10-The Parting (END)

1.5K 138 29
                                    

[The Parting]

Author POV

Dalam keheningan malam, seorang pria termenung sendiri di sebuah ruangan yang menyisakan kegelapan. Kedua matanya terpejam, dada bidang berbalut kaos putih itu bergerak naik turun, menandakan jika ia bernafas dengan teratur. Tapi ketahuilah, sesungguhnya ia tidak sedang tertidur. Dalam otaknya sedang berpikir keras. Batinnya berperang untuk tak meluapkan emosi serta kemarahannya. Sungguh, dia dalam keadaan yang jauh dari kata baik-baik saja.

Rasa tanggung jawab akan sebuah janji yang dulu Ia ucapkan. Sebuah janji untuk menghadirkan sebuah kebahagiaan padanya—wanita yang Ia cintai. Sudah hampir satu tahun Ia masih mengucapkan janji itu tapi sampai sekarang pun tak ada tanda-tanda jika janji itu terwujud. Semua masih sama seperti saat pertama kali Ia bertemu dengannya. Saat pertama kali dia dengan berani mengucapkan janji dengan gamblangnya. Saat ini, hanya sebuah luka yang Ia torehkan pada wanita itu. Apa bedanya dirinya dan juga mereka? Sama-sama menyakitinya.

Janjinya hampir saja terwujud. Hanya kata ‘hampir’ dan masih jauh dari kata ‘terlaksana’. Sungguh, ini hanya terdengar omong kosong. Bahkan Ia muak dengan dirinya sendiri, ingin hidup bahagia ternyata bukan hal yang mudah untuknya dan juga wanitanya.

Setelah 2 bulan lalu Yoon Gi pergi, kembali ke Prancis. Kehidupan Tae Hyung bersama Irene kembali seperti pada awal mereka bertemu. Hanya saja, kali ini Tae Hyung yang lebih banyak menghindar. Lelaki bersurai coklat ini hanya merasa malu untuk sekedar bertemu dengan Irene yang notabennya adalah wanitanya, Istrinya dan calon Ibu dari anaknya. Tae Hyung merasa gagal menjadi seorang suami untuk Irene, dia tidak bisa membawakan sebuah kebahagiaan untuk keluarga kecilnya. Janjinya belum ia penuhi, tanggung jawab atas Irene belum sepenuhnya Ia laksanakan. Dia marah pada dirinya sendiri, menyalahkan semua kebodohannya yang dengan gamblang dan begitu mengucapkan sebuah janji.

“Saya tidak peduli, bila saya menjauhi putri anda saya hanya akan sama seperti lelaki itu, bukankah pernikahan ini yang kalian harapkan. Saya akan mencoba menyembuhkannya. Saya akan menyembuhkan dan membuat dia melihat saya, bagaimanapun caranya.”

Memorinya berputar seperti sebuah kaset film. Dia masih ingat dengan jelas ketika dia mengutarakan sebuah janji tepat di depan kedua orang tua Irene dan juga orang tuanya. Ia merasa kecewa pada dirinya sendiri karena kehilangan Yoon Gi. Dia bodoh karena tidak mengetahui nama samaran Yoon Gi padahal Ia membesar-besarkan kedekatannya pada pria bermata sabit itu. Dia selalu mengatakan mengetahui segala sesuatu tentang Yoon Gi tapi nama samarannya saja Ia tidak tahu. Jika saja dia mengetahui hal itu maka sudah dipastikan, saat Irene mengatakan segalanya malam itu, dia bisa menyelesaikan segalanya.

Kebodohannya yang meembuat semua menjadi lebih lama. Sekarang dia sudah kehilangan Yoon Gi. Pria pucat itu menghilang seperti 3 tahun lalu. Tae Hyung sudah beratusan kali mencoba menghubungi ponsel Yoon Gi tapi ratusan kali pula hanya suara wanita yang bisa Ia dengarkan. Dia sudah menyuruh puluhan orang-orangnya untuk pergi ke Prancis dan mencari Yoon Gi tapi sampai sekarang pun tidak ada kabar mengenai keberadaan Yoon Gi. Dia frustasi. Dengan cara apa lagi agar dia bisa menyembuhkan Irene dari kutukan itu. Segala cara sudah Ia lakukan.

Braaakkk

Seketika kedua matanya terbuka lebar. Suara sebuah benda jatuh menyadarkannya dari lamunan yang Ia ciptakan 2 jam lalu. Seketika pikirannya hanya tertuju pada sang Istri—Irene. Dengan gerakan cepat Tae Hyung bangkit dari kursi kerjanya dan berlari meninggalkan tempat kerjanya. Kedua matanya terbelalak melihat lampu tidur terjatuh dari atas nakas. Bukan, bukan lampu tidur itu yang menjadi titik fokus pria ini tetapi Irene yang tengah kesakitan di bawah lantai dengan memegangi perut besarnya.

“IRENE!!”

Teriak Tae Hyung yang langsung menghampiri Irene.

“B-byul … s-s-selamat kan Byul!” Pinta Irene mengerang kesakitan.

F L O W E R ✔Where stories live. Discover now