09

5.9K 765 210
                                    

Segala bentuk typo dan teman-temannya, tolong di maklumi.

Earaaa... update mulu ih gue. Gak takut pada bosen yang baca wkwk


⚠WARNING⚠
HARDWORDS⛔
RATED🔞

LOVE A GAY

"Kau tidak perlu menemui ayah ku. Biar aku saja yang berbicara dengannya." Ucap Jimin mencegah Seulgi masuk ke dalam ruangan sang ayah.

"Kau tidak dengar tadi kepala Park Jinam menyuruhku untuk menemuinya langsung. Aku tidak mau membuat masalah lagi." Jawab Seulgi.

"Ayahku agak keras orang nya. Dia tidak akan membiarkanmu untuk membela diri."

"Aku akan membela kalau aku merasa benar. Jangan khawatir, aku tidak akan kalah berdebat dengan kepala Park." Ucap Seulgi sebelum masuk ke dalam ruangan kepala rumah sakit Park Jinam.

Jimin menghela nafasnya. Pria itu sangat tau bagaimana tabiat dan sikap keras sang ayah. Apalagi kalau berurusan dengan rumah sakit. Jimin hanya khawatir kalau sang ayah akan berbuat nekat kepada Kang Seulgi.

Seulgi membungkuk sesaat sebelum duduk di depan kepala Park Jinam.

"Aku menagih jawaban mu saat rapat tadi. Kau siap memberikan jawaban, asisten Kang?" Tanya kepala Park Jinam.

"Sebelumnya saya minta maaf karena sudah mengacaukan beberapa tugas dokter saat memeriksa pasien. Tapi saya memiliki alasan kuat karena menentang analisa dokter tentang penyakit yang di derita pasien. Saya tidak bermain-main dengan nyawa pasien, kepala Park. Dan saya juga yakin dengan apa yang saya lakukan." Seulgi menjelaskan dengan lantang.

"Kau tidak memiliki gelar dan prestasi apapun, bagaimana bisa kau berani melamar ke rumah sakit ini?" Tanya kepala Park. "Sadarlah, nona. Ini bukan rumah sakit yang ada di daerah perkumuhan tempat mu tinggal. Ini rumah sakit besar dan sudah di cap menjadi rumah sakit paling berpengaruh di Korea dan Asia. Apa kau pikir kemampuan hebat mu itu tetap bisa diterima di sini."

Seulgi terdiam menunduk. Kata-kata kepala Park barusan sangat menohok relung hati nya. Sesuatu berdesir membuat liquid bening menumpuk di pelupuk mata nya.

"Mungkin anakku –Park Jimin hanya bersikap simpati dengan keadaan mu. Tapi maaf, aku tetap tidak bisa mempertahankan mu di rumah sakit ini. Kalau kau mau meraih cita-cita mu, silahkan cari klinik sederhana di dekat rumah mu."

Seulgi masih terdiam. Dia tidak tau ingin bersikap atau menjawab kata-kata kepala Park dengan apa dan bagaimana. Kenyataannya takdir memang tidak pernah memihak kepadanya.

Jadi apa benar kalau dirinya adalah pembawa sial?

"Ayah, aku ingin menjelaskan sesuatu." Jimin masuk secara tiba-tiba masuk ke dalam ruangan kepala Park tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.

"Kau boleh keluar, asisten Kang. Ada yang harus ku bicarakan dengan anak ku." Suruh kepala Park.

Seulgi beranjak dari duduk nya dan melangkah dengan menunduk ke arah pintu keluar. Namun langkah nya terhenti saat Jimin menahan pergelangan tangannya dan menggenggam tangan nya dengan cukup erat, tapi tidak membuat Seulgi sakit.

"Tidak, kau tetap disini. Ayah ku harus tau sesuatu tentang kelebihan mu." Cegah Jimin. Namun Seulgi berusaha melepaskan tangannya karena dia tidak mau memperkeruh suasana dan membuat hubungan Jimin dan ayah nya bermasalah.

"Lepas, aku harus keluar." Bisik Seulgi sambil berusaha melepaskan genggaman Jimin di pergelangan tangannya. Namun bukannya melepaskan, Jimin malah semakin erat mengenggam pergelangan tangan Seulgi.

"Apa yang mau kau katakan, Park Jimin? Bukankah kau harus kembali memeriksa para pasien mu?" Tanya kepala Park yang notabene adalah ayah Jimin sendiri.

"Aku tetap akan mempertahankan asisten Kang di rumah sakit ini. Aku yang merekrutnya, jadi aku juga yang akan memecatnya. Tapi untuk sekarang aku tidak akan memecatnya. Aku mash butuh bantuan nya. Mohon mengertilah." Ujar Jimin tegas.

Kepala Park menatap tajam anak nya. Sedangkan Seulgi kembali menunduk pasrah.

"Tentu saja tidak bisa. Apa kau lupa peraturan dan standarisasi calon karyawan yang akan bekerja disini? Dokter ataupun perawat sekalipun harus memiliki gelar atau sedikitnya dua penghargaan di bidang medis."

"Apa gelar dan penghargaan sangat penting ketimbang nyawa banyak orang? Ini rumah sakit bukan tempat untuk menyetorkan gelar dan penghargaan, ayah."

"Kau tentu tau seorang dokter tidak bisa main-main saat menangani pasien-nya. Dan seoseorang pasti melalui perjalanan panjang untuk dapat menjadi dokter. Kau harus menempuh gelar S2 dan mendapat gelar Magister terbaik Universtas Harvard dan prestasi-prestasi mu di bidang medis. Kau butuh waktu enam tahun untuk menjadi seorang dokter profesional seperti sekarang, Park Jimin.

­–Lalu bagaimana dengan perempuan itu? Dia bahkan hanya lulusan SMA dan tidak pernah mendapatkan pendidikan lebih di bidang medis? Apa kau pikir pengalaman menjadi pengurus organisasi kesehatan di sekolah bisa menjamin kalau pengetahuan mu tentang dunia kedokteran sudah mumpuni?" Ujar kepala Park.

Jimin terdiam sejenak. Dan Seulgi tak mampu menahan liquid-liquid bening yang berjatuhan dari pelupuk mata nya.



.

.

.


SEBAGIAN PART DI UN-PUB .

JIKA INGIN BACA KESELURUHAN CERITA BISA U ORDER E-BOOK NYA.

ORDER E-BOOK : 085319382024 (whatsapp) 

[2] Love A Gay [M]✔Where stories live. Discover now