Chapter 7: Razia Dadakan

Start from the beginning
                                    

Naura melihat jam tangannya. Masih ada satu jam pelajaran. Mungkin bisa ia gunakan untuk membaca buku di perpustakaan. Naura beranjak dari duduknya. Ia pun lekas bergegas menuju perpustakaan. Namun, saat berada di koridor ruang Tata Usaha, tak sengaja ia hampir menabrak Bu Retno yang baru saja keluar dari ruangan.

"Astaughfirullah!" Bu Retno dan Naura sama sama terkejut.

"Bu Retno. Maaf, Bu. Saya tidak sengaja," maaf Naura.

Bu Retno mengusap-usap dadanya. Untung saja buku-buku yang dibawanya tidak terjatuh. Guru matematika itu lalu tersenyum. "Iya, tidak apa-apa."

Naura meringis tidak enak.

"Bukankah kamu anak kelas sepuluh MIPA satu? Kenapa di luar kelas?" tanya Bu Retno.

"Iya, Bu. Kami baru saja selesai ulangan ekonomi."

Bu Retno mengangguk-angguk.

"Oh, iya. Mari bu saya bantu bawa buku-bukunya. Bu Retno ingin ke kantor?"

Bu Retno tersenyum. "Iya, boleh ini kamu bantu ibu. Terima kasih, ya," ucap Bu Retno menyerahkan tumpukan bukunya kepada Naura.

Naura balas tersenyum.

"Ya sudah, yuk ikut ibu ke kantor."

Naura mengangguk. Ia pun melangkahkan kakinya mengikuti Bu Retno menuju kantor guru. Sesampainya di sana, Naura tertegun saat melihat ada sosok Arka dan juga salah satu temannya yang Naura kenal bernama Danis tengah berdiri di depan meja Pak Hery, guru Seni Budaya sekaligus guru kesiswaan yang terkenal tegas di sekolahnya.

"Sekolah itu tempat untuk belajar, bukan tempat tongkrongan. Kalian boleh-boleh saja melakukannya, tapi tidak di sekolah!" suara Pak Hery memenuhi ruangan. Arka dan Danis hanya bisa terdiam dengan kepala tertunduk.

Naura ikut menundukkan kepalanya. Kemarahan Pak Hery rasanya telah membuatnya tak berani untuk melihat ke arah meja guru itu. Naura mengikuti Bu Retno sampai meja yang ada di sudut belakang. Berada di jarak empat meja dari meja Pak Hery.

"Kamu bisa taruh buku-bukunya di sini, Naura," ucap Bu Retno.

"Baik, Bu."

"Setelah mata pelajaran Ekonomi ada pelajaran saya. Kalau boleh, Ibu mau minta tolong kamu untuk sekalian membawa bukumu dan teman-teman kamu yang sudah ibu koreksi, ini ya."

"Oh, iya, Bu." Naura mengambil tumpukan buku-buku yang ditunjuk Bu Retno. Namun, tiba-tiba Bu Retno mengulurkan tangan isyarat menahan Naura sejenak.

"Ibu baru ingat, hari ini Ibu mendapat tugas di luar sekolah. Maaf, mungkin nanti Ibu juga tidak bisa mengajar di kelas. Jadi, nanti kalian belajar mandiri di kelas, ya. Tolong kabarkan ke teman-teman yang lain."

Jam kosong. Naura tersenyum senang. "Oh, iya, baik, Bu. Nanti, saya sampaikan ke teman-teman."

"Maaf, Ibu merepotkan kamu. Ibu baru saja diberi kabar jika harus pergi sekarang," ucap Bu Retno.

"Tidak merepotkan kok, Bu. Saya malah senang bisa bantu ibu."

Bu Retno tersenyum lalu mengambil tas dan beberapa buku dari mejanya. "Terima kasih ya, Nak. Ibu pergi dulu. Oh iya, ini tugas yang harus kalian kerjakan nanti."

"Baik, Bu."

Naura mencium tangan Bu Retno. "Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam, Bu."

Naura mengambil tumpukan buku-buku kelaasnya dan kertas berisikan catatan tugas dari Bu Retno. Ia kemudian segera berjalan keluar dari kantor.

"Ini peringatan pertama sekaligus terakhir untuk kalian. Jika sampai diulangi, Bapak akan panggil orang tua kalian untuk datang ke sekolah! Mengerti kalian?"

Mantan Rasa Pacar [END]Where stories live. Discover now