☠️ alive

2.4K 448 67
                                    

“Aku mau ngebatalin pertunangan ini.”








Papa menatap tajam ke arah gue, Taeyong dan keluarganya pun sama kagetnya. Taeyong pamit permisi dan membawa gue pergi.

“Sayang, kenapa hey?” Taeyong membelai surai hitam gue.

“Gue sayang keberapanya elo? Mau sampe kapan lo main belakang? Lo sendiri tau kita berdua gak saling mencintai, Yong. No offense, lo ngebet nikahin gue karena aset dan kekayaan papa kan?”

Taeyong senyum meremehkan dan tangannya mencengkeram leher gue, “Maksud lo gue matre? Gue gak kawin sama lo juga tetep kaya gaakan abis sampe 127 turunanㅡ”

“ㅡKalau bukan karena om Taeil, lo pasti bakal berakhir di jalanan kaya nyokap lo.”

Gue menendang tulang betisnya membuat ia memekik kesakitan. “Aw! Shh.. Siapa yang mau nikahin cewek arogan anak broken home, gak dianggap di keluarga dan sakit mental kayak lu!”

“Kan lo hehe, btw tanggal dua bulan depan hari pernikahan kita? Oh, no no no, tapi hari pemakaman gue.” tutur gue yang beranjak pergi.









PLAK!




“Taeil!” seru tante Wendyㅡ mama tiri gue, setelah papa melayangkan tamparannya.

“Sekali lagi bertingkah, habis kamu!” ucapnya dan berlalu pergi.

“Duh Taeil ini, kan kita ada sesi pemotretan bertiga.” ucap tante Wendy melihat pipi gue membiru.

Gue meringis kesakitan setelah beauty blender diisi concealer itu menyentuh pipi gue.

Emang, hidup gue bukan sepenuhnya milik gue. Terus hidup jadi boneka dan harus menuruti semua perintah.

Gue menghirup nafas dalam, kembali memakai topeng kepalsuan bahwa i’m happy i’m fine. Dibalik layar jadi orang asing, di depan kamera jadi keluarga harmonis.

Hidup adalah pencitraan.



“1 2 3 Cheese!”








ㅡㅡ





“Bisa dipake kan? Buat gue ya?” tanya Haechan ulang.

Mark yang daritadi merem akhirnya melek dan.... kosong?

Cuma ada Haechan bawa masker gambar kuyang punya Mark.

“Pucet banget lu? Liat hantu ya?” tanya Jaemin.

Jisung malah bergidik ngeri, “Emang horor di uks ini mah suka ada yang nyanyi lingsir wengi versi remix. Udah kan bang? gue pergi dulu,”

Disusul dua orang cemen yang tersugesti omongan Jisung.

Mark berdiri dan memutari uks. Dilihatnya jendela terbuka, segera ia mencari (y/n).

Yang ternyata sedang berjalan dengan santainya di pinggir bangunan yang pijakannya setapak memakai heels 5 cm, tanpa memperdulikan besarnya peluang ia akan jatuh dari lantai tiga.

Mark ngeri sendiri, tapi tetep dia susul. Gadis itu tiba-tiba berbalik membuat Mark terkejut dan hampir hilang keseimbangan.




“Ini, ulah lo?” Gue menunjuk leher.

Mark mengangguk. Mark kira ia akan berterimakasih, tetapi malah..

“Arrggh, gue masih hidup ternyata. Kok Tuhan baik banget sih?” tanya gue sambil mengusak rambut frustasi.

“Heh lu! Ngide banget nyelamatin idup gue, sumpah gue gak minta. Siapa elu ikut campur kehidupan gue.”

‘gue salah bawa orang gak sih?’ Mark bergumam dalam hati, dia gak sama seperti yang Mark liat di tv.

I’m your biggest fan, i’ll follow you until you love me-” jawab Mark.

“-And i know you so well, ini bukan lo.”

Gue tertawa keras mendengar ucapan Mark. Apa katanya know me so well? wth, i know myself more than others!

“Kenapa? Kaget liat sifat asli gue kaya gini? Yang lu liat di tv itu semua kepalsuan. I’m a biggest liar!” sarkas gue. “And you’re not my biggest fan.”

Tidak diberi waktu untuk mencerna apa yang baru saja terjadi. Jantungnya dikejutkan lagi oleh gadis itu yang tiba-tiba melompat, reflek Mark menangkap dan menggenggam erat tangannya.

“LEPASIN GUE SETAN!”

“Gue mempertaruhkan segalanya dan nyelamatin lo bukan untuk ngeliat lo mati lagi!” Mark menyeka air di pelupuk matanya, lalu sekuat tenaga ia menarik gue ke atas.

“Aarghh! For god sake, gue gak ada alasan lagi buat hidup!”












“Tapi lo adalah alasan gue bertahan hidup, hiks..” tangis Mark menjadi. Air matanya jatuh mengenai pipi gue, “Jadi please..... stay alive and let me save you.”



lunatic • mark leeWhere stories live. Discover now