{19} Jangan Salah Paham

5.2K 177 17
                                    

Di Rumah Sakit
Cika yang dari pagi hingga makan siang tidak melihat juga kehadiran Anan mulai cemas. Ponselnya juga tidak aktif sampai sekarang. Cika kemudian memberanikan diri menanyakan Ambar. Ambar bilang terakhir melihat Anan kemarin saat di pesta Abhi. Ambar pulang diantar Seno. Dan hari ini Seno libur. Mulailah dia nekat mencari Anan di ruang kerjanya.

Pelan - pelan dengan mengendap - endap Cika masuk ke sebuah lorong dimana lorong itu adalah lorong ruangan para dokter. Dengan rasa takut dan tekat juga rasa cemas yang dimilikinya. Cika melangkah pasti menuju ruangan yang dekat pintunya ada nama suaminya dengan tittle yang dimilikinya disana lengkap.

Cika ingin menggetuk pintu ruangan itu tapi ia urungkan niatnya karena ruangan itu nampak gelap. Lampunya tidak di nyalakan. Dia pikir Anan pasti tidak ada di dalam. Dia masih diam mengamati pintu dihadapannya. Dia menghela nafas kemudian berbalik untuk pergi dari sana.

Belum benar-benar berbalik , tangannya sudah di tarik dan masuk ke ruangan gelap itu. Cika tidak bisa melihat siapa orang itu. Mulutnya di bekap kemudian satu tangannya di lipat ke bagian belakang tubuhnya. Hanya hembusan nafas orang yang membekapnya itu yang dapat dia rasakan.

Jantungnya berdegup kencang. Merasa dia akan di lecehkan Cika mencoba untuk melawan tapi sosok itu makin mengunci tubuhnya. Makin hangat deru nafas itu makin Cika merasa nyaman olehnya. Setelah beberapa saat sosok itu melepaskan bekapan nya pada mulut Cika. Cika akan membentak orang itu. Tapi seolah tau Cika akan berteriak maka dia langsung mendekat pada telinga Cika dan mrmbisikkan sesuatu.

"Sssttt... Diamlah diluar ada orang"

DEG !!
Cika mengenali suara itu. Siapa lagi jika bukan suaminya. Cika kemudian langsung diam membeku hingga langkah kaki itu benar - benar hilang dari sana.

"Kak ..." Panggil Cika masih dengan berbisik.

Kemudian Anan menghidupkan lampu ruangannya dan melihat Cika yang dekat sekali dengannya. Jarak wajah mereka bahkan hanya beberapa centi saja. Mereka sempat saling memandang lama. Seolah mereka saling menikmati deru nafas orang yang ada hadapan mereka masing-masing.

Mereka mulai hanyut dalam perasaan masing - masing perlahan Anan memcoba mendekati bibir Cika. Dan Cika mulai memejamkan matanya.

Greeeooooggg ~

Cika membuka matanya dan tertawa kecil. Sementara Anan memecuk alisnya. Seolah mereka saling mengerti. Dan mereka tertawa bersama.

Cika membawakan makannan untuk Anan. Anan dengan lahap memakannya bahkan dia tidak melihat kearah Cika yang dari tadi melihat tingkahnya seperti anak kecil yang sudah tidak makan dari semalam. Anan tersedak, wajahnya memerah. Segera Cika memberikannya air mineral yang berwadah botol.

"Pelan - pelan makannya jangan seperti anak kecil!" Kata Cika lembut

"Laper Cik!" Sahut Anan

"Iya tapi pelan - pelan dong, ini semua buat kakak kok" kata Cika lagi.

Anan mengangguk dan melanjutkan makannya.

CIKA POV
"Kak ..." Kataku takut. Aku ingin menjelaskan semuanya, aku tidak mau kak Anan akan salah paham dan terluka. Dia hanya berdehem untuk menjawab panggilku

"Yang semalem itu" kataku menggantung karena Kak Anan menyelaku.

"Iya kakak gak bilang kalau kemarin ada tindakan emergency, kakak harus melakukan operasi darurat dan meninggalkan pesta. Maaf gak pamitan" katanya mnjelaskan dengan tenang. Dia yang berdiri dekat rak buku mendekatiku yang berdiri dan menunduk dekat meja kerjanya.

"Aku dan  dr. Abhi gak ada hubungan apa - apa walaupun banyak yang gosipin kak" kataku kelu

"Hei... Kenapa menunduk gitu? Ya kakak tau. Gak ada apa - apa diantara kalian. Kakak tau, cuma si Abhi itu aja yang suka kamu. Tapi kamu kan uda punya kakak. Kakak gak usah khawatir kan ya?" Jelasnya padaku, dia mengangkat daguku, melihat aku yang mulai meneteskan airmata.

"Hei ... Please jangan nangis" katanya meminta dan menghapus bulir air mataku dengan jempolnya.

"Kak. Cika takut kakak marah kemarin karena dr. Abhi peluk Cika. Kakak gak pulang kerumah di pesta juga gak ada. Cika gak mau Kakak pergi. Jangan salah paham kak" kataku dengan terbata karena isak ku yang makin menjadi. Kemudian Kak Anan memelukku. Hangat sekali, aku menenggelamkan kepalaku di dada bidangnya itu. Aku terus terisak sementara dia terus memeluk dan mengusap rambutku dengan penuh sayang

"Maaf buat Cika jadi khawatir dan takut. Kakak justru berterimakasih pada Abhi, karena menyelamatkanmu sementara kakak gak bisa, udah jangan nangis lagi"

Kak Anan melepas pelukannya kemudian mencium keningku. Aku merasakan betapa dia menyayangiku atau mungkin dia mencintaiku. Entahlah, aku tidak mau terlalu PD dengan perasaan kak Anan, bahkan aku sendiri masih tidak mengerti tentang perasaanku padanya.

"Jangan pernah menangis karena kau terluka. Mulai sekarang menangislah jika itu karena kamu merasakan kebahagian. Ok!" Pintanya kemudian mengkerlingkan sebelah matanya. Aku mengangguk pasti dan kembali memeluknya.

Aku sering sekali memeluknya dulu. Tapi entahlah aku mulai merasakan rasa canggung dan debaran aneh di dadaku. Entahlah tapi aku ingin selalu memeluknya. Ini membuatku tenang dan nyaman.

ANAN POV
Aku duduk menapak keluar jendela di ruanganku. Setelah Cika pergi beberapa saat lalu ketika dia datang menjelaskan semuanya dan menangis, aku rasa dia manis sekali. Tidak mau aku salah paham dan dia takut aku akan marah dan pergi. Konyol sekali, mana mungkin karena hal itu aku akan meninggalkannya, dulu saat dia bersama Ando bahkan aku tetap bersamanya sekarang dia menjadi istriku hanya dengan hal seperti itu saja aku akan marah kemudian pergi? Ah jangan meremehkan aku Cika.

Tidak aku pungkiri jika aku marah dan cemburu saat Abhi memeluk pinggang istriku, menatap manik mata istriku. Aku marah sekali, ingin aku patahkan tangannya dan mencongkel matanya. Bersamaan dengan itu aku juga sungguh - sungguh berterimakasih padanya sudah menyelamatkan Cika waktu itu yang hampir jatuh di kerumunan orang banyak. Aku yang waktu itu menerima telp emergency dan melihat kejadian itu tidai bisa banyak berbuat apa - apa dan harus segera pergi ke rumah sakit untuk melakukan operasi. Aku tidak boleh lengah dan memecahkan konsentrasiku karena masalah pribadi. Sehingga aku tidak mengabari Cika dan membiarkan ponselku mati karena lowbat. Itu adalah operasi yang panjang dan melelahkan, sehingga saat matahari mulai muncul aku memilih untuk tidur tanpa menghiraukan ponselku. Aku yakin Cika baik - baik saja. Sampai aku melihat Cika berdiri di depan pintu ruanganku sesaat setelah aku bangun dari istirahatku.

Aku memperhatikannya cukup lama dari balik jendela kecil yang ada di ruanganku. Dia menunduk ragu untuk mengetuk pintu. Dan aku tau selain rasa khawatirnya ada kecemasan di manik matanya. Kamu tau Cika, aku sungguh merindukanmu. Dia akan berbalik untuk beranjak dari depan pintu ruanganku. Aku tidak mau, hatiku tidak mengijinkannya. Aku menariknya dan membawanya masuk ke ruang kerjaku yang sengaja aku gelapkan karena tadi tidur.

Aku mendesaknya ke tembok membekap mulutnya agar dia tidak berteriak karena beberapa orang akan melewati ruanganku. Aku berbisik padanya dan aku yakin dia mengetahui itu adalah aku.

Saat nafasnya menerpa wajahku sungguh ingin sekali aku menyecap bibirnya. Jantungku benar - benar memberontak ingin meloncat keluar, sungguh Cika, aku merasa aku benar - benar mencintaimu, bukan sebagai kakakmu, sebagai seorang pria. Saat aku merasa dia siap untuk itu perutku tidak bisa kerjasama dengan baik. Tapi sekalipun perutku tidak mengganggu aku tidak akan melanjutkan itu sekalipun aku ingin, aku tidak mau Cika shok dia perlu melewati proses, akan dirinya.

Cika mulai menangis saat menceritakan jika dia merasa aku meninggalkannya karena Abhi memeluknya kemarin. Aku mencoba menenangkannya, aku memang bohong saat aku mengatakan baik-baik saja. Tapi aku sungguh - sungguh saat aku mengatakan jika aku berterimakasih pada Abhi sudah membantunya.

Sungguh, aku tidak bisa melihat Cika menangis. Aku hapus air matanya aku memeluknya aku menciumi keningnya. Aku tidak mau dia terus menangis. Itu sakit untukku. Aku ingin dia selalu merasakan kebahagiaan saat dia bersamaku. Menjadi gadis manis yang selama ini dia tunjukkan jika bersamaku, periang dan tegar.

***

WE GOT MARRIEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang