Diary 4 - Laressa Menelfon

4.8K 9 0
                                    

Saat saya bercerita kepada Arang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saat saya bercerita kepada Arang.

• $ • $ • $ •

Celebes, 2004.

"Sei, nggak usah lebay deh ngeremes-nya, guwe gagal konak—kita nggak lanjut sampe ML ya," kata saya sambil merem melek.

"Diy, ih, plislah... orang masih foreplay juga..." mohon dia kepada saya, biar saya nggak galak² amat gitu maksudnyaa.
....

Tiba² nada dering espionage dari hape yang saya letakkan diatas nakas itu berbunyi... Maklum, saya pengguna nokiye 6630—saya nggak pilih communicator atau PDA, modelnya terlalu kebapak²an kalo kata saya, dan kurang cocok untuk saya yang gak begitu gila bisnis ini.

Drrrdt...

Drrrrddt....

Hape yang bergetar dan berbunyi itu sekarang sudah ada didalam genggaman saya.

"Siapa, Diy?" tanya Seira singkat kepada saya.

"Laressa." jawab saya mantap.

"Yaudah, angkat aja dulu..." kata Seira lagi.

"Yakin, Sei? padahal guwe udah hampir nyambung (konak) lho barusan."

"Hehehe," kekeh Seira dalam suara beratnya.

"Udahh, angkat aja.... kasian itu cewek." tambahnya lagi.

"Oh yaudah,"

Klik!

"Halo Maddie..." suara cantik itu menyapa hangat telinga saya via telefon genggam ini. Sekarang saya sudah angkat telfon nya.

"Hai Lars..." balas saya lagi, menyapa dia ramah.

"Maddie...,"

"Iya... Apa..." jawab saya lagi.

"Lagi ngapainn?"

"Lagi nerima telfon kamu..." jawab saya sambil agak merayu dia.

"Hahah~ bisa aja jawabnya," dia sempat tertawa, suaranya terdengar cantik dan centil.

Quote:

"Heh, Weiger (panggilan lain dari Seira buat saya), elu tuh ke semua cewek sama aja ya? Brengsek," kata Seira, jail dan asal nyerempet aja.

Setelah begitu saya langsung menyumbat mikrofon di hape saya ini—lalu berbicara kepada dia, "Diem lu nyet, guwe nggak nyuruh elu ngomong kali," ucap saya ketus sama dia—yang sekarang lagi nyenderin kepalanya tepat di bahu kanan saya ini.

"Hahahaha, oke," diapun cuma bisa tertawa menanggapi saya—dan saya cuma bisa bengong, ngelirik kearah dia, meski sebentar aja.

(And for your information, aroma dari tubuh Seira itu sebenernya agak² anehh, cuma entah kenapa saya suka aja sama wangi nya itu, lebih mendominasi daripada wangi tubuh saya sendiri.)

Diary Seorang Womanizer (PK) - On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang