1

495 32 3
                                    

Juli 2017

"Dek bangun dek" suara merdu itu ibarat sengat listrik membuat Dora terbangun tanpa babibu dengan mata membelalak sempurna.

"Setan !" teriak Sakti dan Satria bersamaan "Anjir kaget gue"

Dora mengendus - endus baju kedua kakaknya itu.

"Eh apaan sih lo" Satria bergerak tidak nyaman "Udah kaya herder lo endus - endus" sahut Sakti.

"Lo tau gak bang?" tanya Dora serius membuat Satria dan Sakti mencondongkan wajahnya mendekat penasaran.

"Apaan?"

"Barusan gue mimpi big boss masak makanan kesukaan gue, terus nyuruh lo bangunin gue buat sarapan" jawab Dora tersenyum misterius ditambah dengan mengangguk - anggukkan kepalanya.

Sakti menoyor kepala adiknya itu "Wong gendeng! Lo gak mimpi bego, mama dari tadi teriak bangunin lo gak mempan"

"INI KUPING DIPAKAI BUAT DENGER BUKAN MAKAN MULU OTAK LO" Satria berteriak sekencang mungkin di telinga kanan Dora, membuat Dora mengaduh sembari mengusap telinganya berulang kali.

"Gue gak budeg!! Kalau rumah siput gue geser gue remukkin tulang lo bedua" Dora menatap kakaknya kesal. Satria malah ketawa mengejek melihat adiknya yang semakin terlihat bulat saat sedang merajuk.

"Busett... Lo adek gue apa sumo sih sadis bener" Sakti menakup puncak kepala Dora kemudian menggerakkannya ke kanan dan ke kiri.

"Udah buru, mandi gih gue gak mau telat ya?! Ini hari pertama lo masuk sekolah juga"

***

Upacara telah berakhir, bel juga sudah berbunyi beberapa detik yang lalu. Saatnya masuk ke kelas baru. Dora melangkah pasti dengan tas ransel dengan ukuran yang sangat mungil jika dibandingkan dengan tubuhnya. Seksi ya bukan gendut, oh bisa juga dibilang montok, garis bawahi oke. Montok.

X IPA 3. Itu dia kelasnya, kelas yang cukup strategis dengan lapangan basket, koperasi siswa, dan yang paling membuat Dora bahagia kelasnya dekat dengan kantin, sekitar 10 langkah kaki mungilnya, Dora bisa sampai ke tempat yang menurutnya surga sekolah. Satu lagi, kelasnya berada cukup jauh dari ruang guru. Strategis bukan? Tentu saja.

"Woi Bang Sat" Dora berteriak memanggil Satria yang berjalan di depannya.

Satria menoleh cepat "Lo bisa gak sih manggil nama gue lengkap? Gak enak banget dengarnya"

Dora nyengir "Bang, gue laper. Traktir gue ya, uang jajan gue buat ntar istirahat. Inikan hari pertama gue, kalau gue belajar sambil kelaperan mana bisa masuk, kasian lemak gue berkurang nanti"

"Gini ya sya, sejam yang lalu lo baru makan sepiring numbruk beserta lauk gue sama Sakti yang terpaksa disumbangin buat lo. Dan sekarang lo laper lagi?" Satria menepuk perut Dora "Ini perut udah kaya balon udara, gue curiga isinya cacing pita semua"

"Sembarangan" Dora mengelus perutnya yang terlihat begitu menggemaskan "Bangg... Traktir gue dong.... Plisss" Dora menyatukan dua tangan di depan muka memohon.

Satria menghela napas pasrah "Yauda ayo"

Dora meloncat gembira sambil mengguncang - ngguncangkan tubuh Satria.

"Udah bel masuk, lo gak mau masuk dulu, kenalan sama temen baru lo mungkin"

Dora mengamit lengan kakaknya yang terasa begitu keras jika dibandingkan dengan bantalan lemak di sekujur tubuhnya yang seksi "Kenalan bisa nanti, perut dulu yang penting. Udah ayo, gampang lah itu"

***

Semua pasang mata tertuju padanya saat Dora mengetuk pintu menyela penjelasan seorang guru wanita paruh baya yang terlihat cantik dan segar di usianya yang sekitar 48 tahun. Mungkin.

RASVAWhere stories live. Discover now