2. DETENTION

4.8K 706 32
                                    

Playlist for this chapter ;
花요일 ʙʟᴏᴏᴍɪɴɢ ᴅᴀʏ - ᴇxᴏ ᴄʙx
━━━━━━━━━

Detensi.

Ya, gue kena detensi karena nggak balik lagi ke kelas setelah izin ke Bu Martha untuk cuci muka padahal gue ke tangga penghubung rooftop.

Mood gue udah hancur karena Desta dan akan semakin hancur kalau gue masuk ke kelas Bu Martha dengan ocehan garingnya.

Tugas gue selama detensi satu setengah jam adalah mencatat dua resensi novel di lembar kertas portofolio, yang mana gue harus menulisnya dari A sampai Z.

Demi apapun gue sangat membenci Desta yang menyebabkan gue terkena masalah. Cowok berperawakan tinggi itu memang tiap hari kerjaannya nggak jauh dari mengganggui gue. Jangan pernah bilang kalau hidup gue damai walaupun hanya satu malam, nyatanya nggak sama sekali.

Gue ulang, nggak sama sekali.

Desta selalu memborbardir pesan di aplikasi chat tiap malam. Padahal, gue udah memblokir semua akun sosial medianya, tapi tetap aja keesokan harinya dia bisa nge-chat gue kembali. Jika dia udah terlalu putus asa nggak bisa nge-chat, dia bakalan SMS gue hampir dua puluh pesan tiap harinya dan tentunya nggak gue tanggapi. Gue heran, ilmu apa yang dia pakai sampai bisa-bisanya dia melakukan hal itu.

Sempat ingin mengganti nomor agar Desta nggak mengganggu gue lagi. Namun, sepertinya nggak akan pernah terjadi, karena nomor ponsel yang gue pakai saat ini terhubung dengan keluarga jauh, dan juga alumni teman SD hingga SMP tersimpan di sini. Selain itu, nomor ponsel gue terhubung di semua sosial media yang gue pakai dan terlalu malas untuk menggantinya.

Gue menganggap Desta sebagai seorang psikopat yang sedang mencari celah untuk membunuh mangsanya yang tak lain dan tak bukan adalah gue sendiri.

Pernah suatu hari gue bertanya-tanya, kenapa Desta sebegitu sukanya sama gue dengan mengganggu gue hampir tiap harinya? Apa yang dia cari? Gue nggak cantik, pipi bagian kanan gue terdapat bekas jerawat karena gue nggak rajin cuci muka semenjak SMP. Badan gue kurus kering kayak kurang gizi. Masih banyak cewek cantik di sekolah ini, tapi kenapa Desta memilih gue?

Apa ini karena menantang seperti yang dia sebutkan tadi di tangga rooftop?

The heck, jika itu alasannya, gue nggak butuh pacar sama sekali. Buat apa punya pacar kalau lo punya idola yang memberi asupan update-an tiap harinya?

Gue memiliki sebuah prinsip, idola gue adalah pacar gue.

Toh, jika gue punya pacar di kehidupan nyata pasti nggak ada manfaatnya.

Gue menghela napas dan memberikan hasil karya gue ke Bu Martha yang sedang melihat berita di ponselnya. "Saya boleh keluar kan, Bu?"

Ya, gue mati kebosanan di ruang detensi karena siapapun yang mendekam di balik jeruji ini nggak diperbolehkan untuk memainkan ponsel. Belum dua jam, gue udah kangen berita terbaru idola gue.

"Duduk dulu sini."

Menurut bak anjing peliharaan, gue langsung mendaratkan bokong di kursi saat Bu Martha menyuruh duduk.

Helaan napas keluar dari guru berbaju dinas itu. "Kamu ... berantakan."

Ha.

Ucapan Bu Martha benar sekali.

Wajah gue kumal, rambut berantakan, lengan seragam gue bernoda hitam karena tergesek dinding, buku jari gue sedikit terluka karena habis memukul Desta.

Ya, gue berantakan.

Begitu pula dengan hidup gue.

Salahkan semua ini pada Desta.

Chasing a FangirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang