"Apa tidak ada cara lain untuk menyembuhkan Alisha?" tanya Kak Dave.

Dokter Fiza menggeleng, "Kita hanya bisa menunggu respon Alisha."

"Dok, saya mohon, biarkan Alisha bertahan dengan alat-alat itu lebih lama lagi. Saya yakin, adik saya akan sadar," lirih Kak Via yang sudah dirangkul oleh Kak Valdo.

"Alivia," panggil Kak Valdo pelan, "Kita sama aja nyiksa Alisha kalau minta dia bertahan lebih lama lagi pakai alat-alat itu. Kita tunggu tiga hari, kalau Alisha masih mau balik bareng kita, dia pasti akan kasih respon. Oke, Vi?"

"Terus kalau Alisha gak mau balik gimana, Val? Gue gak mau kehilangan adik gue," tangis Kak Via semakin pecah. Mungkin membayangkan kesepiannya tanpa seorang adik.

"Tetapi yang dikatakan Dokter Valdo benar. Kita hanya menyiksa Alisha, kalau memang Alisha tidak mau kembali. Masih ada waktu tiga hari, dan saya juga masih berharap Alisha akan merespon. Saya permisi," setelah itu Dokter Fiza pergi meninggalkan kami.

Saat itu juga, aku melihat sosok Kak Kevin yang sedang berjalan mendekat. Sepertinya Kak Kevin juga mendengarkan perkataan Dokter Fiza tadi, karena dapat kulihat matanya yang memerah dan berkaca-kaca.

Kak Kevin langsung berlutut di depan Kak Via. Menenggelamkan kepalanya di pangkuan Kak Via dengan bahunya yang bergetar. Aku menengadahkan wajahku, berusaha mencegah airmataku yang ingin turun juga.

"Maafin aku, Via, maaf," suara Kak Kevin yang serak membuatku yakin jika kakak sepupuku itu menangis.

Kak Via hanya diam menatap Kak Kevin yang kepalanya berada di pangkuannya, lalu berucap pelan, "Kalau Alisha gak selamat gimana, Vin?"

"Aku yakin Alisha akan sadar," Kak Kevin mengangkat wajahnya dan menatap Kak Via lekat.

"Kalau Al sampai gak selamat, aku juga gak bisa lanjutin hubungan kita lagi," keputusan final Kak Via.

"Tap—"

"Aku gak mau terbayang-bayang masalah ini terus kalau kita bareng, Vin. Aku gak mau kalau misalkan kita nikah, kita harus berantem karena aku masih terbayang-bayang Alisha. Silakan anggap aku lebay, tapi aku sayang banget sama Al," ungkap Kak Via, "Dan sekalipun Al sadar, butuh waktu untuk kita kayak dulu lagi."

Akhirnya Kak Kevin mengangguk, "Oke, aku ngerti. Aku akan coba pahami kamu, Vi," Kak Kevin mengelus pipi Kak Via, "Dan satu hal yang harus kamu tau, aku cinta kamu," Kak Kevin mengulang pernyataan cintanya yang pernah disampaikan di acara talk show dengan sama persis.

Kak Via menangis semakin keras dan memilih menyembunyikan wajahnya di bahu Kak Valdo. Aku tahu sebenarnya Kak Via juga mencintai Kak Kevin. Tapi kondisi saat ini memaksanya bersikap seperti sekarang.

✳✳✳

"Aku kasihan, Ra, sama kondisi Kak Via," ujar Lena ketika kami bertemu di sebuah cafe.

"Sama, Len," kataku.

"Waktu Alisha tinggal dua hari, ya?" timpal Disha pelan.

Aku mengangguk, "Gue berharap banget Alisha bisa sadar."

"Kita semua juga berharap gitu, Ra," sahut Reni, "Gue gak tega sama Kak Kevin. Tapi gue juga sedih lihat Kak Via. Miris juga gue lihat hubungan mereka. Secara mereka udah bareng lama banget, masa mau pisah? Gue dulu waktu MOS sempat suka sama Kak Kevin, sebelum akhirnya suka Kak Valdo waktu tau ternyata Kak Kevin udah ada yang punya. Jadi, rasanya gak ikhlas gitu kalau hubungan mereka harus berakhir.

"Gue tau sih yang jalanin mereka, tapi sumpah, ya, demi apapun, gue gak rela kalau mereka putus!"

Fay mengangguk-angguk, "Apalagi celetukan Kak Kevin waktu di butik itu, yang bilang kalau mau nyusul Sheera sama Kak Dave akhir tahun nanti. Rasanya di situ gue yang baper."

Relation of Daveera [Completed]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora