1-Trust Me

1.7K 195 12
                                    

🌹🌹

Hari ini adalah harinya. Hari di mana aku melepas masa lanjangku untuk seorang gadis yang tidak akan pernah melihatku. Berulang kali kedua orang tuaku memintaku untuk mempertimbangkan semua keputusanku. Ini sedikit miris, dulu ketika aku menolak mentah-mentah mereka memaksaku untuk tetap menerima. Dan sekarang setelah mengetahui keadaan Irene mereka ingin aku menolaknya. Well, dengan ini aku menyadari jika orang tua tidak akan pernah memberikan anak-anaknya orang tak tepat. Tak tepat? Untuk saat ini aku akan mengakuinya tetapi lihat saja. Semua akan berubah dan gadis itu akan bertekuk lutut padaku, memujaku, menginginkanku. Entah apa yang membuatku seyakin ini tetapi aku yakin dia akan menginginkanku lebih dari aku yang menginginkannya.

Aku keluar dari kamar mandi hanya dengan baju handuk kimono yang menutupi tubuh telanjangku. Aku melihatnya masih mengenakan gaun putih yang memperlihatkan bahu mulusnya. Dia tersenyum menatapi bunga pernikahan yang tidak ingin dia lemparkan pada para tamu undangan seperti pengantin wanita lainnya.

Aku mendesah kesal sebelum aku duduk di tepi ranjang. Kedua mataku menatap dirinya memuja. Ya, Dia sangat cantik, sudah kukatakan bukan dari awal aku menganggapnya adalah Dewi Bunga. Tak ada lecet atau cacat apsapun pada tubuhnya. Dia sempurna dan sialnya dia membangkitkan gairahku. Aku ingin menyetuhnya membuatnya berteriak ketika aku menyatukan tubuhku dengannya.

“Sampai kapan kau akan tersenyum pada bunga itu?” Aku bertanya memecah keheningan kamarku.

Dia bergeming, mulutnya masih sibuk menciumi bunga itu yang aku yakin harumnya telah memudar. Jari-jari lentiknya dengan cantik menyentuh kelopak bunga yang menyatu dengan indahnya.

“Kau tidak mendengarkanku?” Tanyaku kembali tetapi dia tetap diam. Ini membuatku kesal.

Aku berdiri dan merebut Bunga itu dari darinya. Keningnya berkerut menatapku benci.

“Berikan bungaku!”

“Tidak akan!”

“Ya!”

“Aku akan memberikannya setelah kau membersihkan badanmu. Kau harus mandi nona.” Ujarku

“Aku akan memberikan bunga ini setelah kau mandi!” Tegasku sebelum meninggalkan kamar dengan tatapan bencinya padaku.

Aku pergi menuju dapur. Aku melihat bibi yang mengurus apartemenku tengah menyiapkan makan malam untuk akun dan Irene. Kami tinggal di apartemenku
“Apakah makan malamnya sudah siap?” Tanyaku

Bibi Song membungkukkan badannya setelah menyadari kehadiranku.

“Iya, Tuan.”

“Siapkan makanan di nampan kita akan makan malam di kamar.” Perintahku dan Bibi Song langsung menyanggupinya. Aku berjalan menuju kulkas hanya untuk sekedar mengambil air putih untukku minum. Sambil menunggu Bibi Song menyiapkan makan malamku di atas nampan sesuai dengan permintaanku.

“Ini, Tuan. Makanan sudah siap. Saya akan mengantarnya ke kamar anda.”

“Tidak perlu, biar aku yang melakukannya.”

Masih menggenggam bunga pernikahanku aku membawa nampan yang penuh dengan makanan di atasnya serta dua gelas air putih.

Perlahan aku membuka knop pintu kamarku mendapatkan Irene yang rupanya telah menggantinya dengan baju tidurnya. Dia menatapku sinis sebelum menghampiriku.

Ia mengulurkan tangannya memperlihatkan telapak tangan pucatnya. Aku tahu, dia meminta Bunga ini. Aku hanya diam dan berjalan menghindarinya. Dia mendesah kesal lalu membalikkan badannya menghampiriku yang sudah duduk di sofa dengan makanan yang sudah kuletakan di atas meja.

F L O W E R ✔Where stories live. Discover now