TIGA

51 17 5
                                    

"IBU! AYAH!"

Peppermint terduduk, napasnya tersengal-sengal, segera saja ia mendesis kesakitan saat merasakan pusing berlomba-lomba mendominasi kepalanya yang masih terbalut perban.

Mimpi itu lagi.

Sebuah kejadian tragis yang merengut segalanya dari Pepermint. Orang tuanya, kakinya, dan ... telinganya.

Perlahan, ia melihat sekeliling, putih. Surga? Bukan. Peppermint sadar pergelangan tangannya terbalut perban putih yang tebal. Oh, ternyata dia ada di rumah sakit. Peppermint sadar pipinya basah, dengan segera ia mengusap air mata itu.

Segelas air putih tersodor padanya membuat Peppermint menoleh. Seorang gadis dengan wajah khawatirlah yang ia dapati. Lagi-lagi dia melakukan gestur yang tak Peppermint mengerti. Oh iya, dia tak bisa berbicara. Apa itu artinya ia bisu? Berarti ia juga tuli?

Peppermint tetap menerima air itu, menenggaknya sampai habis. Ia melirik jam dinding bulat yang tergantung. Pukul delapan pagi.

'Mimpi buruk?'

Itu adalah tulisan yang terbaca di notes yang gadis itu—oh iya, namanya Bubble Gum—tunjukkan padanya. Peppermint tak berniat menjawab, hanya membuang wajahnya ke arah lain. Kenapa Bubble Gum peduli?

Sebuah tisu yang mengelap keringatnya membuat Peppermint terlonjak kecil, kemudian menatap Bubble Gum dengan kesal. Akan tetapi, ia kalah. Sorot mata lembut Bubble Gum membuatnya tetap membiarkan gadis itu berbuat sesukanya.

"Bagaimana keadaanmu, Pepper?"

Peppermint menoleh saat sadar tangan Bubble Gum tak lagi berada di dahinya. Saat itulah ia menemukan suster Bella yang menghampirinya dengan sarapan. Uh, apa tadi suster Bella menyapanya?

Peppermint memang lapar, jadi dia segera memakan sarapan saat meja tempat tidurnya sudah terpasang. Ia tak memedulikan suster Bella dan Bubble Gum yang kini tampak bercakap-cakap dengan bahasa isyarat—satu hal yang baru Peppermint sadari setelah memperhatikan keduanya. Tentu saja ia tak mengerti bahasa itu, dia baru kehilangan pendengarannya seminggu yang lalu.

Saat makanannya habis, Peppermint turun dari kasur dan duduk di atas kursi rodanya dengan bantuan suster Bella, suster paruh baya dengan rambut hitam yang disanggul, wajahnya ramah sehingga Peppermint nyaman dengannya.

Wajah ceria Bubble Gum menjadi pemandangan pertamanya ketika sudah duduk. Uh, Peppermint mulai berpikir apa sudut bibirnya tak pegal selalu naik?

"Ma-in, yuk!"

Peppermint mengernyit saat melihat Bubble Gum tampak menggerakkan bibir. Mungkin Peppermint memang bisa sedikit membaca gerak bibir, tetapi ia tak tahu apa yang Bubble Gum katakan, ia bahkan tak yakin barusan gadis itu bersuara.

"Hei! Apa-apaan ini?"

Belum sempat Peppermint memberi respon, kursi rodanya sudah diambil alih oleh Bubble Gum bersama wajah ceria gadis itu. Saat Peppermint menoleh pada suster Bella seolah meminta pertolongan, ia malah menemukan suster itu tertawa geli. Tidak ada pilihan, Peppermint hanya bisa pasrah.

***

Bangau Hijau [COMPLETED]Where stories live. Discover now