"Bagaimana keadaan kakakmu?" Jimin berbalik dan melihat langkah Jungkook terhenti.
Jimin tahu dia menang.
"Kenapa hanya kau yang pindah kemari?" Jimin kembali berucap.
Taehyung tak mengerti apa-apa hanya terdiam, sementara Hoseok bahkan tak tahu kalau Jimin mengetahui hal ini.
"Apa Ayahmu juga tahu setidak berguna apa kau, lalu membuangmu?" Jungkook mengepalkan tangannya mendengar itu, amarah tiba-tiba memuncak.
"Pasti sangat sedih ketika tahu Ayahmu tak menginginkanmu karena kau hanya merepotkan." Jimin terus berucap, dia tahu Jungkook hampir habis batas kesabarannya.
Bahkan tubuh Jungkook sudah bergetar menahan amarah.
"Pasti berat setiap hari harus dibandingkan dengan kakak-" Dan saat itu juga Jungkook berbalik dan berusaha memukul Jimin, tapi Jimin dapat melihat gerakannya.
Jimin menahan pukulan Jungkook dan menendang perutnya. Jungkook tersungkur.
Jungkook tahu dia tak akan menang ketika berkelahi dengan amarah menguasainya, pikirannya tak beraturan.
Jungkook kembali bangkit dan melayangkan pukulannya, tapi sekali lagi gagal.
Jimin memegang tangan yang berusaha memukulnya. Jungkook kembali mencoba memukul dia dengan tangan yang masih bebas, tapi itu merupakan kesalahan besar. Jimin kini memegangi kedua tangan Jungkook dan membanting dia ke tanah.
Seberusaha apapun Jungkook melepaskan diri, dengan posisi dia menghadap tanah dan tangan dia terkunci di belakang, dia tak bisa lepas.
Jimin kemudian mendekatkan bibirnya ke telinga Jungkook.
"Kakakmu orang yang kuat, mengerikan tapi dia sukses. Sementara kau, kau bertingkah seolah kuat dan mengerikan tapi lihatlah, menyedihkan. Aku ingin tertawa Jungkook." Suara patah tulang terdengar begitu keras. Dan jeritan Jungkook terdengar setelahnya.
Taehyung tak berani mendekat dan mengalihkan pandangan dia dari Jungkook.
Jimin bangkit dan mendekat ke arah Hoseok.
"Ayo pergi." Ucap Jimin pada Hoseok.
Hoseok akan segera mengikuti tapi dia tertahan karena pegangan Taehyung pada bajunya.
"Aku tak bisa meninggalkan Jungkook disini." Kali ini Taehyung berani menatap Hoseok di sampingnya.
Wajah Hoseok terlihat begitu tak berubah, memberi dia ketenangan.
Tapi masih terlihat amarah di mata Hoseok yang membuat Taehyung dengan cepat mengalihkan pandangannya lagi.
"Kau memang tak seharusnya meninggalkan dia Tae," Ucap Hoseok sambil berusaha melepaskan pegangan Taehyung.
Jimin sudah menaiki sepedanya dan bersiap pergi.
"Kuatlah Tae, aku mengajarimu membela diri karena sebuah alasan." Hanya sentuhan lembut di tangan Taehyung dan Taehyung melepaskan pegangan tangan itu.
Taehyung sangat rindu bisa sedekat ini dengan Hoseok, benar-benar rindu.
Tapi baik Taehyung maupun Hoseok sama-sama tak mau mengalah, dan selama tak ada yang mengalah mereka tak akan bisa bersama lagi.
"Hoseok!" Jimin memanggil.
Jimin ingin agar Hoseok dan Taehyung bisa kembali bersama, karena sangat jelas mereka masih saling menyukai. Jika temannya bahagia tentu ia akan bahagia.
Tapi mood dia benar-benar sangat buruk saat ini, karena Jeon Jungkook.
Walau Jungkook sudah tersungkur dan masih meringis, Jimin sebenarnya masih tak puas. Dia masih ingin membalas semuanya, terutama kakaknya.
-
Hoseok dan Jimin sudah pergi, meninggalkan Jungkook, Taehyung dan murid-murid yang sebelumnya menantang Jimin.
Taehyung berjalan dengan sangat pelan ke arah Jungkook.
