Sense and Sensibility

9.7K 476 11
                                    

Next nya bakal aku privat.. Jadi follow dulu ya, baru bisa baca. 😁

Sakura POV

-Senin-

Hangat. Pelukannya terasa hangat. Dan sial, aku selalu menikmati saat-saat seperti ini.

Aku dapat merasakan aroma parfum yang mengguar dari tubuhnya. Bukan, bukan hanya wangi tubuhnya dan parfum yang ia gunakan, tapi ada wangi lain yang selalu aku rasakan setiap malamnya. Dan aromanya selalu berbeda-beda.

Aku merasa ingin tertawa setiap mencium bau-bau parfum ini, menertawakan diriku sendiri. Betapa bodohnya aku. Aku tahu ia tidak pernah mencintaiku, tapi paling tidak ia berkomitmen.

Komitmen?

Untuk mempertahankan pernikahan ini dan membuatku merasa nyaman.

Memberikanku pelukan setiap malamnya.

Ia selalu bersikap baik padaku -ralat berusaha bersikap baik.

Hanya itu satu-satunya hal yang bisa ku anggap sebagai komitmen yang bisa ia beri, selebihnya mencintaiku adalah hal yang mustahil. Dan komitmen bukanlah cinta, tapi janji.

Brengsek, aku mencintainya, memujanya, menyukai pelukannya, tatapan dinginnya, senyumnya yang selalu ia berikan hanya untuk membuatku merasa nyaman.

Apa yang salah denganku. Bukankah itu sudah cukup. Asalkan ia bersamaku, seharusnya aku sudah merasa cukup puas dengan semua itu.

Lalu apa bisa aku menyebutnya berselingkuh? Sedangkan ia memang tidak mencintaiku? Ini gila! Aku harus segera berkaca dan mengutuk diriku berkali-kali, atas tuduhan yang ku berikan padanya.

Aku tidak bisa menyalahkan perbuatannya. Ia melakukan semua hal gila itu agar ia bisa merasa lebih baik. Dan seharusnya aku menghargai hal itu. Karena ia sudah cukup berusaha padaku.

"Kau belum tidur." Sial, aku bahkan tak merasa bahwa ia terbangun. Hembusan nafasnya menghangatkan tekuk leherku, membuatku merinding. "Jika itu karena aku, aku akan tidur di sofa." Tidak, ku mohon jangan.

Aku membalikkan tubuhku, hingga berhadapan dengannya. "Maaf, aku hanya tak bisa tidur, maaf jika membuatmu terganggu." Untuk kesekian kalinya hanya kata maaf yang bisa ku lontarkan. Aku menunduk, menatapnya hanya akan membuatku sulit bernafas.

Berpikirlah otakku sayang, aku tak suka berada dalam posisi yang membuatku tak bisa berkutik. "Aku ingin mengambil air." Setidaknya itu bukan alasan bodoh.

Sasuke mengangguk.

Ia takkan perduli dengan hal sepele itu.

Dan melanjutkan tidurnya.

-Selasa-

Sasuke patah hati. Aku tahu itu. Tapi ia terlalu sempurna menyembunyikannya.

"Kau gila?" Aku menatap tajam kearah Ino. Ia hampir saja meledakan isi kepalaku pagi ini. "Kau tak bisa mengabaikan ku hanya karena aku lupa membawa pesanan mu. Itu bukan hal yang disengaja," Ia masih diam, masih menatap datar layar komputernya. Ia benar-benar mengabaikan ku.

Aku mengerang frustasi.

"Berhentilah merajuk dan bersikap kekanak-kanakan seperti ini. Aku perlu laporan ku. Kita sedang bekerja, bersikaplah profesional lah saat ini."

Perkataanku berhasil membuatnya menoleh. "Maka berhentilah menjadi pikun lalu bersikaplah lebih cerdas." Cetusnya, tatapannya mencelaku.

"Oh tuhan, aku benar-benar lupa." Aku menyugar rambutku.

Ino berdiri, berjalan entah kemana, aku masih mencoba membuntutinya dari belakang.

Ino menghentikan langkahnya lalu berbalik menatapku yang mengekorinya dari tadi. "Apa kau akan terus mengikuti ku sampai ke toilet, Miss?" Aku menaikan sebelah alisku, ia memutar matanya lalu pergi meninggalkanku yang masih terdiam ditempat.

SASUSAKU - A Beautiful LieWhere stories live. Discover now