Chapter 4

6.7K 335 8
                                    

"Untuk ibu apapun akan ku lakukan, meskipun harus diriku yang jadi korban. Itu tidak masalah," ucap damian tersenyum kecut.

******

Langkah Damian memasuki sebuah ruangan yang cukup besar. Matanya mengedar ke seluruh ruangan, hingga dia menemukan apa yang ia cari sedang duduk di pojokan ruangan pribadinya ini.

Seorang wanita sedang duduk di kursi dengan tangan dan kakinya yang di ikat pada kursi. Perlahan-lahan langkah Damian mendekat, melihat wanita itu yang masih tertunduk, mungkin masih pingsan karena efek obat bius yang di berikan pengawalnya.

"Seandainya kau bisa lebih jadi wanita penurut. Aku tidak perlu bersusah payah melakukan ini semua padamu," kata damian dengan wajah tenang, lalu duduk di kursi yang berhadapan dengan wanita itu.

Tangannya bersedekap dan kakinya menyilang menyiratkan rasa angkuh pada dirinya.

Sudah keberapa kalinya pria manis ini memburu wanita cantik di hadapannya. Segala cara sudah ia lakukan, namun hanya kegagalan yang ia dapatkan. Emosi yang meluap-meluap membuat harus banyak korban yang jadi tumbal kemarahannya.

Tidak butuh waktu beberapa lama menunggu wanita itu terbangun. Kening gadis itu mulai mengkerut, matanya perlahan-lahan terbuka, lalu kemudian mengangkat kepalanya. Tubuh pria dengan balutan jas kantor abu-abu, sudah menjadi penglihatan pertamanya, hingga matanya bisa melihat wajah pria yang sangat ia kenali.

"Da-mian!!" ucapnya syok melihat pria itu sudah tersenyum simpul.

"Apa kabar, Shakila?" tanya Damian dingin melihat wajah shakila yang masih menampangkan wajah tidak percaya.

"Di mana aku? Kenapa aku di sini! Dimana Hisyam? Di mana Suamiku?" tanya Shakila terus menerus melihat ruangan sekelilingnya yang sama sekali tidak ia kenali "Kenapa tangan dan kakiku diikat. Lepaskan aku! Lepaskan Damian!" pinta Shakila memberontak hingga dia terguling ke lantai dengan kursi.

Damian mendengus kasar, lalu berjongkok membantu Shakila untuk melepaskan semua ikatan tali pada tangan dan kakinya. Tubuh Shakila langsung berdiri, menghindari Damian yang entah kenapa membuat Shakila sangat ketakutan.

"Apa kau yang menembak Hisyam!" tuduh shakila menunjuk Damian geram. "Katakan! Apa kau yang menembaknya!" bentak Shakila yang tidak mendapat jawaban dari Damian yang masih berjongkok di lantai.

Tubuh Damian ikut berdiri, wajahnya masih terlihat tenang, tidak merasa terganggu dengan wajah Shakila yang ketakutan. Tangannya ia masukan di kedua saku celana, perhatiannya masih terfokus pada Shakila yang sedang menunggu jawaban.

"Katakan Damian! Apa kau yang melakukannya?!" tanya Shakila marah karena masih belum mendapat jawaban.

Suasana langsung berubah hening, mulut Shakila mulai enggan lagi bertanya tentang kehadiran Damian di hadapannya. Sekarang ia hanya ingin mendapat jawaban dari Damian. Antara tegang dan ketakutan membuat napasnya jadi tidak beraturan. Sorotan matanya masih menatap tajam ke arah Damian.

"Sudah bicaranya?" tanya lelaki itu dingin. "Semua pertanyaan-pertanyaan itu tidak perlu aku jawab. Sekarang juga sudah kau lihat bukan? Siapa yang sudah melakukannya," jelas Damian enteng tanpa bersalah.

Tubuh Shakila menegang, ia tidak percaya pria yang selama ini membantunya adalah dalang dari semua kejadian ini.

Selama ia berpisah dengan Hisyam, karena sebuah kecelakaan yang menimpanya dan membuat ia juga harus hilang ingatan. Damianlah yang sering membantunya, Damian juga lah yang membantu putrinya untuk mendapatkan kasih sayang seorang ayah dan Damian juga lah yang melindunginya.

"Ke-kenapa? Apa salahku padamu!" tanya shakila dengan suara memekik geram.

Damian berdesis kemudian melirik Shakila tajam. "Karna kau! Ibuku lagi-lagi masuk ke rumah sakit. Dan karna kau juga! Aku tidak menempati janjiku. Lagi-lagi juga karna kau! Harapan Ibuku tidak tercapai, dan, aku? Aku ingin semua yang di inginkan ibuku tercapai. Kau dengar?"

Azzahra & DamianWhere stories live. Discover now