2

288 24 1
                                    

Juni 2008

Gadis kecil itu termenung, menatap anak seumurannya tengah bermain ditaman sore itu. Tidak ada yang mengajaknya bermain, hanya gadis itu yang duduk di bangku taman sendirian.

Biasanya kedua kakaknya selalu ada untuk menemaninya bermain, tapi untuk tiga hari kedepan kakaknya tidak bisa menemaninya karena harus mengikuti kegiatan perkemahan di sekolah, dan hal itu membuat Dora sedih.

Dora tidak seperti anak - anak lain yang dengan mudah berkenalan atau sekedar bergabung bermain dengan orang yang baru ia kenal. Dora pribadi yang pemalu, dan tidak akan pernah bicara jika tidak ada yang bertanya padanya. Seperti itulah Dora.

Dora menatap sepatu balletnya murung. Sampai saat ini Dora masih bermimpi ingin menjadi ballerina, namun postur tubuhnya tidak mendukung untuk mewujudkan impiannya yang satu itu bukan? Yasudalah.

Menurutnya jika tidak bisa menjadi seorang ballerina, memakai sepatunya saja tidak masalah.

"Hai sasya? Lo sasya kan?" tanya bocah laki - laki yang berdiri setengah merunduk di depannya. Dora mengangkat wajahnya melihat siapa yang baru saja menyebut namanya itu.

Alisnya berkerut tanda tidak mengenali sosok itu. Dora mengangguk. Bocah itu tersenyum lebar karena dirinya tidak salah mengenali orang. Sasya, adik sahabatnya.

"Lo ngapain disini?" tanya bocah itu lagi. Dora diam, menatap ke arah anak - anak yang sedang berlarian kesana kemari di sekitarnya.

"Mau ikut main? Petak umpet?" tanya bocah itu, yang Dora sendiri tidak tahu siapa namanya. Belum sempat Dora menjawab, bocah itu sudah pergi dengan sesekali berlari menuju anak - anak itu. Entah apa yang dia katakan hingga semua anak disana mengerumuninya sembari mengangguk - angguk.

Tidak lama kemudian, bocah laki - laki itu kembali mendekat "Yuk?" ajaknya.

Dora bingung harus menjawab apa, Dora tidak mengenali orang ini lalu bagaimana bisa ia bermain bersama orang asing, tapi disisi lain Dora juga sudah bosan duduk sedari tadi.

Dengan mudahnya anak laki - laki itu meraih tangan Dora, menyeretnya ke tengah anak - anak lainnya yang saat itu memandangi Dora dari atas sampai bawah. Jujur Dora tidak suka dipandang seperti itu. Membuat taraf kepercayaan dirinya jatuh hingga ke tingkat paling dasar.

"Ayo main, hompimpa ya" ujar anak laki - laki itu menjulurkan satu tangannya.

Benar. Kali ini Dora yang bertugas menjaga pos. Semuanya berlari secepat mungkin mencari tempat persembunyian se-aman dan sesulit mungkin saat mata Dora mulai tertutup dan terdengar hitungan dari mulutnya.

Sampai hitungan ke sepuluh, Dora membuka mata. Kosong, tentu semuanya sedang bersembunyi saat ini, siapa juga yang akan berdiri di depannya setelah ia selesai menghitung? Tentu hanya orang bodoh yang melakukannya.

Dora berlarian kesana kemari mencoba menemukan salah satu diantara mereka, yang Dora ingat tadi sekitar 12 orang. Keringatnya mulai meluruh di sepuluh menit pertama, tidak ada tanda - tanda penemuan yang berarti.

Dora mulai lelah, ia duduk bersimpuh di atas rumput sembari matanya mencari tempat - tempat yang sekiranya digunakan sebagai tempat persembunyian.

"Awh" sebuah kerikil kecil menabrak betisnya pelan, membuatnya mengaduh karena kaget, bukan karena sakit tentunya. Dora menoleh mendapati bocah laki - laki yang mungkin seumuran dengan kakaknya itu berdiri tepat di belakangnya sambil berkacak pinggang.

Dora menaikkan alisnya, yang di tatap malah mengedikkan dagu menyuruh Dora berdiri.

"Apa?" tanya Dora setelah berdiri.

Dora hanya mematung sampai bocah laki - laki itu menginterupsinya untuk berlari dan menepuk pos terlebih dahulu sebagai tanda pergantian penjaga.

"Ayo cepat" hardik bocah laki - laki itu membuyarkan imajinasi gadis kecil bertubuh gempal dihadapannya.

Setelah berhasil mencerna maksud dan tujuan bocah laki - laki itu, Dora tersenyum lebar kemudian berlari ke arah pos yang tidak lain adalah sebuah pohon dengan ukuran sedang yang berdiri tepat di pusat taman.

"Gue yang jaga, keluar lo semua" teriaknya setelah terdengar tepukkan yang berasal dari tangan Dora yang bertubrukkan dengan batang pohon, membuat semua anak keluar dari persembunyiannya diiringi tawa khas kemenangan.

Sederhana. Tapi begitu berarti. Sejak hari itu Dora mengerti bahwa lebih baik bertanya dari pada menjawab.

Lebih baik bicara dari pada diam.

Lebih baik memulai dari pada menunggu.

Berteman dengan orang asing bukan perkara yang sulit, menjadi diam seolah tak peduli dengan sekitar adalah pilihan terburuk yang pernah ada.

Setidaknya memulai pertemanan dengan orang lain adalah hal terbaik, dari pada harus seorang diri tanpa teman.

Dan yang paling penting menutup diri bukan pilihan yang tepat, karena tidak semua orang asing itu jahat.

Sore itu Dora mendapatkan pelajaran, dan pengalaman baru yang ia dapatkan dari seseorang tanpa nama yang baru ia kenal kurang dari satu jam yang lalu.

Sesederhana itu.

*****
Selamat membaca 😘😘 Jangan lupa votement terimakasihhh 😘😘

TBC

RASVAWhere stories live. Discover now