11. Suka?

7.5K 497 6
                                    


"Kamu suka ya, sama Dimas?" tanya bu Yanti.

"Apa?" tanyaku pura-pura tidak dengar.

"Kamu suka sama Duda itu?" tanyanya lagi.

Aku suka Dimas?.  Batinku.

"Ini Teh, salepnya." Julia menyerahkan salep kepadaku. Membuatku tak jadi menjawab pertanyaan membingungkan Bu Yanti.

"Sebenarnya, kakak jatuh gimana sih?!" tanya Gilang, mengambil salep di tanganku.

"Kakak jatuh ke lubang buaya." jawabku ala kadarnya. Gengsi kan kalau aku sampai bilang melamunkan Dimas sampai gak sadar masuk lubang.

Masa sih, seriusan aku melamunkan Dimas??  Sejak kapan?. Tanyaku dalam hati.

"Dimana ada lubang buaya Tante?" tanya Alvin.

"Haha, enggak kok. Buaya adanya di kebun binatang." jelasku pada Alvin.

"Dilihat dari luka yang melingkar dikaki dan sepatu yang tinggal sebelah," Andrea meletakkan jarinya didagu, berpikir. "kaki Tante pasti masuk lubang." tebak bocah perempuan itu dengan benar.

"Wah, hebat kamu bisa nebak, Rea." aku tak bisa mengelak.

"Karena Gue adalah ... Andrea Edogawa." katanya bangga, ternyata dia penggemar Detektif Conan.

"Tante ngelamunin Papah ya, sampai gak liat jalan." tebaknya lagi.

"Eng-enggak!"

"Oh ya, apa foto Papah tidak muncul di mimpi Tante?" tanya Andrea pelan.

"Hah?!" sekarang aku tau dimana Gilang mendapat foto-foto Dimas.

"Bang Gilang, lo gak ngasih fot—hmmn" Sebelum Andrea melanjutkan kalimatnya, aku langsung membekap mulutnya.

"Gue sudah mengirimkannya, dan tadi subuh aku lihat dia masih ngesav—hmmm" kali ini aku membekap mulut adikku. Ternyata Gilang dan Andrea memiliki suatu konspirasi terhadapku.

"Ibu pulang dulu ya." pamit bu Yanti membawa cucunya pergi.

"Iya, hati-hati bu."

"Batagor." Andre meletakkan empat kotak batagor di tengah-tengah kami, ternyata dari tadi dia membeli batagor.

"Asik!" Gilang langsung menjatuhkan kakiku(yang tadi dipangkuannya) menghampiri batagor.

"Ish, ini kaki sakit tau." ringisku, tapi tidak ada yang peduli.

"Apa masih sakit?!" tanya papah Dimas, berjongkok disampingku sambil menggendong baby Nevan.

"Gak pa apa Mas, udah mendingan." jawabku.

"Ba baa baaa" panggil baby Nevan.

"Iya Tante gak pa apa." jawabku padanya, padahal orak ngarti.

"Baa bba ..." katanya lagi, udah bisa nyebut huruf 'b', chepter lalu si kembar hanya bisa nyebut 'a'.

"Iya, cii lubb Bakk." kataku, menutup dan membuka wajahku dengan telapak tangan, niatnya melucu tapi yang tertawa hanya Dimas.

"Bbaa baa BAAA!" Baby Nevan malah berteriak padaku.

"Apa katanya?" tanyaku pada Dimas.

"Aku juga gak tidak tau, ada apa Nevan??" tanyanya.

"Bbu Bbu Buu" jawab bayi berumur enam bulan itu.

"Kamu mau bubur?"

"Bububu!" anak itu menggeleng lucu.

"Buah?" tebakku.

Antara Duren dan Durjana©[TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang