3. Was.....

8.2K 287 5
                                        


"Aku ga nyangka ternyata kamu tega sekali ya..." ucap Erin temannya sejak mereka berada di tingkat SMP.

"Ada apa Erin? Apa maksud kamu?" tanya Nidya bingung.

"Jangan pura-pura bodoh!" bentak Erin, "Mentang-mentang kamu cantik jadi kamu dengan seenaknya merayu Richard untuk putus denganku." sambungnya.

"Astaga Erin, aku ga pernah..." bantah Nidya.

"Diam! Aku ga mau dengar apa-apa lagi, aku ga mau melihatmu lagi. Ternyata setelah sekian lama kita berteman, kamu ga pernah tulus padaku...kamu pembohong! Penipu!" teriak Erin sambil berjalan menjauh.

"Erin...tunggu Erin...." panggilnya namun Erin tidak memperdulikannya.

Matanya membuka dan nafasnya terengah-engah seolah baru saja berlari cepat.

'Ah...mimpi itu lagi....'

Nidya bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan ke meja kecil di seberang tempat tidurnya, mengambil gelas yang terletak di atasnya dan menuang air ke dalamnya. Dengan perlahan ia meminum air itu sambil berpikir...

'apakah aku sanggup kembali ke penampilanku yang dulu? Aku sudah nyaman dengan keadaanku sekarang, tapi...aku sudah bertekad ingin berubah...hhh...'

Nidya adalah gadis yang cantik, dia 'dulu' gadis yang periang dan mempunyai banyak teman. Tapi, karena kecantikannya itu, pada masa SMU banyak anak lelaki yang ingin mendekatinya namun mereka menggunakan cara yang pengecut. Mereka berpura-pura mendekati teman-teman perempuannya, membuat mereka jatuh cinta tapi setelah mengetahui kenyataannya, teman-temannya menjauhinya, menganggap bahwa dialah yang merayu para lelaki itu.

Setelah lulus SMU, Nidya pun mendaftar ke kampus yang jauh dari kota asalnya dan merubah penampilannya. Ternyata perubahan penampilannya yang 180° menyebabkan teman-teman kampusnya membullynya dan mengejeknya. Mereka tidak senang dengan keberadaan gadis berkacamata tebal dan memakai baju yang tidak modis itu.

Mereka membullynya terus menerus karena ia tidak melawan hingga suatu hari...seorang senior melihat ia yang sedang dilempari tepung oleh beberapa wanita dan kemudian senior itu menghentikan perbuatan mereka. Senior itu tanpa banyak kata membantunya membersihkan bajunya dan rambutnya dari tepung yang menempel.

Senior itu ...... Lyon.

Sejak saat itu hati Nidya dipenuhi rasa kagum terhadap Lyon. Lelaki itu hampir selalu bersama 3 orang temannya dan tidak pernah bergaul dengan lawan jenisnya.

Bagi Nidya, melihat Lyon dari jauh sudah cukup saat itu. Tapi bagaimanapun perpisahan pasti akan terjadi. Lyon akan segera lulus kuliah. Mengingat hal itu, ia merasa sedih. Hingga suatu hari ia mendengar percakapan Lyon dengan temannya.

"Kau jadi melanjutkan kuliah di luar (negeri) ?"

"Hm... Papaku maunya aku langsung menjabat di perusahaannya, tapi kupikir belum waktunya. Aku masih ingin mencari pengalaman. Pasti beda rasanya bila kerja di tempat lain dengan di perusahaan orang tua sendiri."

"Gitu...tapi pada akhirnya kau tetap akan ke perusahaan papamu, kan?"

"Tentu saja."

Dari situlah Nidya mencari tahu perusahaan papa Lyon, mempelajarinya dan berusaha bekerja di perusahaan itu dengan harapan akan kembali bertemu dengan Lyon.


^Once...^Where stories live. Discover now