Bukti

12 2 0
                                    

Bagian 18. BUKTI

Sebuah cafe Abqary datangi sepulang sekolah, pria bernama Octarian sudah menghubunginya lagi dan mengatakan tempat dimana baiknya mereka mengadakan pertemuan. Selain foto itu apalagi yang akan membuat Abqary memberikan kepercayaan pada mereka?

Orang-orang itu tidak tahu saja, kepercayaan Abqary pada keluarganya sudah goyah hanya karena foto. Yang ini tujuannya untuk lebih meyakinkan, benarkah Ayahnya memang bernama Dylan dan Ayah Lathifa membunuhnya? Juga Ibunya? Sampai di cafe, Octarian memanggilnya, menyuruhnya bergabung pada meja yang sudah dipesan.

Tidak lupa mereka mempersilahkan Abqary memesan apapun-makanan dan minuman favoritnya. Dan mereka tidak keberatan membayarkan. Anggap saja ini pencitraan karena mereka sahabat Ayah kandung Abqary.
"Apa yang mau kalian tunjukkan?" Tanya Abqary to the point

Zafran tertawa "Kamu mirip sekali dengan Ayah mu, tidak suka basa-basi dan selalu serius"

Pemuda kecil dihadapan mereka hanya mengendikkan bahu. Sebagai orang dewasa yang cerdas harusnya mereka tahu bahwa buah jatuh tidak jauh dari pohonnya.
"Baiklah. Ini bukti lain bahwa kami tidak menipu mu soal Ayah kandung mu" Octarian menyodorkan sebuah map

Tanpa bicara Abqary membuka map tersebut, isinya berupa salinan akta kelahirannya, disana tertulis, Muhammad Abqary Haufanhazza, putra pertama dari pasangan Dylan Oliver Haufanhazza dan Olivia Emma Ayeina. Terdapat tempat tanggal lahir dan segala hal-hal yang membuktikan bahwa Abqary memang putra pria bernama Dylan.

Abqary menanyakan keasliannya, mereka mengakui bahwa itu salinan. Bodohnya anak SMA itu tidak menanyakan dimana yang asli. Atau baginya itu tidak penting? Mereka terus bercakap-cakap, bahkan sempat membahas sedikit tentang Lathifa-secara tersirat. Tanpa menyadari seseorang yang menguping dengan penasaran.

Sebenarnya tidak hanya seseorang, ada dua. Yang satu menguping dengan pura-pura menjadi pengunjung yang memesan minuman. Dan satunya lagi seorang gadis SMA yang pura-pura menjadi pelayan cafe.

Gadis itu mengerutkan kening heran, putri sulung Edward? Perasaan yah, kita nggak kenal cewe yang namanya Reneesme-putri Edward Cullen dan Bella Swan. Terus siapa yang disebut sahabatnya tadi? Atau itu kenalannya sebelum pindah sekolah disini yah? Pikirnya.

Otak remaja delapan belas tahun itu mengingat-ingat, adakah Edward lain selain Edward Cullen? Tubuhnya yang pura-pura membereskan meja bekas pasangan makan siang langsung menegang. Ada seseorang yang sangat ia kenal, juga bernama Edward, tapi bukan nama itu yang popular.

Apa hubungan Abqary sama mereka? Terus kenapa mereka tanya-tanya soal putri sulung Edward? Ini mencurigakan. Dia harus gue selidiki secara diam-diam. Oke, mari bermain detektif-detektifan. Gadis itu terkekeh-kekeh sampai seseorang menepuk bahunya.

"Kamu bukan pegawai sini kan? Setahu ku pelayan disini tidak ada gadis-"

"Gue anak yang punya cafe"

"Apa? Bukankah anak pemilik cafe ini seorang-"

Sebelum kata-kata manager cafe selesai, gadis itu sudah lebih dulu memotong dengan pergi dari sana tanpa sepatah kata pun. Ia menjumpai pelayan yang tadi ia sewa baju seragamnya. Lalu beranjak pulang dengan mobil yang menjemputnya.

"Bahaya mengintai dalam jarak dekat. Mengerikan" desis gadis itu sembari menghubungi seseorang untuk dimintai bantuan.

•••

"Ummi kenapa?" Tegur Abqary melihat ibunya tampak gelisah, padahal ditangannya ada sebuah majalah fashion yang menarik untuk dibaca.

"Eh, Qa" Evelyn tersadar dan langsung tersenyum lembut "Nggak kok. Cuma khawatir Abi belum pulang. Biasanya kan Abi pulang jam 5" alibinya memanipulasi rasa khawatir yang tidak tahu dari mana datangnya.

Senja Bersimbah DarahUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum