7

5.3K 251 9
                                    

Ayana memasang wajah cemberutnya karena kesal dengan tingkah hanz yang terus memeluknya dari tadi tadi, bahkan dia tidak mengizinkan anaya bekerja .

"Sayang aku mohon,aku harus bekerja sekarang,aku belum ingin di pecat" rengek ayana sambil menghentakan kakinya.

"Tidak akan ada yang berani memecat mu,jadi kau tenang saja" ayana menghela napas pasrah.

"Baiklah kau boleh bekerja tapi dengan satu syarat" ayana melepaskan pelukan hanz dan langsung menatap hanz intens.

"Apa"
"Syaratnya nanti sore kamu harus ikut aku ke rumah untuk makan malam bersama,bagaimana" tawar hanz.

"Baiklah,kalau begitu aku pergi dulu bye" ayana langsung berlari keluar sebelum hanz meminta yang aneh-aneh lagi padanya.

"Kenapa aku jadi posesif seperti ini pada wanita,biasanya wanita yang selalu posesif padaku" hanz tertawa sendiri mengingat tingkahnya yang posesif pada anaya.

                                        ****
Malam sudah tiba,ayana baru keluar dari ruang operasi,wajahnya tampak lesu dan lelah.
"Mbak aku capek banget malam ini" keluah ayana sambil memeluk yuni, hal yang selalu dia lakukan saat dia merasa lelah.
"Ya sudah kalau begitu mbak antar kamu pulang ya,biar kamu bisa istirahat" ayana tersenyum senang, tetapi senyumnya hilang seketika saat mengingat janjinya pada hanz, ayana termasuk orang yang tidak akan mengingkari janjinya.

"Mbak pulang duluan aja deh,aku masih ada urusan" yuni mengerutkan keningnya,dia bisa melihat kalau ayana sangat lelah tapi ada urusan apa ayana malam-malam seperti ini.

"Kamu yakin,mbak takutnya kamu kelelahan lagi" tanya yuni meyakinkan.

"Yakin mbak,lagian ayana udah janji, gak enak kalau nggak datang" yuni hany mengangguk dan melenggang pergi,sedangkan ayana langsung menuju ke ruangannya hanz.

"Kamu sudah datang,ayo kita pergi" ajak hanz sambil membereskan barang-barangnya tapi ayana malah duduk di sofa sambil memejamkan matanya lelah.

Hanz membopong tubuh ayana karena dia bisa melihat kalau ayana sangat lelah.

"Sayang turunkan aku,aku malu" hanz tak menggubris perkataan ayana, dia membawa masuk ayana ke dalam mobilnya.

"Tidur saja dulu,nanti aku bangunkan kalau kita sudah sampai" ayana hanya mengangguk,dia sedang tidak ingin berdebat dengan hanz karena merasa sangat lelah.

Hanz memandang wajah ayana yang tertidur pulas,entah apa yang di miliki ayana sampai hanz begitu tergila-gila pada ayana.

Hanz memandang rumah besar yang ada di depannya,tapi dia tidak tega membangunkan ayana yang tertidur pulas, hanz mendekatkan wajahnya ke wajah ayana.

"Kenapa wajahmu semakin cantik saat kau tertidur seperti ini" hanz mengusap bibir tipis ayana lalu menempelkan bibirnya dengan bibir ayana,awalnya hanya menempel namun kemudian hanz melumatnya pelan karena takut ayana akan terbangun.

"Enggghh" ayana menggeliat karena ada yang mengganggu tidurnya, hanz menjauhkan wajahnya dan mengusap bibirnya.

"Apa kita sudah sampai" tanya ayana mengedarkan pandangannya, matanya tertuju pada rumah besar yang ada di depannya.

"Ehem,ya kita sudah sampai ayo kita turun" ajak hanz menetralkan degup jantungnya yang berdetak lebih cepat.

"Sial kenapa malah aku yang tergila-gila padanya,harusnya kan sebaliknya" batin hanz sambil berjalan ke arah pintu masuk sedangkan ayana masih di dalam  mobil karena hanz sudah menguncinya lagi.

"Ayana ayo" hanz membalikkan tubuhnya tapi ayana tak ada di belakangnya.

"Dimana wanita itu" hanz mengedarkan pandangannya dan tatapan jatuh di mobil sport warna putihnya yang menampilkan wajah ayana yang cemberut di dalam mobil.

"Hei apa kamu tidak mau turun" hanz tertawa melihat wajah ayana yang cemberut dan memerah karena menahan marah. Tanpa di sadari ada dua pasang mata yang sedang memperhatikannya dengan bahagia melihat putra sulungnya tertawa bahagia.

"Ay,turun" hanz tak menyadari kalay dia mengunci kunci mobilnya.
"Bagaimana aku bisa turun kalau pintunya di kunci dan kenapa ayang tega sekali mengunci ku hah" teriak ayana kesal sambil memanyunkan bibirnya.

"Oh ya tuhan  aku lupa,maafkan aku" hanz membuka pintu mobilnya.

"Ayo" ajak hanz namun ayana tetap diam saja.
"Aku tidak mau,aku kesal" ucap ayana sambil menyilangkan tangannya di depan dada

"Baiklah kalau begitu aku akan memaksa mu" hanz membopong ayana dan langsung membawanya, tapi saat berbalik dia sangat terkejut karena kedua orang tuanya sudah ada di sana.
"Ayah bunda kenapa kalian ada di sana" tanya hanz.

"Sayang turunkan aku,aku malu" hanz menurunkan ayana terpaksa karena dia terus berontak.

"Ayo masuk" ajak nina ibu hanz.

"Siapa namamu" tanya nina pada ayana saat mereka sudah ada di ruang tamu.

"Mmm nama saya ayana abigail tante" jawab ayana tanpa takut padahal tatapan nina sudah sangat mengintimidasi.

"Mmm apa pekerjaan mu dan kamu tinggal dimana,dengan siapa" ayana tersenyum tipis saat mendengar pertanyaan beruntun dari nina.

"Tante lucu ya pertanyaannya banyak banget,aku jadi bingung mau jawab yang mana dulu" ucapan ayana sontak membuat hanz tertawa,

"Yang mana aja dulu terserah kamu" ucap nina ketus.
"Mmm saya itu kerja sebagai dokter bedah tante, saya tinggal di jalan soedirman no 15, dan saya tinggal sama kakak saya tante, terus semalam saya tidak berbuat apa-apa tante" jawab anaya.

"Maksud kamu semalam tidak berbuat apa-apa itu apa kan tante gak nanya" tanya nina heran.

"Iyakan kali aja lagian pertanyaan tante itu kaya lagunya kangen band, kamu dimana dengan siapa semalam berbuat apa" nina tiba-tiba tertawa terbahak-bahak mendengar jawaban ayana yang polos.

"Hanz kamu dapetin ayana dari mana kenapa gak bawa dari dulu" ucap nina sambil memegang perutnya yang sakit karena tertawa..

"Haha tante bisa aja deh,emang ayana barang, oh ya ayana baru tau kalau ternyata pak rizal itu papanya ayang" nina menatap hanz aneh saat ayana menyebutnya ayang.

"Kenapa kamu menyebutnya ayang ayana,apa kalian berdua pacaran" tanya nina penasaran.

"Bu" hanz tau ibunya itu akan terus bertanya dan hanz juga tau kalau ayana akan berkata jujur.

"Sebenarnya itu...." ayana menceritakan semua kejadian yang membuatnya harus memanggil hanz dengan sebutan sayang tapi karena terlalu sulit jadi ayana memanggilnya ayang saja.

"Hahaha" nina kembali tertawa tetapi bukan nina saja bahkan kini rizal juga ikut tertawa.

"Ayah bunda" kesal hanz dengan tingkah keduanya.
"Jadi kau terpaksa melakukan itu" tanya nina lagi tanpa memperdulikan pelototan dari hanz.

"Awalnya aku terpaksa tapi lama-kelamaan jadi biasa tante" nina kembali tertawa,kini tawanya semakin kencang

"Baru kali ini bunda liat putra bunda ngemis cinta sih,kan biasanya para wanita yang mengemis padanya" rizal hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah istrinya yang mempermalukan putranya sendiri.

"Emangnya ayang pengemis ya tante, hingga dia harus ngemis,padahalkan ayang banyak uangnya" ucap ayana polos.

"Huahahaha" nina kembali tertawa kencang,dia mengusap air matanya karena terlalu lama tertawa.

Hanz menarik tangan ayana pergi ke arah taman,sudah cukup ibunya itu mempermalukan dirinya di depan ayahnya dan ayana.

Love A Crazy DoctorWhere stories live. Discover now