Sorry?

4.3K 369 24
                                    

-Minggu-

Sakura POV

Libur.

Sasuke libur.

Sasuke marah.

Sasuke sedang marah di hari liburnya.

Hari yang sempurna untuk membuatku sakit kepala.

Ku pikir hari ini Sasuke akan keluar rumah, menemui Karin.

Mungkin.

Tapi setelah dipikir-pikir itu kurang masuk akal. Karena kini mertuaku sudah pulang dari urusannya. Kemungkinan besar jalang baik hati itu akan menghabiskan waktunya bersama ayah.

Dan Sasuke akan disini dalam keadaan marah padaku dan cemburu pada ayahnya.

Sasuke benar-benar mengerikan. Ia bahkan tidak ingin menatapku tadi pagi.

Ia hanya makan dalam diam. Tak bicara satu patah katapun. Meskipun biasanya memang begitu, tapi tetap saja terasa berbeda.

Aku mengeluarkan pakaian dari mesin cuci. Sasuke benar-benar aneh dalam urusan pakaian. Ia tak membiarkan ku mencuci pakaian dalamnya. Dan tentu saja, aku dengan senang hati membiarkannya mencuci sendiri.

Aku merasa seseorang berjalan dibelakangku. Tapi aku tak memperdulikannya, toh mungkin saja ia hanya lewat. Namun dugaan ku meleset. Aku merasakan lengannya melingkari pinggangku.

Aku membeku.

"Sakura." Bisiknya di tekukku. Aku sama sekali tak bisa menggerakkan tubuhku. Aku benar-benar menjadi patung sekarang. Sial, dimana nenek sihir yang mengutukku.

Apa mungkin ini saatnya untuk aku minta maaf? Apakah aku harus melakukannya? Dan jawabannya adalah Tidak. Memangnya apa salahku.

"Kau tidur dengannya?" Aku nyaris tersedak mendengar pertanyaannya. Ini sudah berulang kalinya ia bertanya hal yang sama. Tentu saja tidak, mana mungkin aku melakukan hal seperti itu dalam kurun waktu dua jam. Waktu itu aku dan Gaara hanya keluar untuk makan daging. Dan kurasa itu tak memakan waktu yang terlalu lama, hanya Sasuke saja berlebihan dan jawabanku saat itu juga masalahnya. Tapi saat itu aku benar-benar muak padanya. Apa aku perlu sedikit bermain dengan ego Sasuke. Bukankah ini kesempatan emas untuk membuat Sasuke lebih marah. Itu akan sangat menyenangkan.

"Kau sudah tahu jawabannya." Apakah suaraku bisa lebih nyaring lagi.

Ia mengeratkan pelukkannya. "Bukankah aku sudah pernah bilang, bahwa aku akan mencoba mencintaimu? Apakah kau masih belum puas?" Hati nuraniku tertampar keras. Apa yang ku lakukan sekarang? Bukan kah Sasuke sudah mengatakan akan mencintaiku? Kenapa masih saja terasa kurang. Ya, itu sangat kurang. Karena aku ingin ia mencintaiku secara instan. Sama seperti ia jatuh cinta pada Karin.

"Maaf." Bodoh. Apa yang sedang ku katakan.

"Sakura. Aku mohon jangan pernah berbohong padaku." Ia membalikkan tubuhku, mencengkram lembut kedua pundakku. "Sebagai gantinya aku akan berlaku jujur padamu."

Pikiranku untuk mempermainkan Sasuke lebih jauh lagi lenyap seketika. "Aku berbohong. Mana mungkin aku melakukan hal sebejat itu, saat aku memiliki suami. Aku tak seburuk itu. Dan kau? Apakah kau bisa seperti ku? Menahan semuanya sendiri?" Aku tak percaya, tapi Sasuke benar-benar tersenyum. Ia menarik tubuhku kedalam pelukkannya.

Apakah ia tak punya akal?

"Tentu saja. Aku akan melakukannya. Aku akan berusaha. Tapi berikan aku lebih banyak waktu. Dan suatu saat aku pasti mencintaimu."

Hangat. Pelukkannya terasa hangat sama seperti sebelumnya namun berbeda disaat bersamaan. Ia membenamkan wajahnya disela-sela rambutku. "Bagaimana kau bisa seyakin itu?" tanya ku tak percaya.

SASUSAKU - A Beautiful LieWhere stories live. Discover now