alaska; 17

441K 30.1K 584
                                    

ALANA pikir ini adalah mimpi. Mengetahui Aruna benar-benar memanggilnya membuat Alana merasa jika itu bukanlah kenyataan yang sedang ia alami. Sebelumnya cewek dengan rambut dicepol itu menunjuk dirinya seakan bertanya kepada Aruna, memastikan jika Alanalah orang yang dimaksud Aruna. Dan benar saja, Aruna mengangguk semangat dari atas sana.

Tora dan beberapa anak Batalyon juga teman-temannya yang lain sempat menyorakki dan bertanya kepadanya mengapa Bunda Alaska dapat mengenal cewek itu. Alana ingin menjawab namun sekarang bukanlah waktu yang tepat untuk menjelaskan panjang lebar kepada mereka semua. Sekarang adalah waktunya Alana untuk menemui Aruna di atas panggung.

Teman-teman Alana juga anak Batalyon bertambah heboh saja saat Alana beranjak dari tempat duduknya. Bahkan mereka yang bersorak itu sampai menjadi pusat perhatian tamu undangan yang lain.

"Kode itu, Lan."

"Ciee ..., Alana udah dikasih lampu ijo tuh dari emaknya Alaska."

"Bentar lagi Alana syukuran tuh, abis dapet restu dari calon mertua, eaa."

"Jangan lupa teraktiran yah, Lan? Kan elo abis dapet restu."

"Gak dapet hati anaknya, hati emaknya pun jadi, asek, tarik mang."

Dan Alana tau kalau suara-suara berisik itu didominasi dari anak-anak Batalyon.

Dasar yah, anak buah si Adrian kampret semua, kecuali bebeb gue. Batin Alana kesal.

Wanita dengan balutan long dress bermodel asymmetric neck itu menarik Alana lebih dekat saat Alana telah menaiki panggung. Alaska sempat menoleh ogah-ogahan dengan dirinya sedangkan tiga orang lelaki yang Alana ketahui siapa terlihat memandang Alana dengan tatapan bertanya.

Alana diam dan menurut saja saat Aruna mengatur posisinya. Pengantin wanita yang ada di sampingnya melemparkan senyum penuh makna padanya yang Alana balas dengan senyum pula.

Di samping kiri Alana ada Alaska, dan di samping Alaska lagi ada Ayahnya. Sedangkan di bagian barisan Aruna terdapat adik Alaska yang Alana ketahui bernama Cakra, dan di samping Cakra ada Arka yang tidak lain Kakak tertua cowok itu. Keempat lelaki itu memakai jas yang sama serta warna kemeja yang sama pula, merah maroon.

Posisi mereka membentuk sentengah lingkaran yang mengapit dua pasangan tersebut. Alana mengeluarkan senyumannya sebaik mungkin saat mereka sedang dipotret. Seakan selama hidup, segala kebahagiaannya tertampung pada senyumannya saat ini.

Setelah berpose beberapa kali Alana kira tugasnya telah selesai ternyata belum. Terlihat Aruna yang meminta tolong kepada Furqon, sepupu Alaska, agar panggung khusus bersama istrinya itu dipinjam sebentar. Demi apa pun, Aruna ini nekat sekali di mata Alana. Mungkin sebelas duabelasan dengan dirinya.

Bukannya marah Furqon malah terkekeh dan menggoda wanita itu, "iya deh, Bun, yang mau foto bareng calon mantunya, eh."

Aruna senyum saja. Lagian Furqon tidak keberatan bersama istrinya, mereka memilih menyingkir sebentar dan membiarkan enam orang itu menguasai tempatnya untuk sementara. Berbeda dengan keempat lelaki yang kini berada pada radar Alana, sekarang mereka tengah memandang Aruna aneh.

"Jangan mandang gitulah, ngertiin Bunda sekali-sekali?" Dan setelah itu mereka baru melepas pandangan aneh dengan kepasrahan lagi.

Tangan lembut Aruna menarik Alana untuk mendekat. Alana tak menolak juga tak berhenti tersenyum apalagi sekarang ia sedang diapit oleh keluarga Wardana, berdiri di samping Aruna, juga dapit oleh 4 orang pria tampan, betubuh tinggi tegap yang kini berstelan rapi.

Alana bangga sekaligus merasa senang. Bangga karena ia menjadi orang pertama yang diajak Aruna langsung untuk berfoto bersama keluarganya. Senang karena Alana seakan merasakan kembali kehangatan keluarganya.

ALASKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang