Part 15

8 1 0
                                    

Reyna : Lia please bales. Gw tau lo marah sama gw. Gw minta maap, Li.

Reyna : Ayok lah, Li. Jangan berantem lagi dong. Kita omongin baik-baik, yuk.

Reyna : Gw gak suka berantem sama lo, Li :(

Reyna : Lia :(

Berkali-kali aku mengirim Lia pesan. Tapi tanda di roomchatku hanya ceklis dua yang menandakan pesan hanya terkirim. Belum di baca oleh penerima pesan.

Aku yang merasa gusar, melempar ponselku ke atas kasur. Merebahkan tubuhku diatas kasur. Dan pintu kamarku terbuka perlahan.

"Rey."

Kak Reno masuk ke kamarku dan mengambil sebuah pulpen baruku di atas meja belajar.

"Ih, kak Reno. Pulpen gw."

Aku langsung menarik tangan kak Reno dan mengambil pulpenku dari tangannya. Mengembalikannya ke tempat semula.

"Pantes pulpen gw ilang-ilangan. Kak Reno yang ambil." Gerutuku dan kembali merebahkan tubuhku di atas kasur.

Meraih ponselku dan membuka roomchat dengan Lia. Lagi-lagi, pesanku masih belum di baca oleh Lia. Padahal, ada tanda kalau dia sedang online. Dan itu, membuat wajahku masam.

"Lo kenapa sih, Rey?"

Tanya kak Reno memperhatikan wajahku. Aku yang malas menanggapi kak Reno, menenggelamkan wajahku pada bantal.

"Galau?"

"Tau ahh."

"Cie adek gw galau."

Kak Reno mulai melakukan aksi nyebelinnya. Menarik bantal yang kudekap dan meledekku. Dan pastinya, itu membuatku merasa semakin kesal.

"Kak Reno, ihh."

"Hahaha, kenapa sih lu. Cerita-cerita ke gw lah."

"Gw mau berak."

"Ya udah sono."

"Ihh kak Reno, sini bantalnya."

"Katanya mau berak."

"Ahh, tau ah."

Aku tak mengacuhkan apapun lagi yang dilakukan kak Reno. Kembali meraih ponselku yang pastinya untuk mengecek balasan dari Lia. Dan sudah kuduga, masih belum ada balasan darinya.

"Mau gw traktir gak biar lu jadi adem otaknya."

Tiba-tiba saja kak Reno menawarkanku. Dan itu yang sedari tadi kutunggu. Seseorang menawarkan diri untuk mentraktirku makan.

"Tumben baek. Ayok."

Aku langsung menarik tangan kak Reno keluar dari kamarku. Mengambil kunci mobil yang tergantung di balik pintu ayah dan bunda. Dan mulai, pergi bersama kak Reno.

***

Sesampainya di cafe yang dekat dengan rumah, aku memesan ice blend matcha yang katanya minuman yang satu ini menggambarkan karakteristik penuh dengan keceriaan. Soo, biar aku wajahku gak lagi keliatan asem atau apapun itu.

Sedangkan kak Reno yang duduk dihadapanku, memesan segelas smoothie kesukaannya.

Ketika pesanan kami sudah siap, kak Reno terlihat seperti orang kebingungan. Dan pastinya membuatku ikut bingung.

"Kenapa sih, kak?" Tanyaku greget ngeliat sikap kak Reno.

Kak Reno yang mendengar pertanyaanku, kembali bersikap tenang. Ya, aku tahu itu hanya sikap sok-sok-annya.

"Dih, gak jelas."

Aku tak mempedulikannya dan mulai menyeruput minuman pesananku. Anehnya, sekali seruput aku langsung merasa tenang. Ya, mungkin itu karena aku sedang berharap merasakan ketenangan.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 29, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Sincero ✓Where stories live. Discover now