Part 5

24 5 0
                                    

KRING! KRING! KRING!

Bel pulang sekolah berbunyi. Guru di dalam kelasku pamit keluar terlebih dahulu. Kami yang ada dikelas mulai merapihkan buku-buku kami dan keluar kelas untuk pulang.

Aku dengan tergesa-gesa memasukkan buku-bukuku ke dalam tas. Dan bersiap melesat keluar kelas ketika seseorang menahan tubuhku.

"Eittss.. Mau kemana lu?"

Aku menghembuskan nafasku malas. Lupa akan janji untuk pergi belajar bersama di rumah Nima.

"Mau pulang, Ma. Sorry ya, hari ini gue gak bisa ikut belajar bareng sama kalian. Gue udah dijemput sama Angga." jelasku pada Nima dan Lia.

"Hah, Angga? Angga dah balik?" tanya Lia penasaran. Aku mengangguk ke arah Lia.

"Kapan? Terus pas ketemu itu, lu gimana? Ketemunya dimana? Dia beneran balik? Dia bawa cewek gak? Lu nangis? Atau marah-marah sama dia?" cucuran pertanyaan dari Lia terucap dengan lancarnya.

Aku memutar mataku malas. Ini sebabnya kenapa aku belum menceritakan kedatangan Angga. Takut mereka akan melancarkan aksinya untuk bertanya lebih banyak.

Aku pernah menceritakan Angga pada mereka. Dimulai sejak Angga yang datang menghampiriku dan memberikan surat serta liontin hati, sampai Angga yang mendapat beasiswa ke Inggris dan hilang kabar.

"Kapan-kapan gue ceritain. Gue gak mau dia nunggu. Gue duluan ya, bye." ucapku cepat pada Lia yang memberikan rentetan pertanyaan tadi dan langsung melesat ke luar.

Kemarin Angga sudah berjanji akan menemaniku ke toko buku hari ini. Dan dia akan menjemputku lebih cepat.

Aku melesat ke luar kelas sedikit berlari. Dan suatu hambatan datang saat aku ingin menuruni anak tangga.

Segerombolan anak berkumpul di tengah koridor kelas. Entah apa yang sedang mereka lakukan, tapi ini sangat banyak.

Aku mencoba menerobos gerombolan anak-anak itu. Hingga tepat aku di tengah gerombolan, aku mendengar banyak teriakan.

"Terima, terima, terima." sahutan mereka.

"Rafa, terima lo. Tuh anak niat banget datengin lo sampe ke kelas, masa iya lo gak terima." ucap seorang lelaki dengan berteriak.

Aku mencoba untuk menerobos lagi. Namun sangat sulit karna sekarang gerombolan ini bertambah banyak. Posisiku yang masih ditengah-tengah gerombolan, membuatku lebih sulit untuk beranjak dari tempatku.

"Terima, terima, terima." suara itu semakin kencang.

Dan hanya dalam waktu sesaat, suara itu berhenti ketika seseorang berdeham. Aku menengok ke asal suara.

Entah kenapa, aku terlonjak saat melihat orang itu. Si lelaki itu, dia yang berdeham.

"Gue gak mau." ucapnya singkat. Dan langsung pergi keluar dari kerumunan.

'Sok banget.' ucapku dalam hati.

Tak mempedulikannya, aku kembali mencoba keluar dari kerumunan. Namun tetap tidak berhasil karna kerumunan ini tetap bertahan dengan jumlah yang banyak.

"Misi, misi." ucapku agar mereka tahu kalau aku ingin keluar dari kerumunan.

Tak ada yang bergeming. Tetap bertahan di tempat mereka masing-masing. Hingga mereka membuka sedikit celah. Mungkin karna suaraku yang terus-terusan berkata 'permisi' mengganggu telinga mereka.

Aku melangkah keluar dari kerumunan. Saat di luar kerumunan itu, aku menghembuskan nafasku yang sesekali terasa begah karna kekurangan oksigen.

Saat aku menghirup udara dengan perlahan, seseorang menyenggol bahuku. Dan itu membuatku kesal.

Sincero ✓Where stories live. Discover now