Ayah Kok Jelek?

268K 16.2K 2.2K
                                    

"Ari abdi budak sahaa, iyeu hate terus tuuuumanya. Nadimana anu ngandung, nadimana nu ngayugaaa. Ari abdi budak saha-"

"Anak lutung." Jawab Ciko yang sudah malas mendengar suara Mahendra yang sungguh memengangkan telinga seperti suara jayen di film doraemon.

"Cak elah Cik, jahat bener lo!" Ucap Mahendra dengan nada malasnya.

"Tau lo, orang Mahendra anak simpanse."

"Tai!" mahendra menggeplak kepala Adendra yang membela dan mengatainya secara bersamaan.

Mahendra, Ciko, Adendra dan Laskar sedang berada di taman kampus seperti biasa. Mereka menunggu kehadiran dua sahabatnya yang entah kenapa belum datang juga.

"Bocah dua gak ada jadwal tah?" Tanya Laskar yang kini sedang fokus pada ponselnya.

"Nggak ko, ada jam. Macet kali!" Jawa Ciko yang sedang asik dengan kuacinya.

Suasana menjadi hening karna mereka fokus pada kegiatannya masing-masing, tak lama Roy datang dengan menenteng jaketnya dan tas yang hanya di gendong sebelah dengan lengannya.

"Tai, lo kenapa gak jemput gue?" Omel Roy yang kemudian melempar jaketnya tepat didepan wajah Mahendra.

Mahendra yang sedang memberi makan pounya tersentak lalu menatap Roy bingung, begitu juga dengan ketiga temannya yang lain.

"Napa dah?" Tanya Mahendra.

Roy duduk disamping Laskar berhadap-hadapan dengan Mahendra karna mereka duduk di kursi taman yang terbuat dari semen dan berbentuk melingkar dengan sebuah meja dari semen berada ditengahnya.

"Lo, kenapa gak jemput gue." Ucap Roy kesal.

Mahendra mengantongi ponselnya dan menatap bingung Roy.

"Napa sih babang, lo ngomel mulu kaya ibu kos?"

"Buka chat dari gua kagak?" Tanya Roy lagi sambil menyimpan tasnya di meja.

Mahendra hanya menggedikkan bahunya dan membuat Roy mendengus sebal.

"Gue minta jemput bego, dari subuh gue chat dan gak lo baca. Motor gue lagi masuk bengkel, mana so-soan bikin snap tapi chat gue gak dibaca. Asu lo!" Membeludak sudah emosi Roy.

"Lah emang gitu?" Tanya Mahendra tanpa dosanya.

Sebenarnya ia tahu jika ada chat dari Roy, tapi ia terlalu malas membukanya karna ia tahu jika chat itu tidak berfaedah. Tapi ternyata eh ternyata, Roy meminta Mahendra menjemputnya karna motornya masuk bengkel dan membuat Roy harus menunggu tukang grab, dan dari sekian ribu tukang grab yang ia pesan hanya satu yang mau menjemputnya dan si tukang grab itu tidak bisa cepat harus alon asal kelakon katanya. Untung saja Roy sampai.

"Goblok lo, untung nyampe gua." Dan Laskar, Ciko dan Adendra hanya cekikikan dibuatnya.

"Berisik lo!" Sentak Roy pada ketiganya.

"Besok-besok mesen ambulan aja Roy, biar cepet." Ucap Ciko.

"Iya, cepet sampe pemakaman." Timpal Adendra dan membut semuanya tertawa, terkecuali Roy pastinya.

Roy hanya memuar bola matanya malas, malas meladeni teman-temannya yang otak separoh.

"Kapan kita ke RS?" Tanya Roy tiba-tiba.

"Ngapin ke RS?" Ciko menatap bingung Roy.

"Jenguk lah!"

"Sapa sakit?" Kini Laskar yang kebingungan.

"Ck, kita gak jenguk Bang Anggar? Dia kan di bawa ke RS kemaren." Geram Roy, sungguh sahabat-sahabatnya ini benar-benar membuatnya kesal hari ini.

"Jenguk? Noh orangnya." Tiba-tiba Mahendra menunjuk seseorang.

RANCOR [REGAL 2] (Sudah Terbit)Where stories live. Discover now