{2} Cika 17 Tahun

4.3K 167 0
                                    

Ruangan sudah penuh dengan hiasan, kue dan teman-temannya sudah berbaris rapi di meja, berharap mereka segera terpilih untuk dimakan oleh manusia.
Alunan musik sayup-sayup terdengar, seorang gadis cantik dengan gaun minimalis yang memukau itu perlahan turun melewati tangga bak tuan putri dilihat oleh semua tamu undangan yang sudah menunggu kedatangannya itu.

CIKA POV
"Ma kakak beneran gak datang ??" Bisikku ke telinga Mama. Mama yang aku maksud adalah Mama Kak Anan, semenjak Mama kandungku meninggal Mama Kak Anan adalah Mamaku juga yang mencintaiku layaknya putrinya dan sering sekali sewaktu kecil Mama akan lebih membelaku ketimbang anaknya sendiri, bukankah itu menyenangkan, kalau kalian gak setuju sih gak apa apa juga :)

Mama menggeleng pelan. Tentu saja aku kesal, cuma janji-janji doang tapi gak nepatin. Siapa yang gak jengkel coba

Aku memulai pesta tanpa menikmati suasana meriah ini.
Ini adalah ulang tahunku yang ke 17 tahun. Sweet Seventeen guys !! Dan Kak Anan malah gak ada disini

"Kak nanti kalau Cika ulang tahun ke 17 Cika mau adain pesta meriah terus ngundang cowok-cowok ganteng, dansakan terus yang dansa sama Cika itu pangeran Cika deh. Pacaran deh, atau nikah aja deh biar cepet" kataku dengan penuh semangat

"Duh ini masih SD juga uda mikirin pacar, apa tadi nikah?? Tunggu dulu, kakak gak mau kamu diambil sembarang orang" Kata Kak Anan tegas

"Ih kakak apaan sih, pokoknya yang Dansa sama Cika itu bakalan jadi suami Cika. Titik" tegasku

Dan Kak Anan hanya terkekeh geli sambil mengacak-acak rambutku. Satu dari banyak hal yang dilakukan Kak Anan yang membuatku kesal tapi aku tetap membiarkannya. Konyol, ya aku memamg sungguh konyol

"Heii Cik, lo diem aja dari tadi gue liatin" seorang teman membuyarkan kenanganku dulu

"Eh iya, gue lagi kepikiran sesuatu aja" sahutku sekenanya

"Kak Anan!?" Timpal Nia temanku sejak SD yang pastinya tau hubunganku seperti apa dengan Kak Anan. Aku hanya menarik ujung bibirku sedikit menanggapi pertanyaan Nia itu, entahlah itu pertanyaan atau pernyataan, otakku sudah lelah berfikir.

Belum juga kembali ke kehidupan nyata dari masalalu yang sedang aku lamunkan. Nia dan teman-teman lain tiba - tiba tubuhku di dorong begitu saja ketengah-tengah lantai dansa. Untung saja aku tidak terjatuh di tengah kerumunan itu akan jadi pusat perhatian kemudian memberikan hiburan gratis bagi mereka yang melihat untuk menertawakanku. Masih menyumpah serapahi teman-temanku yang kejahilannya membuat aku jadi kesal setengah mati. Sedikit lagi aku akan sampai di lantai dansa dengan posisi terjungkal. Seseorang menangkap tubuhku. Dan disinilah kami di tengah-tengah lantai dansa dilihat oleh banyak orang menjadi pusat perhatian. Laki -laki bertopeng ini hanya tersenyum, memeluk pinggulku kemudian mengiramakan kaki kami layaknya pasangan yang berdansa dengan romantis. Pesta ulang tahunku memang bertema pesta topeng, entahlah aku berfikir ini akan seru.

Kembali lagi, aku penasaran sekali dengan laki-laki ini. Sungguh aku merasa jantungku berdegup lebih kencang semoga saja dia tidak mendengarnya. Dia terus menatapku dan aku pun menatapnya. Sepertinya aku mengenal pancaran mata ini. Sepertinya laki-laki ini aku kenal, tapi siapa? Aku berusaha mengingat-ngingat.

"Bahkan kamu tidak mengenaliku" katanya sedikit berbisik di telingaku

Dan ya, aku langsung mengenali suara itu, suara yang selalu aku rindukan suara yang selalu meneduhkanku. Mataku membulat sempurna tubuhku menegang. Ku tatap lagi matanya. Dan aku memeluknya. Kali ini sangat kencang

"KAK ANAN" aku meneriakkan namanya dan entah kenapa semua rasa rindu menjalar ke seluruh tubuh kemudian pecah menjadi air mata ini

ANAN POV
Entah bagaimana dia tiba-tiba seperti terdorong kemudian aku menangkap tubuh mungilnya itu. Aku mengambil kesempatan untuk berdansa dengannya.
Karena tadi dia seperti akan jatuh, jadi aku akan menyelamatkannya dari rasa malu luar biasa yang akan dia terima jika aku membiarkannya terjauh. Dia mungkin setuju dengan ideku Cika ikut menggerakkan kakinya seirama dengan gerakan kakiku dan ya kami berdansa, dia sudah lebih tinggi sekarang, wajahnya tetap imut dan cantik luar biasa walau dengan polesan makeup yang teramat tipis, apa mungkin dia tidak menggunakan makeup sama sekali. Bahkan sejak dia masih bayi, aku selalu terpesona olehnya. Dia menatap mataku dalam - dalam entahlah apa yang dia cari tapi aku tau sekarang dia sedang mencari sesuatu di mataku. Sementara jantungku sungguh kurang hajar, dia seperti akan melompat keluar dan mengatakan "selamatkan aku, aku akan meledak sebentar lagi" aku benar - benar mengontrol gejolak dalam diriku hingga aku tak tahan lagi dan berbisik tepat di telinganya. Dengan cepat dia mengenaliku kemudian berteriak sangat kencang menyebut namaku, dia imut dan tubuhnya itu mungil, tapi suaranya itu, astaga ! Setelah ini aku harus ke THT.

Cika memelukku erat. Sangat erat. Aku merasakan bagaimana dia mengungkapkan rasa rindunya padaku. Bagaimana dia mengatakan aku jahat karena aku tak pulang selama empat tahun terakhir. Bagaimana aku bisa membuatnya menunggu terlalu lama. Aku tau, demi Tuhan kakak tau Cika

"Maaf, kakak buat Cika nunggu terlalu lama, kakak jahat ya buat Cika jadi nangis gini" kataku setelah kami duduk di taman belakang rumah karena pesta memang diadakan di rumah Papa Cika. Cika diam, dia hanya memandang lurus dengan sesekali menyeka air matanya yang seolah tidak mau berhenti itu.
Aku juga ikut diam membiarkannya menyiapkan kata-kata yang mewakili perasaannya.

"Cika mau eskrim" itu adalah kalimat pertama yang diucapkannya. Dan ya aku langsung mengajaknya untuk membeli eskrim.

Dan disinilah kami di sebuah kedai gelato yang memberikan nuansa romantis dan kami duduk di bagian atap kedai ini. Hanya ada kami berdua karena ini sudah hampir jam 12 malam dan tentu sebentar lagi tempat ini akan tutup.

"Enak??" Tanyaku hati - hati

"Lumayan" sahutnya

"Suka??"!tanyaku lagi

"Emm"

"Kangen??" Tanyaku lagi dan dia mengangguk. Aku kemudian tersenyum menatapnya lekat-lekat dan membelai rambut panjangnya yang sekarang sudah di urai karena tadi rambutnya dikonde.

"Berarti kakak akan jadi suami Cika dong ya" kataku dengan senyum jahil yang aku sengaja buat

"Suami?" Katanya dengan ekspresi cuek dan seolah kaget, dan aku tau dia sedang menutupi rasa gugup dan kagetnya. Aku mengangguk mantap

"Ya kan dulu ..." kalimatku terpotong saat Cika bilang "Cika udah punya pacar" entah darimana datangnya pisau yang menghujam huluati ku. Aku diam hanya tersenyum

"Ando, dia Ando kak" sambungnya lagi. Aku masih diam dan mencoba menenangkan diriku.

"Jangan sampai dia membuatmu menangis dan terluka" kataku pelan

"Kenapa?" Tanyanya santai

"Dia harus membayar dengan nyawanya" sahutku yakin.

•••

WE GOT MARRIEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang