39. Terima Kasih Pacar

3.1K 513 47
                                    


"

Eh Pacar, tumben banget kamu udah di depan kelasku."


"Rendy mana?"

Vania mengerutkan dahi, bingung. Reynan terlihat sangat khawatir.

"Di dalem." Vania menunjuk ke dalam kelas.

Tanpa mengatakan apapun Reynan langsung memasuki kelas Vania. Vania masuk mengikuti Reynan.

"Ada yang pengen gue omongin dan tanyain ke lo!" Ucap Reynan tegas.

Reynan membawa Rendy keluar kelas. Rendy ikut Reynan, meninggalkan permainan monopolinya yang belum terselesaikan bersama kedua teman yang hampir sama idiotnya dengan dia. Reynan dan Rendy melewati Vania begitu saja.

Mereka nampaknya sedang membicarakan hal yang serius, Vania tidak tahu apa yang kakak beradik itu bicarakan.

"Mana hasil test dari rumah sakit? Gue mau liat." Ucap Reynan dingin. Pasalnya sudah satu minggu lebih Rendy belum mengatakan apapun tentang hal itu.

Rendy tertunduk kemudian dia menghela napas berat. "Bang..." Ucap Rendy terdengar lirih.

"Apa yang lo sembunyiin dari gue?" Tanya Reynan tanpa basa-basi.

"Gue baik-baik aja kan?"

Rendy tertunduk sambil terus berjalan sementara Reynan terus-terusan mendesaknya untuk mengatakan sesuatu. Hingga akhirnya mereka memasuki mobil sprot berwarna putih yang biasanya Reynan kemudikan ke sekolah.

---000---

Drrt drrt drrt...

Vania mengeluarkan ponsel dari dalam kantung celana jeans. Dahinya berkerut ketika melihat panggilan telepon itu dari nomor yang tidak dikenal. Dengan ragu-ragu Vania menjawab panggilan itu.

"Halo. Ini Sia--"

"Vania." -Ucap seseorang dari seberang sana.

Vania tersenyum ketika mendengar suara itu, suaranya sudah tidak asing lagi di telinga Vania.

"Reynan." Vania menjauhkan ponsel dari telinga untuk melihat deretan nomor telepon itu dilayar ponselnya "Nomor kamu baru?"

"Iya."

"Waah... Aku save nomor kamu ya...?"

"Besok aku jemput. Jam sembilan."

"Emang kita mau kem-"

Tut tut tut...

Panggilan diakhiri oleh Reynan. Vania menghela napas berat, padahal dia belum selesai ngomong. Vania mengulum senyum. Tak apalah yang penting dia bisa akan pergi bersama Reynan.

---000---

Selama pacaran Vania dan Reynan tidak pernah yang namanya pergi bersama apalagi ngedate. Jadi bisa dibilang ini adalah ngedate untuk yang pertama kalinya. Bagaimana bisa mereka ngedate kalau Reynan saja sibuk dengan organisasinya.

Di dalam mobil mereka saling diam hingga akhirnya Vania yang berinisiatif bicara. Semakin hari sikap Reynan semakin dingin saja layaknya kutub es di Antartika.

"Kita mau kemana?"

"Pantai." Ucap Reynan sembari fokus menyetir.

"Yah... aku nggak bawa baju ganti. Kamu nggak bilang dari awal sih!" Protes Vania pasalnya dia hanya mengenakan dress selutut.

"Nggak berenang."

"Terus kalau nggak berenang ngapain?"

"Main pasir."

CRUSH ✔️Where stories live. Discover now