Part 11

1.2K 105 2
                                    

Kabar ledakan kota tersebut menyebar cepat sampai terdengar oleh Patrisia dan kawan-kawan. Mereka lega, Lilian dan teman-temannya dapat menyelesaikan rencana yang sudah mereka susun. Menurut penjaga terluar Swampland pun menyatakan kalau rombongan Rexana berbalik arah menuju Fork Forest. Alasannya tak lain adalah karena bom tersebut.

Sekarang tugas mereka hanya tinggal mencari tahu untuk membebaskan masalah ini. Lambat laun setelah Rexana berhasil menangani keadaan kota, dia pasti akan menyusun rencana awal dan melanjutkan misi untuk menghancurkan Swampland beserta isinya. Kata 'mem-blokade' itu hanya sebagai alibi Rexana untuk meyakinkan para duta besar.

Patrisia keluar dari istana Zaquena untuk menemui seseorang, dia yakin orang itu pasti tahu sesuatu untuk membebaskan Swampland dari masalah ini. Patrisia yakin dia adalah segala sumber terbaik dari segala sumber yang ada, termasuk Kara sekalipun. Hanya saja orang itu sangat keras kepala. Awalnya, Patrisia ragu-ragu untuk menemui orang itu lagi. Tapi akhirnya ia memutuskan untuk pergi ke sana.

"Kau mau kemana?"

Patrisia berbalik dan mendapati Dearly sedang memakan sepotong roti berisi selai kacang. Gadis itu menatap Patrisia dengan penuh tanda tanya.

"Aku...hanya ingin menemui seseorang sebentar, jangan khawatir aku akan kembali," jelas Patrisia.

Dearly menganggukkan kepala. Tahulah, Patrisia sudah mengenal Swampland jauh lebih baik ketimbang dirinya. Jangankan dirinya, tak satu pun para Elf yang mengenal Swampland jauh lebih baik daripada Patrisia.

Gadis Elf hutan itu pun langsung berlari menuju arah utara. Patrisia mempercepat langkahnya. Kalau saja Zaquena tahu dia menemui orang itu, dia pasti akan marah besar kepada gadis itu. Apalagi Patrisia harus meyakinkan orang keras kepala itu terlebih dahulu sebelum dia meminta sumber dari dia. Kalau saja keadaan tidak genting seperti saat ini, mungkin gadis itu enggan menemui orang yang terbilang cukup keras kepala tersebut.

Patrisia berhenti di sebuah pondok yang terbuat dari kayu sangat kokoh. Tak ada yang berubah dari pondok tersebut. Sama seperti ketika Patrisia terakhir kali datang kemari. Halaman rumah yang di penuhi dengan bunga-bunga rawa. Tanah yang sangat becek dan dedaunan dimana-mana. Lengkap dengan sebuah pohon mati yang terdapat di sisi kiri pondok tersebut. Sama seperti dulu. Tak terurus dan tak terawat, namun berpenghuni.

Perlahan gadis itu melangkah dan mengetuk pintu yang terlihat keropos di bagian bawahnya.

Tok tok tok

Tak lama kemudian, muncul se-sosok Drawn berpakaian gelap dengan topi kerucut kain berwarna hijau lumut. Pandangan sosok itu sangat tajam ketika melihat Patrisia. Dia yakin, sebentar lagi makhluk itu akan marah dan memaki Patrisia. Atau kemungkinannya lagi, dia akan memukul gadis itu menggunakan sapu lidi tua miliknya. Sama seperti dulu.

"Kau lagi! Mau apa kau? Pergi!" usir Drawn itu. Perlahan tangan kanannya berusaha mengambil sesuatu di dekat ambang pintu. Kemudian memukulkan benda tersebut ke kepala Patrisia sambil memaki gadis itu mati-matian.

"Apa kau mau menghancurkan pot bungaku lagi? Atau kau mau menyapu latar rumahku lagi, hah?" makinya dengan memukulkan sapu lidi di tangannya.

Patrisia yang terkena pukulan maut dari sang Drawn hanya mampu melindungi kepalanya dengan kedua tangannya dan sesekali mundur ke belakang.

"Tidak, tidak...ku mohon hentikan! Aku tak akan melakukan itu lagi, aku mau memberitahu dirimu sesuatu, Blis." mendengar hal itu, sosok Drawn yang diduga bernama Blis itu menghentikan aksi memukul Patrisia dengan sapu lidinya. Ekspresi wajahnya berubah dengan kerutan di dahinya.

"Begini, Rexana ingin menghancurkan wilayah ini." sekiranya satu kalimat itu mampu membuat Blis mengerti sepenuhnya.

Blis kembali mengangkat sapu lidinya, mengarahkannya ke Patrisia hendak bersiap memukul gadis itu, tatapannya kembali tajam seperti semula. "Aku tidak bodoh Elf, kau pasti bersekongkol dengan ratu jelek itu dan berniat menghacurkan kami. Mengaku saja kau!"

World of Elves ✔Where stories live. Discover now