❝Introvert bukan berarti pendiam. Melainkan hanya senang menghabiskan waktu sendirian demi mengisi energinya.❞
🌾🌾🌾
"Manda, kamu udah siap, belum?"
"Sebentar, Pa!"
Sengaja aku memperlama keberangkatan kami ke tempat reuni berlangsung. Saat ini aku sedang berbaring di atas kasur sembari memainkan ponsel.
"Manda. Buka pintunya!"
Aku terlonjak duduk ketika papa mengetok pintu kamarku.
"Manda, jangan main-main. Papa tahu kamu nggak mau pergi."
Aku mendengkus kesal. Papa memang selalu mengerti dengan tingkahku yang seperti ini. Mendesah sesaat, aku mulai berjalan menuju pintu kamar dan membukanya.
"Astaga, Manda! Kenapa belum siap-siap?"
"Ini udah siap-siap, Pa!" sahutku malas.
Papa mengerutkan dahi dan memandangku dari bawah ke atas. "Dengan pakaian seperti ini?"
Kepalaku terangguk. Saat ini aku sedang mengenakan kaus lengan panjang dan celana jeans dengan rambut yang diikat kuda. Riasan di wajahku pun hanya bedak bayi dan lipgloss. Begitu simpel.
"Manda, kita mau ke acara reunian. Jangan bikin malu papa, mama dong," ucap papa penuh penekanan.
"Ya kenapa sih kalau pake baju ginian doang? Yang penting tu percaya dirinya, Pa. Bukan bajunya."
Papa Arlan terdengar mengeluh. "Kamu nggak bisa dibilangin ya! Ya udah, ayo!"
Aku tersenyum tipis. Setidaknya walaupun nanti acaranya tidak membuatku nyaman, tetapi pakaian yang dikenakan masih nyaman untuk dikenakan.
Kami berangkat menuju lokasi reuni teman-teman papa dan mama. Kata papa, mereka mengadakan reuni di salah satu hotel di Jakarta.
Setelah menempuh perjalanan satu jam, kami sampai di tempat tujuan. Mereka sudah turun, namun aku tak kunjung turun dari mobil.
"Manda."
Papa memperingatiku dengan tatapan tajamnya. Mau tak mau, aku harus menurut dan mengikutinya. Konsekuensi kalau tidak mengikutinya bisa mengenai pemotongan uang jajan, bisa mengenai fasilitas yang kugunakan di rumah, bisa juga mengenai uang khusus untukku membeli buku.
Kejam, bukan?
"Ayo, Kak!"
Zyan memandangku dengan senyuman manisnya sambil memberikan uluran tangannya. Aku membalas dengan senyuman dan menyambut uluran tangannya lalu memeluk tangannya erat menuruni mobil.
Dengan langkah malas-malasan, aku mengikuti papa dari belakang yang menggandeng tangan mama begitu mesranya. Bukan mereka saja yang bisa mesra begituan. Aku juga bisa mesra dengan adikku, Zyan.
Aku berjalan sampai diriku hampir tiba di ruangan tempat berlangsungnya reuni. Namun seorang cowok yang sedang berdiri di dekat pintu masuk sukses membuat mataku melotot sekaligus terdiam di tempat. Seketika aku panik. Genggaman tanganku dan Zyan sudah terlepas begitu saja.
"Kak Manda."
Zyan menggoyang-goyangkan tubuhku.
"Kak, ayo, masuk."
Aku menatap Zyan cemas.
"Aduh, perut kakak sakit. Kakak ke toilet dulu, kamu masuk aja duluan."
Aku memberikan cengiran khasku ketika kebelet lalu pergi meninggalkan Zyan. Aslinya aku tidak ke toilet, melainkan mengintip di balik dinding.
Buru-buru aku mengotak-atik ponsel, meminta Kak Suha untuk menjemput. Sepertinya aku harus kabur dari sini. Aku tak peduli lagi dengan konsekuensi yang akan diberikan papa nantinya.
YOU ARE READING
Introvert Secret [END]
Teen FictionFollow @ranikastory on Instagram. Jika takdir tak pernah berpihak pada kita, lantas untuk apa Tuhan mempertemukan aku dan kamu? copyright © by ranikaruslima, 2018. amazing cover by @prlstuvwxyz
![Introvert Secret [END]](https://img.wattpad.com/cover/145495305-64-k732272.jpg)