7

13.1K 172 13
                                        

'Pak Lyon menikah?' tanya Nidya dalam hati, 'aku harus bagaimana? Aku masih bebas memimpikan dan mengharapkannya saat dia masih bebas, tapi kalau dia sudah menikah, itu adalah hal yang terlarang walau dalam mimpi' pikirnya lagi.

'Aku harus gimana...gimana? Sejak malam itu pak Lyon bersikap biasa saja, apakah dia kecewa padaku? Apakah aku tidak ada secuilpun di hatinya?'

Melihat pasangan sejoli yang sedang hangat dibicarakan oleh rekan-rekannya di kantor membuat hati Nidya semakin sedih, wajahnya yang akhirnya terangkat dan matanya menatap ke depan pun menjadi tertunduk kembali, menjadi Nidya yang dulu.

"Nidya, buatkan teh manis dua," titah Lyon sebelum berjalan masuk ke  dalam kantornya sambil menggandeng wanita yang sedang ramai diperbincangkan itu.

"Baik pak," jawab Nidya pelan menatap pintu yang bergerak menutup di hadapannya.

      ooOOoo

Nidya menatap pintu di depannya dengan gugup. Perasaan ini sama seperti perasaannya dua bulan yang lalu.

Tok tok

Tangannya bergetar mengetuk pelan pintu itu.

"Masuk!" perintah suara maskulin dari balik pintu.

Nidya menarik nafas panjang, mengulurkan tangannya memutar handle pintu dan mendorongnya terbuka.

Dilihatnya Lyon sedang sibuk membaca dokumen di hadapannya. Ia berjalan masuk ke dalam dan berdiri di depan meja Lyon.

Dan ketika Lyon tak kunjung mendengar suara dari tamu yang datang, ia pun mendongakkan wajah dari dokumen yang dibacanya. Melihat Nidya yang berdiri gugup di hadapannya, ia mengernyitkan dahi.

"Ada apa Nidya?"

"Pak...Lyon...maukah...maukah anda menyentuhku sekali lagi?" Nidya tertunduk gugup sambil meremas-remas tangannya.

Lyon berdiri dari kursinya, melangkah mendekati tempat Nidya berdiri.

"Apa kamu yakin Nidya?" Lyon berdiri dekat sekali sehingga Nidya dapat merasakan hembusan nafas menggelitik daun telinganya saat Lyon mengucapkannya.

"Iya," jawabnya yakin, dia ingin merasakannya sekali lagi sebelum Lyon akhirnya menikah dengan orang lain.

"Tapi sayangnya ada satu hal..." Lyon menggantung ucapannya.

Ucapan Lyon membuat Nidya mendongakkan wajahnya, dan melihat wajah Lyon hanya berjarak satu centi dari wajahnya. Bila ia mendorong sedikit wajahnya sedikit lagi, maka bibir mereka akan bersentuhan, pikiran itu membuat tubuh Nidya meremang.

"Satu kali tidak cukup bagiku..." lanjut Lyon.


^Once...^Where stories live. Discover now