"Huff, sekarang kita kemana?" tanyaku saat kita hanya berdiam diri di mobil yang terparkir di bawah pohon ketapang dipinggir jalan.

"Apa yang kamu lakukan saat tau dia nikah?"

"Aku—"

"Sebaiknya ke alun-alun Kapuas," potong Hendi cepat.

"Untuk apa kamu bertanya!"

"Adakalanya apa yang tidak kita ucapkan lebih penting, dari pada apa yang kita ucapkan."

Akhirnya kita pergi menuju salah satu taman kota yang cukup nge-hits di kota Pontianak

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Akhirnya kita pergi menuju salah satu taman kota yang cukup nge-hits di kota Pontianak. Taman kota yang baru selesai renovasi beberapa tahun lalu. Taman Alun Kapuas adalah taman kota yang dibangun di sepanjang sungai Kapuas dengan lapangan air mancur dan monumen tugu khatulistiwa mini.

Untungnya siang ini langit kota Pontianak sedang berawan, jadi tak sepanas biasanya. Tinggal di garis khatulistiwa bukanlah perkara yang mudah, dimana sinar matahari tepat berada diatas kepala. Orang bilang siang hari disini seperti 'Neraka mengalami ke-bocor-an', akibat panas yang warbiasah.

"Cuaca yang indah, adem." gumamku.

"Huff,"

"Gayamu Hen," aku mendorong lengannya pelan, "gak masuk akal orang playboy sepertimu, galau hanya karena ditinggal nikah,"

"Masalahnya dia mantan yang paling okeh. Dulu tuh kita-." Hendi mulai bercerita.

Aku hanya mengangguk seolah-olah mendengarkan. Aku menikmati semilir angin menerpa wajahku, menatap sungai Kapuas, sungai terpanjang di pulau Kalimantan.

Bosan berdiri, aku memutuskan mencari tempat duduk. Meninggalkan Hendi yang mengoceh sambil menerawang menatap langit.

"Kamu tuh dengerin aku gak sih?" keluh Hendi mengejarku.

Aku berjalan mencari bangku kosong dan memasuki area taman yang dikhususkan anak-anak. Seolah Tuhan hendak berencana menyatukan dua hati. Secara kebetulan aku bertemu dengan Duren yang akhir-akhir ini mengisi pikiranku, Dimas. Dia terlihat sibuk memotret si kembar yang tengah bermain bersama Alvin.

"Kakak!"

"Gilang, kamu juga ada disini." ternyata Adikku juga turut serta bersama keluarga Dimas.

"Mencari angin," jawabnya cool.

"Ciee kalian sedang kencan ya?" goda Dimas yang kemarin memutuskan menjadi Abang-ku.

"Enggak," jawabku cepat, "siapa juga yang mau sama buaya darat ini."

"Bukannya dulu kamu mengejar cintaku?!" fitnah Hendi.

Aku mengabaikan Hendi, "Julia kemana Mas?" tanyaku saat tidak melihat keberadaan Baby Sitter itu.

"Pulang kampung mendadak, Bapaknya sakit." jelas Dimas.

"Baru seminggu lebih kerja, udah izin. Tidak profesional," keluh Andrea.

Antara Duren dan Durjana©[TAMAT]Where stories live. Discover now