Taehyung benci darah, juga perkelahian. Fakta bahwa orang tua Taehyung adalah dokter tak mengubah apapun dan malah menambah buruk semua.
"Jungkook." Taehyung berusaha membangunkan Jungkook tetap dengan berusaha menghindari jejak darah di baju Jungkook.
Jungkook memegangi tangan kanannya yang Taehyung yakini tangan itu lah yang dipatahkan Jimin.
"Damn Tae, ini menyakitkan." Ini bukan pertama kalinya seseorang mematahkan tangan Jungkook, tapi bukan berarti dia akan terbiasa.
Taehyung tak mungkin memapah Jungkook sampai ke sekolah, memanggil Yoongi pun patah tulang bukan keahlian dia.
Taehyung lalu terpikir seseorang, dia tak yakin akan menyesali ini atau tidak tapi dia harus melakukannya.
Taehyung mengambil handphone di sakunya, dan mendial panggilan cepat.
"Ayah, apa ayah sudah selesai dengan acara itu? Bisa jemput aku?" Taehyung ketakutan dan Jungkook bisa melihat itu.
Jungkook belum mengetahui apapun tentang orang tua Taehyung kecuali mereka dokter. Yoongi juga tak bercerita banyak.
Setelah memberi tahu lokasi dia dan mendapat beberapa pertanyaan kenapa dia tak berada di Sekolah, akhirnya Taehyung dan Jungkook hanya tinggal menunggu.
Taehyung berusaha memapah Jungkook keluar dari lapangan itu, siapa yang tahu apa yang akan murid-murid yang terkapar ini lakukan saat mereka sadar.
"Kau tak papa?" Jungkook bertanya pada Taehyung yang sedaritadi terdiam sambil berusaha memapah Jungkook.
"Itu harusnya kau tanyakan pada dirimu sendiri." Ucap Taehyung dan tersenyum ke arah Jungkook. Dan itu membuat Jungkook semakin cemas.
Karena ini lah Taehyung saat sedang menyembunyikan sesuatu. Taehyung ketika sedang berpikir, dia berpikir terlalu keras dan pikiran lain akan muncul dan berkecamuk tapi Taehyung tak akan membicarakannya sedikitpun.
Tak lama setelah itu mobil berhenti di depan lapangan, ayah Taehyung keluar dari mobil, dengan penampilan jas dan kemeja rapih. Jungkook kaget dengan penampilan ayah Taehyung, begitu berwibawa sementara Taehyung, dia terlalu free spirit.
"Apa yang sebenarnya kau lakukan disini?" Satu-satunya hal yang sama antara Taehyung dan Ayahnya adalah mereka memiliki suara yang deep.
"Aku akan jelaskan nanti, tolong aku memapah dia ke dalam mobil." Taehyung tak bisa memapah Jungkook ke sekolah atau lebih jauh dari di luar lapangan bukan karena dia tak kuat ataupun kerepotan, tapi karena semua darah di baju Jungkook.
"Ayah, apa kita harus membawa dia ke dokter tulang?" Tanya Taehyung ketika duduk di jok belakang mobil dengan Jungkook di sampingnya.
Taehyung memperlihatkan pergelangan tangan Jungkook. Wanita yang diyakini Ibu Taehyung di samping jok pengemudi menarik tangan itu dan mengamati lukanya.
"Bawa saja ke rumah, Ibu bisa mengobatinya. Hanya patah tulang biasa." Ucap Ibu Taehyung sambil mengambil kotak P3K untuk membungkus tangan kanan Jungkook agar lukanya tak semakin parah. Jungkook meringis ketika kain itu membungkusnya terlalu rapat.
"Taehyung, dia bukan pacarmu kan?" Tanya Ibu Taehyung tiba-tiba dengan nada yang sangat dingin.
Sebelum sempat menjawab, ayah Taehyung sudah menimbali.
"Berhenti berpikir atau bertanya hal seperti itu." Taehyung hanya terdiam tak berkata apapun, dan Jungkook tak tahu harus bereaksi seperti apa.
YOU ARE READING
The Way Into The Spring || JiKook
Fanfiction[END] Kehidupan lain yang berusaha Jimin dan Jungkook tutupi. Musim Dingin panjang yang seolah tanpa ada ujung yang mereka lalui sendiri. Kapan semua akan berakhir? Main pair Jikook. Side pair Vhope, Namjin
