29

8.1K 321 44
                                    


Waktu berlalu dan digantikan hari selanjutnya. Aku merasa diriku berjalan tanpa memiliki arah tujuan. Kehilangan kendali, rasanya ada yang hilang dari separuh hidupku. Hatiku masih tertinggal pada saat terakhir aku dan kamu berjumpa. Hingga hari ini belum bertemu juga. Rasanya hatiku sangat gelisah, aku benci kamu tapi dihatiku aku masih mencintaimu, pikiran ku tidak ingin jauh-jauh dari kamu. Kenapa semua hidupku tentang kamu?

~Jayden Waters  

Sampai didepan ruang ICU, Maya begitu tak tega melihat ponakannya didalam sana dengan bantuan alat medis yang begitu banyak nya. Buliran kristal membasahi pipi nya lagi dan lagi, yang saat ini ia lihat ponakannya lagi sekarat didalam sana. Tanpa bantuan alat yang tertempel ditubuh Anya, nyawa Anya telah melayang. Anya saat ini hanya bisa bergantung dengan bantuan alat medis, tanpa itu ia akan mati. Dan lagi, ruangan yang Anya tempati tidak bisa dengan mudah nya dimasuki oleh orang, meskipun itu anggota keluarganya sekalipun. Jikapun ia akan memasuki ruangan tersebut, ia akan diberi seragam khusus untuk memasuki ruangan nya.

"Sayang pleasee.. tante mohon bertahanlah!!" Dengan menempelkan tanganya di dinding kaca ruangan tersebut.

Detik demi detik berlalu, menit demi menit berlalu. Maya senantiasa berdiri di dekat kaca ruangan ICU tersebut, ia tak henti-henti nya menangis dan selalu terus berdoa akan ada mukjizat untuk ponakannya itu.

Saat itu juga Toni memberanikan diri untuk mendekati Tante nya Anya. "P..permisi tan, kenalkan nama saya Toni teman Anya." Toni mengucapkan nya dengan nada terbata-bata. Kemudian Maya menoleh ke sumber suara tersebut, dengan mata penuh tajam. Pertanyaan yang terlontar dari mulut Toni tidak ada jawaban dari Maya, tapi Toni tidak putus asa ia kembali membuka suaranya.

"Maaf tan sebelumnya, aku tidak tau kalau keadaanya sampai bisa begini. Aku sudah mencoba memperingatkan Anya tentang penyakitnya, tapi dia tidak mau mendengarkan saya dia tetap kekeh ikut ke cafe saya. Maaf tan," ucap Toni.

Maya menoleh kearah sumber suara tersebut. "Iya gapapa, bukan salah kamu." Balas Maya dengan jawaban singkat dan jelas.

Kaki Maya terasa pegal semua, kemudian ia memutuskan untuk duduk di lorong Rumah sakit yang tak jauh dari ruangan ICU Anya.


"Tit... tit... tit... tit.."
Alat monitor ICU berbunyi sangat nyaring dan keras, Maya sontak kaget dan sangat takut sekali. Dokter dan suster-suster berlarian menuju ruangan Anya.

Maya bingung apa yang terjadi, Maya mencoba tenang tapi tetap saja tidak bisa. Maya melihat dari arah luar, ia melihat Anya sedang ditangani oleh dokter dan suster. Dada Anya ditempelkan sepasang dua setrika, kemudian tubuh Anya bergetar dan berkejut. Kemudian dokter mengulangi nya sampai ke tiga kalinya dan alat monitor tersebut semakin berbunyi dan ada garis lurus.

Maya melihat wajah sang dokter dan suster yang nampak begitu pasrah. Sang dokter keluar tetapi suster masih tetap didalam untuk siap melepas semua alat medis yang menempel ditubuh Anya.

Sang dokter pun keluar dan menampakan wajah pasrah nya. Maya langsung menghampiri dokter. "Apa yang terjadi didalam dok," tanya nya dengan cemas.

Dokter yang dikenal dengan nama Hans tersebut menampakan wajah lesuh nya dan dipenuhi keringat diwajah nya. "May, kamu harus yang sabar ya." Suara Hans melemah. Maya menutup mulutnya yang tanpa sengaja terbuka, bulir kristal mulai berjatuhan. Serasa ia belum siap mendengarkan semuanya. "Maksud kamu apa Hans," tenggorokan Maya terasa tercekat. "Mungkin tuhan lebih menyanyangi Anya, jadi.."

Don't Hate Me (SUDAH DI TERBITKAN✔️)Where stories live. Discover now