❝Ketika orang-orang menjauh, dia datang mendekat. Dia selalu berada di sisi, apa pun kondisinya. Lalu, apa alasanku untuk tidak menerimanya dalam hatiku?❞
🌾🌾🌾
Seminggu berat terlalui. Hubunganku dengan Riana tak kunjung membaik. Untung saja Rika tidak ikut-ikutan menyudutkanku, walaupun ketika ada ketiga temannya, terpaksa dia harus pergi bersama mereka dan meninggalkanku sendirian. Seperti saat ini. Dia menatapku tidak enak karena teman-temannya sudah menunggu di depan pintu kelas.
Aku berjalan ke arah halaman depan dengan tangan kosong. Duduk menyendiri di sana daripada mendengar keriuhan seperti ini sedikit membuatku nyaman.
"Euy! Ngelamun aja."
Aku menoleh refleks karena sedikit kaget. Kedua alisku bersinggungan saat melihatnya duduk di sebelahku. "Kak Suha ngapain di sini?"
"Yah kayak biasa, gangguin kamu," sahutnya dengan tampang cengengesan.
Bibirku refleks tersenyum miring. "Makananku mana?" tanyaku sambil menengadahkan tangan ke arahnya.
"Nih."
Sontak aku mengambil pemberiannya. Sejak kejadian heboh itu, aku memang sering meminta Kak Suha untuk membelikan jajanan di kantin. Kali ini, dia membelikanku burger dan jus melon.
"Makasih," ucapku setelah memakan burger itu dengan satu gigitan.
"Sama-sama. Kamu harus banyak makan. Kakak lihat, kamu makin kurus aja, Man."
Aku hanya meresponnya dengan senyuman kecut. Dia benar, aku memang jarang makan. Papa Arlan bahkan lebih sering memperhatikanku. Terlebih lagi mama Zelin yang biasanya hanya mengkhawatirkan Zyan. Dengan kondisi sekarang ini, ada beberapa hal yang memang aku syukuri.
Aku bisa mendapatkan perhatian kedua orang tuaku.
"Man, kakak ke kelas dulu ya. Nggak papa, kan?"
Kepalaku terangguk. Dia memegang lenganku cukup erat sebelum pergi. Sepertinya Kak Suha juga tidak enak meninggalkanku seperti ini.
Kembali aku memakan burgerku sampai habis lalu menyesap jus melon favoritku. Saat hendak berdiri, aku dikagetkan sebab Almer berjalan mendekatiku. Kuurungkan niatku seketika.
"Hai."
Tubuhku langsung bereaksi tegang. "Hai."
Dia mulai duduk di sebelahku. Pikiranku berkecamuk. Dari mana dia tahu aku ada di sini?
"Kemarin kenapa nggak ikut rapat?"
Bibirku terkatup. Kemarin Minggu memang ada jadwal untuk rapat tentang project akhir tahun bersama panitia-panitia yang sudah dipilih dan diseleksi Almer. Aku sendiri yang merasa tidak sanggup menghadapi mereka memutuskan untuk tidak pergi.
"Maaf ya, kemarin lagi nggak enak badan," alibiku padanya.
"Lo nggak usah mikirin soal gosip yang beredar ya. Gue yakin, nanti juga pasti reda kok."
Aku mengangguk lemah.
"Minggu besok bakalan rapat lagi ngebahas soal tema sama tanggal."
Dahiku mengerut. "Kemarin belum dibahas?"
"Karena lo nggak datang, jadi gue cuma jelasin desain yang kita buat aja. Makanya, Minggu nanti lo musti datang."
أنت تقرأ
Introvert Secret [END]
أدب المراهقينFollow @ranikastory on Instagram. Jika takdir tak pernah berpihak pada kita, lantas untuk apa Tuhan mempertemukan aku dan kamu? copyright © by ranikaruslima, 2018. amazing cover by @prlstuvwxyz
![Introvert Secret [END]](https://img.wattpad.com/cover/145495305-64-k732272.jpg)