7. Morning Sick

3.1K 154 14
                                    

Suga pov

Aku terus mengelus dadaku, setelah HyeonJin marah padaku karena aku belum mandi pagi. Dia terus mengomel padaku. Bahkan kini dia sedang merajuk padaku dengan duduk bersila di atas ranjang.

Aku keluar dari kamar mandi dengan handuk, mengekpos tubuh atasku. Tanganku bergerak mengacak rambut basahku.

Bayangkan saja, pukul 04.00 pagi dia langsung berteriak layaknya singa betina yang membuatku bergidik ngeri. Terlalu pagi untuk bangun sebenarnya tetapi dari pada HyeonJin menjambak rambutku seperti kemarin aku harus menurut apapun kemauannya.

Aku pun menghampirinya setelah memakai pakaian. Dia enggan menatapku dan terus memalingkan wajahnya. Setidaknya, HyeonJin sudah terbiasa dengan penampilanku sehabis keluar kamar mandi. Jadi, aku sudah tidak punya kesempatan menggodanya lagi.

Dan lihatlah wajahnya begitu lucu jika marah padaku. Rencana untuk liburan ke Pulau Jeju gagal lagi. Karena dua hari berturut-turun HyeonJin selalu muntah setiap pagi, bahkan makanan yang menjadi favoritnya pun tidak bisa diterima oleh perutnya. Tetapi untung saja dia tidak menderita demam tinggi seperti yang aku alami tiga minggu yang lalu. HyeonJin selalu menolak diajak periksa ke rumah sakit dia selalu berkata kalau dia hanya kelelahan. Tapi hari ini wajahnya begitu lemas dan pucat. Aku mengusap punggung tangannya.

"Hyeon..aku kita ke rumah sakit," bujukku padanya. Dia lagi-lagi menggeleng.

"Aku baik kok!" katanya ketus.

Aku berjongkok di depannya, aku menelangkup wajahnya dengan kedua tanganku. Aku menatap wajahnya. Kulihat bahkan bibirnya pucat, aku tahu dia sebenarnya sakit. Tetapi dia tidak mau mengakuinya. Dan memilih menahan rasa sakit itu.

"Jangan bohong padaku," kataku berusaha sabar. Dengan nada lirih.

"Aku--"

Aku mengerutkan kening. Ketika HyeonJin berdiri dari duduk bersilanya. Kedua tangannya menutup mulutnya. Aku mengikuti langkahnya menuju kamar mandi.

Aku terus memperhatikannya, dia memuntahkan isi perutnya lagi di closet. Aku mendekat membantu memijat leher dan punggungnya. Ini menyakitkan melihatnya seperti ini. Aku bahkan dapat merasakan suatu ikat tali tak kasat mata yang terus memaksaku untuk selalu memperhatikan istriku saat ini juga.

Dia pun berbalik. Aku membantu menata rambutnya yang menutupi wajahnya. Aku mengangkat badannya, mendudukkan di atas lemari kecil disana. Aku menaruh kedua tanganku di dinding menguci pergerakannya.

"Ayo. kita. ke rumah. sakit!" kataku penuh penekanan.

HyeonJin menundukkan kepala membuatku menghela napas "Jangan diam saja, aku mohon jangan seperti ini."

Suara isakan tangisannya lirih membuatku bingung. Terpaksa aku memeluk tubuhnya dan mengusap belakang punggungnya.

"Aku lapar, tapi semua makanan favoritku selalu ditolak oleh perutku Oppa, aku merasa baik hanya saja aku tidak tahu apa yang terjadi padaku."

Aku terus mengusap punggungnya, istriku memang mengalami mood yang aneh akhir-akhir ini.

Terkadang dia marah, ceria dan perilaku lainnya yang membuatku bergeleng. Mungkin aku akan menelepon Seok Jin atau bertanya Eomma-nim nantinya.

"Kamu tidur saja, aku akan turun sebentar mengambil obat dan makanan. Setidaknya isilah perutmu." Aku menunjukkan muka sedih, HyeonJin hanya mengangguk patuh.

Akupun tersenyum tipis mencubit pipi kanannya.

Tanpa permisi aku mengangkat tubuhnya, menggendongnya lalu menurunkannya ke tempat tidur.

Will You Marry Me? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang