Part 17

1K 99 0
                                    

Etherd menatap Dearly yang masih tertidur pulas semenjak mereka keluar dari Fordomera. Mata Dearly masih saja enggan terbuka, bibirnya pucat, dan suhu tubuhnya juga sedikit dingin. Efek dari gua es tadi, tapi Patrisia bilang perempuan itu akan baik-baik saja setelah menghindari suhu dingin. Etherd jadi lega.

Sembari menatap langit Etherd memikirkan kata-kata petunjuk yang mereka dapat dari gua es. Biasanya Dearly yang akan memikirkan semua ini dan mencari jalan keluarnya. Tapi mau bagaimana lagi, gadis itu kini tengah pingsan. Ah, tidak baik rasanya jika terlalu mengandalkan Dearly.

'Naiklah satu jengkal dari langit utama, temukan pintu putar tak bernoda. Di sanalah Aestroford menyinggahkan tahtanya.' pemuda itu terus menggumamkan kalimat tersebut. Tapi hasilnya nihil, tak ada yang didapat dari sekedar mengulang kalimat.

"Pat, kau sudah temukan jawabannya?" tanya Etherd menoleh ke arah sampingnya.

Patrisia menggeleng. Dia pun tak tahu. Meskipun gadis itu berulang kali memutar logika dan otaknya, tapi tetap tak ada jawaban. Kalimat ini harus dijabarkan satu-persatu untuk menemukan ujung pangkalnya.

"Aku tahu!" seru Etherd tiba-tiba.

Patrisia dan Pansy menoleh penuh tanda tanya. Semoga saja jawaban Etherd menunjukkan segalanya. Semoga.

"Naik satu jengkal mungkin berarti kita harus naik satu tingkatan langit lagi dari sini. Kemudian maksud dari pintu putar tak bernoda itu adalah sebuah bintang yang memiliki cahaya di setiap sudut lingkarnya. Dan mungkin bintang itu adalah sebuah portal," jelas Etherd dengan yakin.

Memang sedikit masuk akal. Patrisia pun berpikir demikian sebelumnya, tapi tidak dengan bintang itu. Satu pertanyaan di benaknya, mengapa semua berhubungan dengan bintang? Itu yang membuatnya ragu. Tapi jika dugaan Etherd salah, mana mungkin juga ada pintu berputar sungguhan di luar angkasa?

"Kita coba saja!" teguh Pansy. Kemudian bola matanya melirik ke arah sahabat karibnya yang tengah tertidur pulas. "Dear, masih belum bangun ya?"

Patrisia memegang pundak gadis itu. "Jangan khawatir, dia akan bangun sebentar lagi," ucapnya menenangkan.

Lalu mereka bertiga mencoba naik satu tingkatan ke atas langit dengan mengendarai para pegasus. Mereka sangat lihai dalam mengatasi batuan atau benda-benda padat yang mengganggu perjalanan mereka. Tak salah ibu bibi Ghe memberikannya untuk mereka.

"Sejuk sekali," gemetar Pansy memeluk tubuhnya sendiri.

"Aku tak tahu kalau lebih ke atas ternyata sedingin ini." Etherd pun tengah menggosok-gosokkan tangannya untuk menjaga kehangatan.

Suara Dearly yang menggigil membuatnya khawatir. Gadis ini tak boleh dibawa ke tempat yang dingin. Dearly akan semakin parah.

Perlahan gadis itu membuka matanya sedikit demi sedikit. Giginya bergemeletuk dengan kulitnya yang sedingin es.

"Et-therd, mengapa di sini di-ngin se-kali?" ucap Dearly terbata-bata.

"Tenanglah, jangan khawatir Dear, aku akan menghangatkanmu. Pakailah jubah ini," ucap Etherd memberikan jubah kain wol miliknya. Semoga bisa membantu menghangatkan tubuh Dearly meskipun tak sepenuhnya.

Dearly memakai jubah milik Etherd. Kesadarannya sudah penuh hanya saja dingin ini membuatnya merasa lebih parah dari sebelumnya. Gadis itu merutuki kesalahannya sendiri karena tak berhati-hati ketika di gua es. Efek timpahan es tadi sangatlah kuat meskipun hanya menyentuh ujung kulit teratasnya. Dearly menyesal karena terlihat lemah dan menyusahkan pemuda yang tengah memangkunya di atas kuda ini. Dan dia menyesal karena tak dapat membantu mereka bertiga seperti sebelumnya.

World of Elves ✔Where stories live. Discover now