Why?

3.8K 326 3
                                    

Sasuke POV

-Senin-

Ada perjanjian tak tertulis antara aku dan ayah.

Tentang masa depanku.

Ayah mengijinkanku menggapai cita-citaku terlebih dahulu dengan syarat aku mau melepaskannya pada saat waktu yang telah ayah tentukan.

Ayah membutuhkanku untuk meneruskan perusahaan. Dan aku tak punya pilihan untuk menolaknya. Hanya aku yang ayah harapan. Aku tak bisa mengecewakannya karena keegoisanku.

Ini bukan hal yang mudah. Maka dari itu aku sudah mempelajari tentang bisnis jauh-jauh hari untuk berjaga-jaga.

Tapi aku tak menyangka bahwa ini akan terjadi begitu cepat. Atau mungkin aku yang terlalu menikmati profesiku hingga terasa singkat. Aku mencintai pekerjaanku tapi aku lebih mencintai ayahku.

Aku tahu. Sedari tadi Sakura memandangiku, penuh tanya. Aku mencoba mengabaikannya sejak ayah dan Karin pulang.

Aku merebahkan tubuhku diranjang.

"Apa yang sebenarnya terjadi?" Aku melirik Sakura yang kini telah duduk disampingku.

Menghela nafas berat. Aku menutup mataku, "Apa maksudmu?"

"Kenapa kau melepaskan pekerjaanmu?"

Sebenarnya Sakura sama sekali tak menyukai profesiku, menurutnya profesiku terlalu rawan. Tapi sekarang ia menanyakan alasanku dengan tatapan yang penuh akan kekhawatiran. Ku pikir ia akan merasa lega jika tahu aku akan berhenti. "Sudah waktunya untuk berhenti."

Aku membuka mataku. Dan menatap langsung kemata Sakura.

Ia terdiam sejenak, lalu memijit pelipisnya. "Bukankah kau menyukainya?"

"Aku memang menyukainya, tapi bukan berarti aku takkan berhenti."

Sakura menggigit bibirnya, ia canggung. "Kau benar." Tak bisakah kau berhenti melakukan itu? Itu menyakitiku.

Aku hampir kehilangan akal, ia masih melakukan itu dan aku semakin menatapnya lekat. Tanpa sadar tubuhku sudah sejajar dengannya. Sakura tak menghindar, saat wajahku hanya tinggal beberapa centi darinya.

Ini seperti kesempatan dalam kesempitan. Pikiranku selalu dipenuhi tentang Sakura akhir-akhir ini. Dan aku tak menyangka sekarang wajah kami sangat dekat. Ada sesuatu yang mengaduk-aduk isi perutku.

Namun semua itu lenyap.

Saat tangan Sakura menahan wajahku.

Ia langsung berdiri lalu berjalan mengambil mantel dan syal. Telinganya memerah dari belakang.

"Aku keluar, ada beberapa hal yang harus aku beli." Aku tercengang.

Apa yang sebenarnya aku lakukan.

Sakura menutup pintu. Kesadaranku kembali pulih, aku mengambil jaket lalu berlari menyusul Sakura.

"Kutemani." Aku meraih tangannya, Sakura nampak kaget tapi aku tak perduli. Aku bahkan lebih kaget dengan apa yang hampir aku lakukan tadi.

Uchiha Sasuke ingin mencium Sakura atas keinginannya sendiri.

Dan itu cukup mengejutkan. Saat aku bahkan hanya memeluknya dalam 2 tahun terakhir. Bagaimana bisa aku menahan diri selama itu?

Bagian aku menyakiti Sakura malam itu, tak masuk hitungan.

Karena saat ini aku dalam keadaan sadar sepenuhnya.

Dan aku takkan pernah mau lagi pulang dalam keadaan mabuk. Jika besar resikonya menyakiti Sakura.

Aku membuntuti Sakura dari belakang, ia sibuk memilih daging. Dimataku semua daging itu tampak sama. Tapi sepertinya berbeda jika dilihat dari sudut pandang Sakura. Ia nampak kewalahan memilih daging. Hingga suaraku menggubris kegiatannya. "Ambil saja keduanya." Ia berbalik menatapku tajam, aku mengangkat bahu acuh. Benarkan, daripada berdiri disini setengah jam hanya untuk melihatnya memilih salah satu dari dua macam daging, kenapa tak ambil saja keduanya. Itu akan lebih mudah dan cepat.

SASUSAKU - A Beautiful LieWhere stories live. Discover now