Cahaya Hati

11 1 0
                                    

Bagian 12. CAHAYA HATI

"Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin, Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang"
(QS. Al-Ahzab 33: Ayat 59)

~-✒-~


"Eh. Baru turun. Kok rambutnya dicepol gitu? Sini Mama kepang biar rapi" kata Nadda mendapati putri sulungnya turun dengan seragam lengkap kecuali rambutnya yang di cepol rendah.

Lathifa menggeleng

Nadda mengerutkan kening "Nggak mau di kepang? Mau coba gaya rambut baru?" Tanyanya heran

Lathifa menggeleng lagi.

"Pita suaranya putus kak?" Celetuk Saadad langsung

"Atau lagi mogok cerewet?" Timpal Sayyid bingung

"Sariawan ya?" Ledek Saadad lagi

Lathifa tidak bersuara sedikitpun. Nadda mendekatinya, merangkul bahunya sayang.
"Kamu kenapa diam? Ada sesuatu yang ganggu kamu?"

Gadis itu menatap ibunya dengan sorot luka, Nadda melembutkan suara juga tatapannya.
"Ma, mimpi itu..." Lathifa menunduk

"Iya, mimpi-"

"Mimpi buruk yang semalam terjadi lagi sehabis aku sholat malam. Dan mimpi itu bikin aku sadar"

Kerutan di dahi Nadda makin kentara. Gadisnya ini kenapa sebenarnya? Masa pagi-pagi masih saja membahas mimpi buruknya.
"Sadar?"

"Kalo harusnya mulai sekarang aku berhijab, mulai memperbaiki diri untuk menjadi seorang Akhwat yang sesuai dengan ajaran islam. Mama mau bantu aku kan? Aku mau memulai dengan hijab"

Nafas Lathifa terdengar berat. Gadis itu menunduk, perlahan senyuman lembut penuh kegembiraan tergambar jelas diwajah Nadda, dia memeluk putrinya erat segera ia menarik Lathifa ke lantai atas, memasuki kamarnya dan mengambil jilbab persegi empat tebal berwarna putih bersih.

Dengan cekatan ia memakaikan jilbab untuk Lathifa, membantu memasang bros cantik dan merapikan anak rambut yang terlihat jatuh dikening. Putrinya mengerjab saat tubuhnya dihadapkan pada cermin.

Sungguhankah itu dirinya? Matanya yang bulat berbinar haru saat melihat betapa cantiknya perempuan yang berdiri berhadapan dengannya, baju tertutup dan longgar serta jilbab panjangnya benar-benar memancarkan kecantikan alami yang tidak main-main.

"Mama...subhana-" Lathifa membungkam mulutnya menahan tangis.

Masih tak percaya bahwa perempuan cantik itu adalah pantulan dirinya sendiri. Lathifa yang baru, Lathifa yang akan memulai hijrahnya menjadi hamba yang lebih baik dari sebelumnya. Air mata lolos dari matanya begitu saja.

Sigap Nadda memeluknya erat, akhirnya moment yang ditunggunya datang juga. Masa dimana ia berharap anaknya akan menjadi wanita dunia yang membuat para bidadari syurga cemburu. Ia berjanji, akan senantiasa membimbing putrinya untuk menjadi wanita sholihah, wanita yang bagaikan perhiasan dunia.

"Mama berharap kamu tetep istiqomah ya, Sholihah, pertahankan jilbab ini apapun yang terjadi. Serta jadikan perubahan mu ini dengan niat karena Allah" ujar Nadda lembut

"InsyaAllah Ma, hijrah ku untuk Rabb ku" sahut Lathifa

"Sekarang kita turun, sarapan. Adik-adik kamu udah nunggu, dan mereka pasti seneng kakaknya berpenampilan kaya sekarang"

Senja Bersimbah DarahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang