Hujan 1

19 2 0
                                    

Bagian 16. HUJAN 1

(Anggaplah percakapan dibawah ini menggunakan bahasa inggris)

Di sisi meja bundar itu terdapat kursi-kursi nyaman yang sudah duduki oleh 3 orang-sepasang suami istri dan kakak si istri. Tidak ada jamuan, hanya handphone mahal dan canggih yang tergeletak tak berguna di atas meja. Orang yang terlihat paling tua bicara.

"Jadi bagaimana bagusnya? Langsung jalan kan rencana, atau ada perombakan?"

"Aku ada ide" Alysa menyeringai licik "mereka belum mengetahui apa-apa. Bagaimana kalau kita hasut salah satu, begitu dia terhasut. Disitulah permainan akan kita mulai. Diakhir nanti, bisa kita pastikan sehancur apa mereka berdua terlebih kehancuran Athafariz dan Evelyn"

"Hanya mereka? Bocah kembar itu?"

"Lupakan bocah-bocah tidak penting itu. Kita cukup memberi pelajaran mereka lewat dua kelinci yang selama ini mereka sembunyikan. Aku kesal karena pernah percaya bayi sialan itu mati di kandungan. Cih!" Alysa menggeram

Zafran terkekeh "sepertinya aku tertarik sayang. Bagaimana permainannya?"

"Oh. Adik ku yang pintar pasti akan membuat rencana paling menakjubkan" Octarian tersenyum miring. Dia sudah tahu rencana yang akan Alysa jalankan.

"Ceritakan" Zafran menuntut.

Mulailah rencana cerdas itu Alysa kisahkan, tentang dua anak yang tidak tahu apa-apa, seorang gadis tak berdosa yang harus menjadi korban dan akhir cerita yang tidak akan terlupakan. Sasaran mereka yang akan dibuat boneka adalah anak pertama dari pria bernama Dylan Oliver...

•••

Satu minggu telah berlalu. Jejak luka itu masih berbekas nyata dan jelas dihati ku. Jika orang bilang aku cengeng, aku tidak menyangkal. Jika ada yang menggunjing aku manja, itulah faktanya. Aku tidak mampu hidup sendirian seperti ini. Sekalipun ada Sayyid dan Saadad, hidup ku tetap terasa sepi dan kosong.

Tadi di kelas pun aku hanya melamun, materi-materi pelajaran yang disampaikan guru tidak ada yang bisa ku cerna sama sekali. Saat teman-teman mengajak ku makan di kantin pun, aku tidak selera. Bakso yang dipesan Abqary untukku dingin tanpa kusentuh.

Sungguh. Bukannya aku mengabaikan kebaikannya, menyayiakan rezeki dan tidak menghargai perhatiannya. Ini semua masih sulit ku terima. Dua tahun lalu Papa pergi, lantas di tahun ini Mama menyusul. Kenapa tidak sekalian saja aku dan Twins diikut sertakan? Hidup sebatang kara bukan cita-cita ku!

Sepiring lontong sayur diletakkan didepan ku. Diikuti seseorang yang duduk berseberangan dengan ku.
"Makan" ujarnya datar.

Aku tidak merespon. Lagi pula aku tidak paham maksudnya apa. Dia menyuruh ku makan? Kenapa nadanya flat begitu?
"Sedih itu boleh, Fa. Tapi berlarut-larut itu nggak baik. Kamu masih inget kan nasehat Mas Idyzraf beberapa hari lalu?" Peringatnya

"Aku nggak laper" balas ku

"Kamu nggak laper. Tapi tubuh kamu perlu nutrisi. Jangan egois dong"

"Kenapa kamu yang sewot?"

"Aku sewot juga buat kamu. Karena kamu. Gimana kalo kamu sakit? Siapa yang bakal ngerawat adik-adik kamu? Apa kamu kira mereka akan baik-baik aja kalo kamu drop?"

Abqary mengomel panjang sekali. Dia sudah mirip emak-emak mengomeli suaminya yang jorok-meletakkan handuk basah sehabis mandi di ranjang. Aku hanya meresponnya dengan memutar mata malas. Dia berdecak, mengambil sendok-heh! Pria itu berniat menyuapi ku?

Ini kantin Abqary!!!!

"Buka mulut!" Titahnya tegas

Tidak akan kuturuti! Aku bukan mesin yang menjalankan perintah manusia. Jangankan manusia, perintah Allah pun kadang sering ku bangkang. Contoh mudah, sholat lima waktu-tepat waktu. Tidak jarang aku mengulur-ulur waktunya. Astaghfirullah, aku berusaha tidak begitu sekarang.

Senja Bersimbah DarahWhere stories live. Discover now