alaska; 42

580K 40.5K 11.5K
                                    

"KAMU apa-apaan sih, Ska? Bukannya ini yang kamu mau? Aku berhenti ngejar-ngejar kamu, berhenti perjuangin kamu, berhenti gangguin hidup kamu, bukannya itu yang kamu mau? Sekarang aku udah nyerah sama perasaan aku, aku mundur buat dapetin kamu, karena aku udah capek, kamu juga gak suka kan sama aku?" dengan mata memerah Alana berusaha menatap Alaska, "Regan bener, bitch kayak aku gak berhak dapetin cowok kayak kamu."

Entah apa yang akan terjadi selanjutnya namun, semuanya berada di tangan Alaska. Ia sudah memikirkan secara matang-matang, untuk mengakhiri semuanya jika Alaska benar-benar pergi sekarang. Namun, semua pikiran-pikiran nakal itu harus ia tepis jauh-jauh kala cowok berkaos navy polos itu memeluk pinggangnya. Menaruh dagu di salah satu bahunya. "Jadi, sampai segini aja nih perjuangan lo, di saat gue udah mulai."

Alana mengernyitkan matanya kemudian berusaha mendongak guna melihat wajah cowok yang kini sedang memeluknya itu, ia berusaha bertanya apa maksud dari perkataan Alaska namun sialnya perutnya malah serasa terguncang ingin mengeluarkan sesuatu. Dengan tidak rela Alana terpaksa mendorong Alaska untuk menjauh kemudian sepersekian detik selanjutnya adalah Alana yang memuntahkan seluruh isi perutnya.

Cewek dengan balutan dress selutut off shoulder itu berlari masuk kembali menuju club atau lebih tepatnya menuju toilet tempat itu. Melihat hal tersebut Alaska berjalan cepat mengikuti Alana. Toilet bertuliskan 'woman' kini tak ia perdulikan lagi, ini pertama kali dalam hidupnya melakukan hal segila ini hanya karena cewek sinting bernama Alana. Masuk ke dalam, Alaska mengangkat kedua telapak tangannya yang saling menyatu, meminta maaf, ketika menemui perempuan-perempuan yang menatapnya aneh.

Dengan bermodalkan ketebalan muka, Alaska akhirnya menemui Alana yang kini tengah mengeluarkan isi perutnya di sebuah wastafel. Cewek ber-dress merah itu tampak kesusahan dengan rambutnya yang tergerai, dan pada akhirnya Alaska turun tangan membantu cewek itu dengan menyatukan rambut Alana kemudian memegangkannya, salah satu tangannya tidak menganggur namun justru digunakan untuk memijat tengkuk Alana.

"Itu istrinya dikasih minyak angin, Pak." mendengar penuturan dari wanita di samping membuat Alaska berdehem saja, tanpa berbalik. Mungkin wanita itu sedang mabuk berat juga hingga mengira Alaska sematang itu.

Beberapa menit setelahnya Alana selesai dengan ritualnya. Ia memandang dirinya sebentar dari balik cermin kemudian setelahnya memusatkan tatapan ke arah Alaska yang kini menatapnya datar dari cermin juga. "Udah?" tanya cowok itu, Alana mengangguk saja kemudian berjalan keluar dari toilet tak lupa dengan Alaska yang dengan setia memapah tubuhnya.

Selain karena beberapa tatapan pengunjung club yang hendak menuju toilet, tubuh Alaska yang benar-benar tinggi menjulang membuat cowok itu sedikit kesusahan memapah Alana. Bukan karena Alana pendek sekali, bukan, namun dibandingkan dengan Alaska, Alana yang notebene terpilih sebagai mayoret di sekolahnya bisa saja terlihat pendek bagi Alaska. Jangan berkhayal Alaska adalah sosok cowok monster berbadan gemuk, tidak, jangan sampai, cowok dengan tinggi 180 cm ke atas dengan tubuh tegap yang tidak gemuk juga kurus benar-benar kriteria Alana.

Dengan sekali gerakan Alaska menggendong Alana keluar dengan cepat dari club dengan gaya bridal, mencoba melarikan diri dari hiruk pikuk gemerlap club. Alana memilih membenamkan kepalanya di ceruk leher Alaska yang kini benar-benar sedang melindunginya.

Sampai di mobil, Alaska menurunkan Alana di kursi samping kemudi secara hati-hati sedangkan dirinya dengan sedikit berlari memutari mobil kemudian mendudukan diri di kursi kemudi.

"Minum," ujar Alaska sembari menyodorkan air mineral yang sudah ia buka tutupnya kepada Alana.

-oOo-

ALASKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang