{7} Makan Malam Keluarga

241 22 0
                                    

Meja di ruang makan keluarga Arthur sudah begitu rapi dengan jejeran makanan yang menggugah selera, lilin-lilin pun tak kalah memeberi kesan romantis diatas meja makan panjang ini. Sudah duduk disana 5 orang di meja makan. Papa dan Mama Anan, Anan, Papa Cika dan tentunya Cika. Alih-alih mereka ingin Quality Time Keluarga karena Anan sekarang akan benar-benar menetap dikota yang sama dengan mereka dan merayakan gelar lulusan terbaik, dokter dengan predikat kehormatan dari kampusnya dan ya dia sekarang bekerja di salah satu rumah sakit ternama di kota ini. Sebagai dokter muda terbaik yang di miliki RS tersebut.

"Cika gimana kuliah kamu nak?" Tanya Papa Anan

"Biasa aja sih pah, gak ada yang begitu spesial" jawab Cika sekenanya

"Gak spesial?" Cika mengangguk "Gak punya pacar?" Tanya Papa Anan lagi dengan nada menggoda.

"Belum sih Pa, males aja pacaran" sahut Cika lagi dengan santai

"Kalau kamu udah punya Nan?" Sekarang giliran papa Cika yang mengajukan pertanyaan pada Anan

"Sementara belum Pa" Anan juga menjawabnya dengan santai.

"Ini dua anak maunya apasih. Malahan pada jomblo, anak mama pada ganteng cantik gini masasih gak laku" samber Mama Anan sekarang. Kedua Papa mereka menatap kearah putra - putrinya itu dengan tatapan yang entahlah itu artinya apa. Sementara Anan dan Cika menanggapi santai saja dan melanjutkan makan mereka.

"Nanti juga ketemu jodohnya Ma" sahut Cika

"BIG NO!!" Sahut cepat Mama Anan "kalian harus segera menikah!" Sambungnya

"Iya nanti kan masing-masing dari kami menikah Ma" gilaran Anan menjawab.

"Masing-masing gimana? Yang nikah ya kalian. Anan Cika yang jadi mempelainya" seru Mamanya lagi

Sontak Cika Anan kaget "gimana, gimana?" Cika berusaha mencari penjelasan kemudian menatap Anan yang saat itu masih duduk di bangkunya lebih tenang darinya walau ada gurat kaget dan gelisah di dahinya.

"Menikahlah nak, kami tidak akan bisa menjaga kalain lebih dari ini, kami sudah tua dan entah kapan kami akan berpulang" ucap Papa Anan dengan nada teduh

"Papa hanya akan percaya Anan, tidak yang lain. Dan ini juga keinginan alm Mama Cika" timpal Papa Cika.

"Mama cuma mau mantu kamu sayang" Mama Anan menambahkan.

ANAN POV
"Saat Alm Mama Cika memintamu menjaganya saat usiamu 9 Tahun, itu saat dimana dia memintamu menjaganya seumur hidup, Papa hanya percaya kamu untuk menjaga satu-satunya permata hati Papa. Selama ini kamu bisa, lanjutkanlah Nan"

Kata-kata Papa di ruang kerjanya itu terus saja terngiang dikepalaku. Hatiku berdegup lebih kencang saat aku menatap diriku di cermin sebelum acara makan malam yang akan memberi tau Cika bahwa kami akan segera dinikahkan.

Aku tidak membenci perjodohan ini. Hanya saja ini aneh bagiku. Sungguh

"Kakak ...!! Bagus gak? Prety gak?" Cika tiba-tiba masuk ke kamarku dengan terusan yang pas di tubuhnya dan dia nampak cantik. Aku menggangguk dan tersenyum senormal mungkin

"Idih sampe keringetan gitu, tumben liat bidadari senyata ini?!" Godanya dan dia langsung mengelap keningku yang sudah dibasahi buliran buliran kecil keringat.

Dia akan menjadi Nyonya Arthur sebentar lagi. Dia akan menjadi istriku sebentar lagi. Tapi apakah sikapnya akan sama tapi apakah dia akan menerimanya? Sungguh Cika maafkan kakak yang menyembunyikan ini darimu, kakak juga perlu tau reaksimu, sehingga kakak akan lebih tau harus mengambil sikap apa setelah ini.

Dan disinilah kami, saat Cika mulai tegang dengan permintaan orang tua kami, sementara aku yang kaget dengan reaksinya berusaha tenang tapi aku tidak menyangkalnya jika ada rasa khawatir dengan kelangsungan hubungan kami selanjutnya. Demi Tuhan aku sayang dia. Masih sebagai kakaknya, aku bahkan tidak bisa membayangkan menyayanginya sebagai teman hidup mrncintainya sebagai istriku.

Aku menyentuh tangannya, memintanya untuk duduk dan tenang hanya dengan kerlingan mata, dan dia mengerti. Cika kembali duduk dan mengatur nafasnya sempat dia menatapku seoalah mengatakan "apa apaan ini? Ngomong dong kak!!"
Hmm... baiklah, kakakmu ini akan bicara, dan dengarlah Cika.

"Ma, Pa, tanpa mengurangi rasa hormat dan cinta Anan sama kalian. Tapi sungguh ini keputusan yang berat buat kami. Bagaimana setelah kami berada dalam hubungan kakak-adik kemudian berubah menjadi suami-istri. Jika pun kami akan menikah, biarkan itu menjadi keputusan dari hati kami. Tolong Mama dan Papa dapat mengerti"

CIKA POV
Kalian dengar itu??
Sungguh kak Anan memang sudah dewasa, dia membuatku terpaku sekali lagi. Dia selalu dapat menenangkan hatiku walau dalam keadaan apapun itu. Sungguh aku benar-benar beruntung memilikinya. Mungkin saja aku dianggap bodoh sementara banyak sekali wanita diluar sana yang menginginkan sosok seperti Kak Anan menjadi kekasihnya bahkan menjadi suaminya. Tidak aku pungkiri, aku juga memiliki tingkat hayal yang sama. Tapi itu bukan Kak Anan, demi Tuhan, aku tidak pernah sekalipun membayangkan bagaiamana akan hidup serumah selamanya sebagai istrinya.

Tidak, tidak karena aku tidak menyayanginya. Aku sangat menyayanginya. Sungguh. Bahkan jika aku boleh katakan, seluruh sayangku untuknya. Tapi bagaimana bisa dia yang aku anggap sebagai kakakku yang aku sayangi layaknya seoarang adik pada kakaknya dapat mencintainya sebagai suami. Apa kalian mengerti? Sungguh, apa kalian paham??

"Ini adalah keinginan terbesar dan terakhir kami, pikirkanlah nak" kata Papaku.

Kami hanya bisa saling tatap dan mengangguk, kami bukan typical anak yang suka langsung membangkang mengatakan tidak, kami harus memiliki alasan yang kuat dan rasional jika kami terpaksa harus menolak keinginan orangtua kami. Seperti yang Kak Anan bilang. Biarkanlah itu menjadi keputusan hati kami. Hanya itu. Orang tua kami setuju, tapi mereka tidak akan menyerah aku rasa. Aku tau mereka teramat mencintai kami, tidak mau kehilangan salah satu dari kami jika orang asing masuk, aku paham. Sangat paham. Tapi maaf Mah Pa, aku tidak dapat mencintai Kak Anan sesingkat ini. Dan Kak Anan juga pasti merasakan hal yang sama. Aku rasa

•••

WE GOT MARRIEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang