-Not In Line-
~Happy Reading~
~●~
Alden berjalan menuruni tangga rumahnya dan langsung disuguhi dengan pemadangan dimana mamanya sudah menyiapkan sarapan untuknya.
"Morning, Ma." Sapa Alden. Lalu menciumi puncuk kepala Mamanya.
"Soupnya udah siap. Ayo makan."
"Papa mana, Ma?." Tanya Alden saat ia sedang mengambil soup untuk dirinya makan.
Mama Lia, Mama Alden. Melihat kearah penjuru rumahnya dan menemukan suaminya dengan perawakan yang masih tampan dengan balutan jas formal yang sedang tersenyum kearahnya.
"Itu Papa. Panjang umurnya, baru aja di bilang." Ucap Mamanya.
"Kenapa nanyain Papa, Den." Ucap Papa Leo, Papa Alden padanya.
"Kepo aja Pa. Biar Alden terlihat hangat. Peduli sesama." Jail Alden dengan senyum nakalnya.
"Dasar kamu ya."
"Gimana sekolah kamu?" Tanya Leo saat sudah terduduk dibangku meja makan.
"Baik."
"Den, Papa nggak maksa kamu buat ngelolah perusahaan kita. Tapi kalau kamu seneng ngerjainnya Papa dukung. Tapi inget, pendidikan saat ini masih nomer satu nak."
Inilah salah satu yang tidak diketahui banyak orang mengenai Alden, kecuali Aldi dan Edo. Ya, diusianya yang masih menduduki kelas 12 SMA. Alden sudah bisa memimpin salah satu perusahan aset keluargannya.
Alden Farrel Haristo, menyandang nama Haristo dibelakang namannya tentu Alden adalah salah satu keluarga dari pengusaha terkaya di Indonesia. Bahkan di usianya sekarang, Ayahnya sudah memberi tanggung jawab besar untuknya mengolah salah satu perusahaan keluargannya.
Dengan kepintaran dan pendidikan yang ia dapatkan selain di sekolahnya, Alden berhasil. Ya, ia berhasil membuat perusahaannya bangkit, menjadi salah satu perusahaan yang hampir mengalahkan ayahnya. Tapi, perusahaan yang dipimpinnya pun belum menjadi miliknya seutuhnya. Aset itupun masih atas nama ayahnya.
Ayahnya hanya menguji Alden, apakah anak satu-satunya ini mampu untuk menggantikannya. Dan benar, Alden sudah mampu. Tapi, ayahnya tidak seburuk itu. Ia masih membebaskan Alden dengan masa mudanya dan mengejar ke jejanjang perkuliahan nantinya. Ayahnya tidak seburuk itu membiarkam anaknya hanya akan sibuk dengan dunia bisnis dan pekerjaan diusia muda. Dimana Alden akan melupakan kesenangan masa mudanya.
"Papa buat Alden terharu." Balas Alden dengan keisengan dirinya. "Pa Alden mau nanya. Mumpung mama lagi didapur."
"Nanya apa?"
"Saat papa jatuh cinta, gimana rasanya." Tanya Alden dengan tingkat kepercayaan diri yang rendah. Sedangkan Papanya langsung tertawa mendengar pertanyaan konyolnya.
"Papa bangga sama kamu Den. Papa kira kamu gay selama ini. Nggak pernah papa tahu kalau anak Papa pernah deket sama cewek." Tutur Leo masih dengan tawa disela ucapannya.
"Apaan sih pa." Kesal Alden. Lalu berlalu menatap makanan dan memakannya mencoba tidak memperdulikan ejakan Papanya. Salah. Sangat salah bertanya dengan Papanya.
"Kamu sekarang sedang jatuh cinta Alden".
"Bukan Alden, temen Alden Pa."
"Kenapa temem kamu, harus kamu tanya sama Papa. Kamu nggak pernah kayak gini Alden." Selidik Papa Leo.
YOU ARE READING
Not In Line
Teen FictionTerlalu sulit untuk kembali mencintai. Aku terlalu sering tersakiti
