Wedding

6.1K 537 14
                                    

Hiashi tidak bercanda ketika mengatakan akan ada pernikahan malam ini. Karna itulah yang terjadi.

Naruto segera pulang dan memberitau istrinya agar bersiap-siap membantu kelancaran pernikahan senseinya. Ia juga menyebar puluhan bunshinnya untuk memanggil teman-teman seangkatannya.

Pesta pernikahan yang dadakan ini, hanya di hadiri oleh teman-teman seangkatan Hinata. Tanpa ada sesuatu yang mewah. Mereka menikah di sebuah kuil kecil di belakang mansion Hyuga.

Kuil sederhana yang di bangun agar para bunke bisa tetap berdoa tanpa harus repot-repot ke kuil dan meninggalkan pekerjaan mereka.

Hinata berada di kamar lamanya, ia tengah mengenakan yukata berwarna biru muda miliknya saat pintu kamarnya di ketuk.

"Masuk.!" Hinata berseru tanpa mempedulikan siapa yang mengetuk dari luar.

"Hinata-san.?"

Hinata menoleh saat merasa seseorang memanggilnya.

"Ah, Uzumaki-san, silahkan masuk." Hinata tersenyum dan mempersilahkan tamunya itu masuk.

"Ah, te terima ka kasih." ia masuk dengan ragu-ragu dan dengan canggung duduk di samping Hinata.

"Aku kemari, ingin membantumu bersiap. Jika boleh." ia berkata pelan.

"Tentu saja boleh." Hinata tersenyum, Hinata memberinya sisir dan ia langsung menyisir dan menata rambut Hinata.

"Hinata-san.?"

"Ya.?"

"Maafkan aku."

"Apa yang kau bicarakan Uzumaki-san.?" Hinata bertanya bingung.

"Jika bukan karna aku, pasti kau yang akan di panggil nyonya Uzumaki saat ini." ia berkata sedih, jelas terlihat ia merasa tidak nyaman di panggil dengan marga suaminya.

"Ah, maafkan aku Shion-san." Hinata merasa tak enak hati.

"Tidak masalah, hanya saja aku merasa berkali-kali lipat merasa bersalah jika ada orang yang memanggilku begitu. Meskipun aku mencintai Naruto, tapi aku sadar betul jika aku merebut posisi ini dari mu." Shion kini sudah menangis tersedu.

"Shion-san." Hinata memeluk Shion dan mencoba menenangkannya. "Ini bukan salah mu, semua ini adalah takdir dari kami-sama yang memang harus kita jalani. Mungkin dulu aku mencintainya, tapi kini aku sudah memiliki pria yang ku cintai sepenuh hati." Hinata mengusap air mata Shion yang masih terus menetes.

"Tersenyum lah, karna malam ini aku dan kita semua akan memulai hidup baru. Aku akan berjalan dengan Kakashi-sensei menuju masa depan, demikian pula dengan dirimu, lupakanlah masa lalu dan berbahagialah." Shion tidak bisa lagi menahan isak tangisnya, ia menghambur memeluk Hinata dan menangis di bahu mungil wanita itu.

"Ssttt... Tenanglah Shion-san, kau tidak mau kan gaun ku jadi basah karna air matamu.?" Shion akhirnya berhenti menangis mendengar perkataan Hinata, dan mereka tertawa bersama seperti sepasang sahabat.

"Kau menikahi wanita yang hebat sensei, jagalah ia baik-baik." Naruto berkata pada Kakashi, mereka bisa mendengar dengan jelas percakapan antara Hinata dan Shion karna mereka berdiri di atap tepat di atas kamar Hinata.

"Hmmm, tentu saja." Kakashi bergumam setelah Naruto pergi.

.

.

.

Keisuke bangun karna rasa lapar luar biasa yang menyerang perutnya. Ia bangun dan mendapati dirinya berada di ruangan yang tak ia kenali.

Keisuke berjalan mengikuti aroma masakan yang di ciumnya, terus masuk melewati lorong dan ruangan-ruangan asing.

Hingga ia tiba di sebuah ruangan yang ia rasa adalah dapur. Ia mau masuk, tapi niat itu ia urungkan kembali saat ia melihat di sana tidak hanya ada kaa-channya saja, tapi wanita yang kemarin memeganginya juga ada, juga kakek tua yang bertarung hebat dengan ayahnya kini malah dengan santai tengah menyesap teh hijau berhadapan dengan sang ayah dan bercengkrama dengan hangat. Seolah kejadian kemarin hanyalah mimpi.

