dan dia menolak untuk kalah.

Semua anggota klub dance + Taehyung dan Yoongi menatap mereka heran.

Saat ini mereka sedang berada di lomba dance antar sekolah yang memang sudah biasa diadakan. Taehyung dan Yoongi ada tentu untuk Hoseok, Jungkook dan Jimin.

"Kalian sudah pacaran?" Tanya Taehyung yang masih menatap mereka heran.

"Nope~" Jawab Jungkook. Dengan senyum yang masih tak menghilang.

"Namjoon sonsaengnim juga Seokjin sonsaengnim akan datang untuk menonton, mereka sedang di perjalanan." Ucap Yoongi melupakan tingkah Jimin dan Jungkook yang aneh.

"Good, katakan pada Seokjin sonsaengnim untuk membawa banyak uang untuk mentraktir kita." Ucap Jimin, dan Yoongi tersenyum mendengarnya.

"Bagaimanapun sesekali dia harus menghamburkan uangnya dan berhenti jadi pelit, right?" Balas Yoongi dan mereka berdua berakhir saling rangkul dan tertawa.

Jangan tanya kenapa Jimin dan Yoongi bisa begitu dekat, tak ada yang tahu.

-

Saat untuk mereka tampil sudah dekat, semua anggota klub terlihat tak percaya diri karena penampilan sebelumnya yang begitu bagus.

Jungkook sangat ingin menang dan dia benar-benar percaya diri, tapi membuat orang lain percaya diri bukan lah keahliannya.

Hoseok yang melihat keadaan semua anggota menyuruh mereka untuk berkumpul.

"Hei, jangan pikirkan menang atau kalah, kau sudah berani berdiri di stage, semua orang ingin ada di posisi kau." Ucap Hoseok mulai menyemangati, tapi keraguan masih ada di mata yang lain.

"Ingatlah, kita disini untuk bersenang-senang." Jimin mulai berbicara dan mengacak-acak rambut tiap anggota.

"Aku tidak berkata kita akan menang, tapi jika kalian berharap untuk menang, maka berharap lah yang tinggi, saat harapan itu tak tercapai kalian akan tahu seberapa sakit itu," Jungkook memperhatikan tiap kata yang keluar dari bibir Jimin, begitu hangat.

"Tapi di lain kesempatan saat kita akhirnya bisa menang, itu akan terasa manis, lebih manis dari yang kita bisa bayangkan," sangat hangat. Jungkook bahkan tak menyadari kalau dia lupa berkedip, terlalu mengagumi sosok di depannya.

"Mungkin butuh waktu yang lama untuk berhasil dan waktu yang lebih lama untuk bangkit. Tapi selalu ingat lah, tak ada yang salah untuk selalu mencoba." Jimin tersenyum pada mereka.

Jungkook sangat menyukai seyuman itu.

"So, now or never!" Semua anggota tersenyum mendengarnya.

*
*
*
Hi ^^

Thanks for reading ><

My personally favorite Chapt :)))

Support dan bintang kalian berarti banyak buatku ><

C u next time (^^)/

The Way Into The Spring || JiKookWhere stories live. Discover now