6-Try Again

1.2K 145 18
                                    

[Try Again]

Irene POV

Manisnya eskrim coklat meleleh di lidah sampai tenggorokkanku. Dariawal kehamilanku aku sangat menyukai eskrim berasa coklat. Sebelumnya aku tidak begitu menyukai eskrim tapi lihatlah sekarang aku sangat menyukai makanan yang lebih banyak digemari anak kecil. Dulu ketika aku masih duduk di bangku Sekolah Menengah ketika aku sempat mengikuti seminar SAP yang membahas mengenai Ibu Hamil. Aku sempat membayangkan bagaimana jika aku hamil kelak dan saat itu yang ada dalam bayanganku adalah jika menjadi Ibu hamil itu menyenangkan. Memiliki Suami yang akan memanjakanku dan memberikan perhatian sepenuh hatinya. Tentu saja, kami saling jatuh cinta.

Tetapi,

Kebahagiaan yang sempurna memanglah hanya ada dalam dunia fantasi manusia. Nyatanya kekecewaan karena sebuah harapan lebih nyata dibandingkan dengan sebuah mimpi.

Selama 6 bulan dari masa kehamilanku, aku masih merasakan kesepian. Dia memang selalu menuruti keinginanku tetapi dia hanya melakukan yang terlihat. Dia tidak tahu apa yang hatiku inginkan. Dia tidak akan pernah tahu karena aku yang menahannya. Setelah memasuki bulan ke-3 entahlah apa yang terjadi padaku, ada rasa yang tak bisa aku artikan. Ada saat-saat di mana aku ingin dimanja olehnya, ada saat di mana aku ingin memeluknya satu hari penuh, ada saat di mana aku ingin makan dengan tangannya, ada saat aku ingin tidur dalam dekapan hangatnya. Berkali-kali aku meminta maaf pada janinku, Byul. Ya … aku menyukai panggilan itu. Aku meminta maaf karena tak bisa menuruti kemauannya yang satu ini.

Setiap kali aku menatap Tae Hyung dan mengatakan atau melakukan keinginanku, hati daan seluruh tubuhku tak bisa melakukannya seolah ada dinding yang tak bisa aku tembus. Aku menyesal karena itu. Di sini aku juga tersiksa, tolong mengertilah anakku.

Aku bersyukur tepat pada bulan ke-5 rasa mual atau pusing tak aku dapatkan lagi. Tetapi, aku lebih berminat pada dapur terlebih pada japchae. Entahlah aku sangat menginginkannya setiap hari. Tak peduli atas keluhan Tae Hyung yang sudah merasa bosan dengan makanan tersebut. Terkadang lelaki itu lebih memilih untuk makan di luar guna mendapatkan kenikmatannya sendiri.

Tit tit tit tit ….
Suara kode pintu masuk mulai terdengar dari rongga pendengaranku. Dia pulang. Tak lama kemudian pintu apartemen terbuka dan menampakan seorang pria dengan setelan kantor yang sudah tak serapi pagi tadi.

“Eskrim lagi?”

Aku hanya diam tak menanggapi pertanyaan yang terdengar seolah dia bosan dengan makanan yang ada di hadapanku.

“Apa kau masak japchae lagi?” Tanya Tae Hyung keembali.

“Tentu.”

“Bisakah kau memasakanku yang lain. Aku tak masalah jika kau memasak japchae. Tapi bisakah kau memasakanku makanan lain, hanya untukku?” suaranya terdengar memelas.

“Akan aku pikirkan.”

Dia menghela nafas, “Aku akan makan di luar. Kau tak perlu memasak.”

Aku diam menatap punggungnya pergi masuk ke dalam kamar. Sebenarnya dalam diriku yang lain ada rasa iba padanya. Bagaimanapun dia menjagaku dengan baik, kelewat baik. Tetapi, dinding kokoh itu lagi-lagi tak bisa aku tembus dan membuatku tak peduli pada pria ini.

Setelah menghabiskan eskrim coklatku, aku masuk ke dalam kamar. Mendapatkan dia yang tengah tidur masih lengkap dengan kemeja biru dongker,  hanya saja dasi hitam yang tadi melingkar di kera kemeja itu telah tiada. Aku menghela nafasku sesaat sebelum mendaratkan bokongku pada pinggiran ranjang. Mengambil bunga mawar putih yang ia berikan tadi pagi. Menghirupnya perlahan.

Dan sialnya, keinginanku yang lain terbesat dalam benakku. Aku menatapnya, aku bisa lihat wajah lelah bahkan kerutan di keningnnya masih tercetak di sana, katung matanya pun terdapat garis hitam. Tetapi lagi-lagi egoku mengalahkan prihatinku. Dengan gamblang aku mengatakan keinginanku.

F L O W E R ✔Where stories live. Discover now