"Kaa-chan." Keisuke berseru lirih, ia menyembunyikan separuh tubuhnya di balik pintu.

"Kei-kun.?" Hinata menyudahi mengaduk apapun yang ada di atas kompor dan menghampiri sang anak yang nampak bingung dan canggung.

"Kau sudah bangun.?" Hinata menuntun Keisuke agar mengikutinya dan mendudukkannya di sebelah Kakashi.

"Tunggulah sebentar lagi, kau pasti laparkan.?" Hiashi berkata pada cucunya.

Keisuke mengangguk pelan, masih tak yakin apa yang sebenarnya terjadi di rumah ini.

"Tou-san.?" Keisuke berseru pada sang ayah.

"Ya.?"

"Umm, apa yang terjadi.?"

Kakashi tersenyum dan mengacak rambut Keisuke yang melawan gravitasi seperti miliknya.

"Tou san akan menjelaskan semua setelah sarapan ya.?" Kakashi tersenyum di balik maskernya. Dan Keisuke menjadi sedikit tenang, meski ia tidak akan pernah terbiasa akan tatapan kakek tua di hadapannya ini.

"Nah, sarapan siap." Hinata berseru riang. Ia dan Hanabi menata beberapa makanan yang tampak menggiurkan di atas meja makan.

"Itadakimasu." Keisuke menyantap makanan olahan kaa-chan nya dengan lahab.

.

"Ehm." Hiashi membersihkan tenggorokannya yang terasa kering. Demi dewa Jashin, ia hanya akan menyapa anak yang usianya kurang dari lima tahun, tapi hatinya terasa gugup sekali

"Jadi, apa kau benar-benar kakekku.?" Keisuke bertanya, memecahkan keheningan yang terjadi, ia sungguh tak nyaman berada dalam situasi seperti ini dengan orang asing. Terlebih yang baru ia ketahui kakek tua ini adalah kakeknya.

"Hn, ya begitulah." Hiashi menjawab sekenanya, tak tau apa yang harus ia ucapkan.

"Begitu." Keisuke bergumam, dan keadaan kembali hening.

"Kaa-chan bilang, sebelum ia masuk akademi ninja, ojii-san yang selalu melatihnya.?" Keisuke bertanya, mereka tengah berjalan beriringan mengelilingi mansion Hyuga. Dan tak sengaja Keisuke melihat dojo, sehingga ia ingat akan cerita ibunya.

"Ya." Hiashi ingin berkata lebih banyak, tapi ia ingat bahwa memperlakukan Hinata dengan tidak baik.

"Ku harap suatu saat ojii-san juga bisa melatih ku, kaa-chan bilang kau adalah guru terbaik di dunia." Keisuke berkata sambil nyengir ke arah Hiashi. Sekarang ia punya tou-san, ba-chan, dan ojii-san sekaligus. Ia tidak bisa merasa lebih senang lagi, seakan kami-sama mengabulkan semua doa-doanya selama ini.

Sementara mata Hiashi sudah berkaca-kaca, bagaiman mungkin ia dulu ingin Hinata membunuh janin yang akan menjadi anak sesempurna Keisuke. Penyesalan, memang selalu terlambat.

Hiashi berlutut di depan Keisuke dan memeluknya erat. Ia menangis hingga membuat Keisuke bingung.

"Ojii-san kenapa.?"

"Tidak, jii-chan hanya terlambat menyadari bahwa ojii-chan sangat menyayangimu."

.

Keisuke dan Hiashi tengah tertawa-tawa di belakang mansion Hyuga, terdapat sebuah kolam ikan koi dan Keisuke tak henti-hentinya berusaha menangkap ikan-ikan itu hingga membuat Hiashi tertawa melihat tingkah Keisuke.

Sampai seorang bunke wanita datang dengan tergesa-gesa dan terlihat panik.

"Ada apa.?" Hiashi bertanya, entah mengapa perasaannya tak enak.

"No nona Hinata pingsan."

.


.



.


Tbc

Sumpah, aku hilang mood sama cerota ini, pengen ku buat cepet tamat ajj rasanya.

Sorry gaes, chap ini terasa gda feelnya😧😧😧

Unbelievableजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें