Extra Bab 3

1.7K 73 9
                                    

Ariana berdecak kesal saat mendapati suaminya masih bergelung dibalik selimut tebalnya. Ini sudah ketiga kalinya ia masuk ke kamar mereka untuk membangunkan suaminya itu.

"Justin, sampai kapan kau akan tidur?" geram Ariana seraya menarik selimut. Justin yang merasa tidurnya diganggu mengambil selimutnya lagi lalu bergumam lima menit lagi.

"Tidak ada lima menit. Kau mau terlambat ke kantor?" Ariana dengan seluruh kekuatannya menarik selimut beserta tubuh Justin.

"Aku pemimpinnya, Sayang. Tidak akan ada yang marah jika aku terlambat," gumam Justin dengan mata terpejam. "Biarkan aku tidur lebih lama lagi."

"Baiklah, terserah," dengus Ariana. Ia melemparkan selimut. "Tapi jangan menyesal jika kau harus tidur di luar malam ini."

Mata Justin terbuka lebar saat mendengar ancama Ariana. Dengan tergesa ia bangkit dari kasur lalu memeluk istrinya yang akan pergi ke dapur.

"Tidak lagi dengan ancaman itu, Sayang," erang Justin. "Kau tahu betapa mengerikannya tidur tanpamu."

"Pilihan ada padamu, Justin." Ariana melepaskan tangan Justin yang melingkar erat di perutnya lalu menuju dapur. Sesekali ia harus melakukan itu pada Justin. Ariana tidak mau jika Justin dianggap pemimpin yang buruk oleh para karyawannya karena lelaki itu sering terlambat pergi ke kantor.

"Apa sarapan kita, Sayang?" Ariana merasakan lingkaran tangan Justin di perutnya saat wanita itu sedang meletakkan piring penuh sandwich di atas meja.

"Kesukaanmu. Ayo sarapan." Ariana menyolek hidung Justin lalu membawa suaminya duduk di kursi. Dengan telaten ia menyiapkan beberapa potong sandwich di piring Justin lalu menyodorkan secangkir cappucino.

"Thank you, Baby. Kau selalu tahu bagaimana cara mengawali hariku dengan baik." Justin mencium pelipis Ariana lalu mulai menikmati sarapannya.

"Just," gumam Ariana.

"Ada apa, Sayang? Sesuatu mengganggumu?" Justin meletakkan cangkirnya di atas meja lalu mengelus pipi Ariana lembut.

"Aku ada janji keluar bersama Mia siang ini," kata Ariana.

"Baiklah. Jangan lupa minta antar sopir," jawab Justin ringan. Ia meraih cangkirnya kembali lalu menyeruput isinya.

"Dan Carlos." Justin langsung tersedak saat Ariana melanjutkan perkataannya. Ariana dengan cekatan menepuk punggung suaminya lalu memberi segelas air pada Justin.

"Carlos? Mantanmu itu?" delik Justin tidak terima.

"Sudah berapa kali kukatakan, aku dan Carlos tidak pernah menjalin hubungan." Ariana memutar matanya kesal. Dua tahun mereka berpacaran dan tiga bulan sejak pernikahan mereka, Justin selalu saja menganggap Carlos mantan kekasih Ariana.

"Ya apapun itu, aku tidak setuju kau pergi dengannya," putus Justin. Suami mana yang tahan jika melihat istrinya pergi bersama lelaki yang mungkin sampai saat ini masih menyukai istrinya?

"Kenapa tidak? Aku tidak pergi berdua dengannya, Just. Bertiga. Aku, Mia, dan Carlos." Ariana tidak terima dengan keputusan suaminya yang semena-mena itu.

"Tapi kau tetap bersama dia disatu tempat, Sayang. Kau tahu aku-"

"Khawatir? Ayolah, Just. Kita sudah menikah. Aku milikmu seutuhnya. Apa yang kau takutkan lagi? Aku tidak mungkin bersama Carlos dan meninggalkanmu." Ariana tahu betul ketakutan suaminya jika ia bersama Carlos. Tapi, ayolah. Justin terlalu berlebihan. Bagaimana Ariana akan meninggalkannya jika di hati wanita itu hanya ada Justin seorang?

"Kau tahu, aku sangat menyayangimu. I don't wanna lose you anymore." Justin meraih Ariana dalam pelukannya lalu berbisik rendah dibalik leher wanita kesayangannya.

(Fake) GirlfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang