alaska; 20

465K 30.7K 1.1K
                                    

LANGIT di atas sana tidak sama sekali menandakan bahwa hujan akan turun. Bintang bertabur dengan kerlap-kerlip indahnya. Bulan ikut berkonspirasi menghias langit pekat, membuat pesta barbeque Alaska bersama keluarganya berjalan lancar.

Cowok berkaos oblong itu berjalan mengambil jagung bakar, menyantapnya di samping bocah tengil yang tengah serius bermain PSP. Sesekali Alaska jahil menubruk bahu anak itu agar permainannya kalah.

Malam ini sebagian keluarga besarnya sedang berkumpul bersama, mengingat besok adalah hari kepulangan setelah acara pernikahan kakak sepupuhnya yang di gelar waktu itu. Mereka semua cukup lama berlibur di sini hingga lupa pekerjaan dan pulang. Selain karena alasan ini, alasan lain acara barbeque ini adalah untuk memperingati hari anniversarry pernikahan kedua orang tuanya.

Terlihat ayahnya yang sedang menyanyikan lagu marry you daughter di hadapan Bundanya dengan iringan gitar. Alaska sudah biasa melihat ayahnya bermain gitar sambil bernyanyi namun menyanyikan lagu special di hadapan Bundanya adalah hal pertama kali yang ia lihat selama hidupnya.

Arka dan Cakra adalah anak ayahnya yang paling heboh saat hal tersebut berlangsung. Apalagi, saat Tama selesai bernyanyi dan merangkul Aruna. Cakra dan Arka jangan ditanya bagaimana rekasinya. Mungkin, karena Tama jarang berlaku seperti ini di depan anak-anaknya jadi kejadian seperti ini seperti keajaiban.

Beralih setelah Tama yang digoda. Sekarang malah Arka yang ditanya kapan akan menikah. Jangan ditanya bagaimana reaksi pria itu, langsung lari berpura-pura ingin mengambil sosis bakar.

"Dia kayaknya mau ngikutin ayah deh, nikahnya dijodohin," bisik Cakra kepada kakak tengahnya.

Jujur, Alaska ingin mengadukan ini kepada ayahnya, sekarang. Namun, kasian melihat Cakra selalu menjadi bahan omelan jadinya ia mengurungkan niat.

"Ska, yang waktu itu datengnya bareng kamu ke pesta pernikahan furqon siapa?" sebuah pertanyaan meluncur dari bibir tantenya.

Alaska bukan macam kakaknya, yang ditanyai begini malah lari dan pura-pura mengalihkan pertanyaan. Dia duduk tenang saja di tempatnya dan menjawab yang sebenar-benarnya yah, walaupun kedua saudaranya ini berusaha mengatakan yang tidak-tidak.

"Beneran itu, Ska?" tanya ayahnya saat Alaska selesai menjawab.

"Seriusan yah."

"Namanya siapa?"

"Alana."

"Tapi bunda kok ngerasa senang yah sama Alana."

"Jangan bahas itu, Bun."

"Sok ngelarang bunda buat bahas itu, nanti juga gak ada hari tanpa ngebahas Alana." ini lagi, sepupunya yang agak miring sebelas duabelasan Arka. Dicky namanya. Sosok yang suka menginap di kamarnya jika sedang berlibur ke Jakarta.

"Tapi ini bunda serius, Ska. Bunda kayak ada feeling buat ngejaga Alana."

-oOo-

Sore ini Alana harus telat pulang karena ada ekskul. Alana tidak benar-benar eksqul karena sebagian waktunya dipergunakan untuk menyetel snare drum yang bunyinya agak berbeda. Tentu saja ia tidak melakukan itu seorang diri melainkan dengan salah satu gitapati. Menjelang lomba semuanya harus dipersiapkan dengan mantap.

Cewek yang kini telah berganti seragam menjadi celana training dengan atasan kaos putih itu mengusap peluh, setelah mengurus alat perkusi ia juga harus latihan. Walaupun permainan tongkatnya sudah sangat lancar tapi Pak Halim menyuruhnya agar terus berlatih.

Sebenarnya waktu itu Alana tidak akan menjadi mayoret marching melainkan gitapati yang notabene jabatannya lebih tunggi dari mayoret tapi Alana tidak tertarik sama sekali. Ia bosan. Waktu SMP ia sudah jadi itu sekarang maunya mencoba yang lain.

ALASKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang