19. STALKING DESTA

1.8K 345 23
                                    

Partner in crime gue hari ini adalah Damar. Teman sebangkunya Desta. Katanya sih dia udah sahabatan sama Desta sejak kelas 10 dan berlanjut sampai sekarang. Dan Desta sering berbicara tentang bagaimana dia bisa menyukai gue ke sahabatnya. Membuat gue sedikit terbang saat mendengarnya.

Gue ulang, hanya sedikit.

Tapi sepertinya nggak lama lagi pertemanan mereka akan hancur karena Desta malah merebut cewek yang disukai sahabatnya.

Bego emang.

Sampai di parkiran, gue menaiki motor gede cowok itu. Dalam perjalanan, gue dan Damar tidak berbincang-bincang karena gue sibuk dengan pikiran sendiri.

Saking sibuk melamun saat menatap jalanan, motor telah terhenti di sebuah parkiran mal. Mengingat parkiran mal, gue jadi teringat saat Desta ngajakin gue ke toko buku, dan tempat Damar memarkirkan motornya sama persis saat Desta memarkirkan motornya kala itu.

Damar memainkan ponselnya untuk membuka aplikasi Instagram untuk melihat insta story seseorang. Setelah itu, ia mengunci layar ponselnya. "Mereka lagi ada di toko suvenir lantai dua."

Gue terbelalak melihat sikap cekatannya. Cowok itu langsung menarik tangan gue dan membuat gue sedikit terhuyung. Dan benar saja, disaat kami sampai di lantai dua dengan mendahului orang-orang yang berdiri di eskalator, Desta dan Raisa baru aja keluar dari toko suvenir. Mereka berpegangan tangan sembari berbincang layaknya orang pacaran.

Sial.

Kenapa gue sesakit ini ngeliat dia pegangan tangan?

Terdengar gumaman seseorang di sebelah gue. "Tikungan tajem bat gila."

Gue menatap cowok itu prihatin lalu menepuk pundaknya. "I know what you feel, Dude." 

Lagi-lagi gue ditarik Damar yang membuat gue kaget dan mendengus kesal. Jarak antara gue dan Desta cukup jauh jadi mereka nggak tahu kalau gue dan Damar ngikutin mereka.

"Kok lo bisa tau sih mereka bakal nonton film ginian?" tanya gue memberengut.

Damar memesan tiket berjudul The Nuncy. Gila sih, makin aneh aja judul film kian hari.

"Gue nggak suka nonton ginian, tapi Raisa sering update di insta-story, dan dia nge-pap tiket nontonnya sama Desta lima belas menit yang lalu," ucapnya, ia beralih menatap pegawai bioskop, "Mbak, saya sama temen saya duduk di sini."

Damar menunjukkan letak bangku yang berada di paling atas namun tidak terlalu ujung. Cowok itu mencolek tangan gue. "Desta sama Raisa duduk di tengah. Jadi, kita bisa ngawasin mereka di sini."

"Ya serah lo deh!" ucap gue cepat.

Damar memberikan sejumlah uang yang digantikan oleh tiket masuk. "Lo bayarin popcorn gue—"

"Anj—Desta! Ngumpet Mar!" cicit gue cepat dan menarik tangan cowok itu untuk cabut ke lorong menuju toilet. Gue dan Damar mengumpat di balik dinding lorong dengan membulatkan mata.

Desta dan Raisa baru aja masuk ke dalam area bioskop, dan mereka sedang membeli berondong jagung untuk dimakan saat pemutaran film.

Sial, mereka benar-benar kayak pacaran.

"Gem, lo mau tau gimana caranya supaya Desta balik lagi ngejar lo?"

Gue berbalik menatap Damar dengan mata berbinar. "Gimana?"

Damar meminjam ponsel gue. Ia mengalungkan lengannya di bahu gue lalu membuka kamera depan. Dalam satu potretan, ia langsung melepas gue bagaikan najis tidak berguna.

Chasing a FangirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang